[ Bab 3 Lautan Kondom ]
Happy Reading!!
No Bully!
Sorry for Typo!!
***
[ Adeeva Adelia ]
"Ruangan saya di mana?" tanyaku, masih sedikit gugup seraya menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal sama sekali.
"Tuh." katanya seraya menunjuk sebuah pintu yang ada di sebelah kanan ruangan ini.
Aku pun terburu buru berjalan memasuki ruangan yang ada di sebelah. Karena terdapat pintu terhubung di ruangan itu mungkin agar tidak repot harus keluar ruangan, dan dinding ruangan yang memisahkan ruangan itu dan Mr.Maximilian hanyalah sebuah kaca besar termasuk juga pintunya. Jadi untuk apa di pisah jika dinding dan pintunya adalah kaca?
Aku membuka pintu kaca itu, begitu pintu terbuka aku terkejut bukan main melihat ruangan yang berantakan. Astaga ruangan macam apa ini, berantakan sekali di mana mana ada bekas kondom.
"ASTAGA RUANGAN APA INI!!" teriakku refleks.
Aku berbalik kembali ke meja Mr.Maximilian dengan kesal. Aku tidak peduli dia akan marah. Aku lebih marah sekarang.
"Apa lagi?" tanyanya dengan nada kesal, saat ia melihat aku tidak jadi masuk ke ruanganku dan kembali berdiri di depan mejanya.
"Ruangan macam apa itu? Kenapa di mana mana ada kondom bekas!" ucapku membentaknya. Aku tau aku terlalu berani telah membentaknya.
Mr.Maximilian terbelalak saat aku membentaknya, namun seketika raut wajahnya kembali santai. "Oh itu ruangan biasa Aku pakai untuk bercinta. Kenapa? Kau mau mencobanya?" tanyanya dengan santai bahkan bisa di kategorikan sangat santai.
"APA? TIDAK TERIMA KASIH!! BERSIHKAN SEKARANG JUGA!" teriakku marah.
"APA?? TIDAK MAU!!" tolaknya yang juga berteriak.
"BERSIHKAN SEKARANG!!" ucapku dengan nada memerintah.
"TIDAK!!" bantahnya tetap tidak mau membersihkan ruangan lautan kondom bekas itu.
"BERSIHKAN MR.MAXIMILIAN!!"
"TIDAK MAU! AKU INI BOS-MU BUKAN BABU-MU!"
"AKU TIDAK PERDULI DENGAN KAU BOSKU ATAU BUKAN! SEKARANG BERSIHKAN RUANGAN ITU!"
Aku mendorong tubuhnya masuk keruangan yang akan menjadi ruanganku. Aku tidak tau kenapa aku bisa seberani ini dengan bosku sendiri sekarang, aku jadi merasa takut bagaimana kalau ia akan menghukumku karena telah berani membentak dan berteriak padanya, bahkan menyuruhnya. Padahal ini hari pertama kali aku kerja, apa ia akan memecatku di hari pertama aku kerja bahkan aku belum bekerja.
Hmm tapi sepertinya itu bagus, eh. Sudah lupakan dan lihat saja apa yg akan terjadi. Loh memangnya kalian bisa melihat haha maksudku baca apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aku melihat Mr.Maximilian yang sedang memunguti kondom bekas itu, sambil menggerutu kesal lalu membuangnya ke kotak sampah yang ada di ruangan itu.
Astaga aku benar-benar takut sekarang, aku telah berani membentak dan menyuruh seorang boss... oh Tuhan hukuman apa yang akan ia berikan nanti. Huh kenapa aku tidak berpikir ulang dan langsung membentaknya tadi?
"Sudah! Cepat masuk keruanganmu sebelum aku berubah pikiran dan aku yang akan memasukimu!" sunggutnya kesal.
Tanpa di perintah untuk yang ke dua kalinya, aku langsung masuk keruanganku dengan berjalan tetap menunduk.
Hah selamat, Mr.Maximilian tidak menghukumku atas tindakanku yg terlalu berni itu. Atau mungkin belum? Ya setidaknya bukan sekarang.
Skip...
Aku menghembuskan napas panjang berkali-kali. Baru hari ini bekerja di perusahaan Maximilian Corp, sudah membuatku pusing setengah mampus begini!
Mungkin lama lama aku bisa mampus beneran kalau begini!
Bagaimana tidak. Di hari pertama aku bekerja, aku sudah di beri tugas yg seharusnya di kerjakan oleh Mr.Maximilian sendiri, tanpa di beritahu bagaimana caranya!
Maksudku-- ayolah aku ini kan anak baru, setidaknya ada bimbingan Untukku kan?
"Sudah selesai." katanya berbicara lewat intercom.
Aku mendengkus kesal, dasar pemalas! Untuk apa dia jadi bos kalau mengerjakan tugasnya saja tidak mau?
Aku menumpuk kembali kertas kertas itu, menyusunnya hingga rapi. Setelah itu aku beranjak dari dudukku, membuka pintu dan berjalan kearah Mr.Maximilian yang sedang menyandarkan tubuhnya di kursi dengan santai.
"Sudah." balasku menjatuhkan kertas kertas itu di mejanya.
"Di mana aku harus tanda tangan?"
Aku melotot sebal mendengar itu. Kenapa harus tanya, dia bisa membuka kertas itu sendiri kan?
"Kenapa diam?"
"Maaf, berkasnya sudah ada di hadapan Anda, Mr.Maximilian... jadi Anda bisa membuka dan melihatnya sendiri di mana Anda harus tanda tangan." balasku berusaha berbicara sesopan mungkin walau pun rasanya aku ingin memakinya saat ini juga.
"Jadi apa gunanya aku mempekerjakan kau?" tanyanya mengerutkan dahinya menatapku sebal.
"Kalau begitu jangan pekerjaan Saya." balasku santai.
"Hei! Kenapa kau selalu membalas perkataanku." katanya berbicara dengan nada yang sedikit meninggi.
"Jika Saya tidak membalas perkataan Anda, nanti Saya dikatakan tidak tahu diri... di tanya sang Boss tidak mau menjawab." kataku dengan tersenyum paksa.
"Ah bukan itu maksudku! Baiklah lebih baik kau pergi dari ruanganku, kau menyebalkan... minta dengan Rossa untuk membelikan aku makan siang."
Aku memutar badanku, berbalik arah untuk keluar ruangan Mr.Maximilian menutup pintu dengan sedikit tidak santai {keras} lalu berjalan menuju meja Rossa yang berada di depan ruangan Mr.Maximilian.
Rossa adalah sekretaris Mr.Maximilian, aku tidak tau mengapa ia membutuhkanku jika sudah ada Rossa! Ah aku hampir lupa, jelas saja dia membutuhkanku... Uhm maksudku adalah dia membutuhkan sekertaris pribadi, karena dia itu pemalas.
Contoh bos yang TIDAK patut untuk di contoh!
"Hai, Miss.Adeeva... ada apa? Sepertinya kau terlihat sedang kesal." tanya Rossa.
Yap, kami sudah berkenalan.
"Tidak perlu terlalu formal, Rossa. Kau cukup memanggilku Adeeva saja."
"Oh baiklah, jadi apa yang terjadi, kenapa mukamu kusut sekali?" tanya Rossa lagi.
Aku mendengkus kesal. "Bos-mu itu sangat menyebalkan." sunggutku.
"Jangan lupa fakta bahwa dia juga bosmu, Adeeva." balas Rossa di iringi dengan senyuman. Kami memang baru mengenal, tapi Rossa adalah orang yang baik untuk di jadikan teman.
"Oh Tuhan... apa salahku? Sehingga kau menghukumku seperti ini? Semoga aku cepat di pecat dari kantor ini." keluhku kesal.
"Haha, biasanya yang menjadi sekertaris pribadi Mr.Maximilian selalu berdoa pada Tuhan agar Mr.Maximilian tidak memecatnya, tapi kenapa kau sebaliknya?" tanya Rossa menatapku heran.
"Oh--"
"Hmm, apa makananku sudah di pesan?"
Aku menoleh kebelakang dan melihat Mr.Maximilian yang sedang menatapku tajam.
"Belum--" belum selesai aku berbicara Mr.Maximilian sudah memotong ucapanku.
"Kenapa belum! Aku sudah menyuruhmu sejak sepuluh menit yg lalu." katanya semakin menatapku dengan tajam.
"Um, sebenarnya itu karena saya lupa tanya kepada anda... anda ingin makan siang apa?" tanyaku hati hati.
Um Mr.Maximilian sepertinya marah saat ini, terlihat jelas dari raut wajahnya yang sangat menyeramkan itu.
"Kau!"
"Aku?" ulangku menunjuk diriku sendiri.
"Ya. Kau."
Apa maksudnya? Memangnya aku makanan apa?
Aku mengalihkan pandanganku untuk menatap Rossa yang sepertinya kembali di sibukkan dengan pekerjaannya.
"Dasar bodoh! Ikut aku."
"Eh, mau kemana?" tanyaku saat Mr.Maximilian dengan tiba tiba menarik tanganku memasuki ruangannya dan menghempaskan ku di sofa.
Aku menatapnya kesal, aku tau dia boss di sini. Tapi dia juga tidak bisa seenaknya main tarik tarik tangan orang sembarangan kan?
Bersambung.