Malam ini suasana sangat dingin, Gita yang berada di balkon kamarnya dia tengah memperhatikan Indahnya langit malam yang dihiasi bintang. Andai saja dia berada di antara bintang-bintang tersebut, pasti sangat bahagia karena dikelilingi teman.
"Apa luka Mas Hito masih sakit?" ucapnya sambil memperhatikan luka yang ada di telapak tangannya.
Karena merasa penasaran dan dia jadi rindu dengan Suaminya itu. Walaupun galak, namun bagi Gita itu menggemaskan. Gita pun bangkit dan melangkah menuju kamar Hito.
Saat hendak sampai kamar, langkahnya terhenti karena melihat sebuah kertas yang berisi tulisan kecil dengan Tinta merah.
"Rahasia ini akan tersimpan baik jika kamu juga menyimpannya."
Apa maksud dari surat tersebut, siapa yang pengirimnya maksud? Hito atau Dirga? Karena di rumah ini hanya ada dua pria saja yang mungkin memiliki musuh. Atau mungkin dirinya? Tapi apa rahasia dia, bahkan Suaminya sendiri saja sudah mengetahui kalau dia adalah mantan narapidana. Lalu apa lagi?
Tidak peduli dengan kertas tersebut, Gita hanya menganggap kalau itu semua hanyalah orang yang ingin bermain-main saja.
Ceklek!
"Maaf Mas aku masuk tanpa mengetuk pintu," ucapku namun Gita terbelalak kaget melihat kamar tersebut kosong.
Dimana Suaminya? Sejak tadi setelah selesai acara makan pagi itu dia lebih memilih bersembunyi di dalam kamar.
Kali ini tidak ada Suaminya, secara diam-diam Gita masuk ke dalam kamar Suaminya. Dia tersenyum melihat banyak foto semasa kecil Hito.
Bagi Gita fotonya sangat berbeda, waktu kecil Hito sangatlah lucu berbeda dengan sekarang yang suka marah dan galak. "Andai saja aku bertemu dengan kamu ketika masih kecil, apa mungkin kita bisa menjadi teman baik?"
Ada salah satu foto yang membuat perhatian Gita tertarik, foto tiga orang dengan menggunakan seragam SMP. Dalam foto tersebut dua pria berada di sisi kanan dan kiri, lalu yang berada ditengah seorang perempuan. "Perempuan itu sangat cantik, kulitnya yang putih dengan rambut yang sedikit pirang," ucap Gita tiba-tiba.
Tanpa Gita sadari karena sudah terlalu asik berada di kamar ini, dan entah mengapa dia merasa nyaman. Dia tertidur di atas ranjang sang Suami, wajahnya yang tenang tanpa beban. Kini dia telah tertidur nyenyak.
***
Berada di sebuah pesta malam membuat Hito melupakan segala kejadian hari ini. Sejak tadi dia tidak berhenti minum, kepalanya sudah sangat pening. Dia melihat banyak dua orang kembar disekitarnya.
"Gita seandainya kamu bukan pembunuh Mama dan simpanan Ayah. Mungkin aku akan mencintaimu," ucapnya.
Tidak lama kemudian datanglah seorang wanita dengan pakaian yang sangat mini. "Hito, kamu apa kabar?" tanya wanita tersebut.
Tanpa menjawab Hito justru sudah pingsan lebih dulu.
Brak!
"Hito bangun, aduh apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu dimana rumah kamu, hmmmm... apa masih yang dulu. Aku akan mencobanya saja," ucapnya dan memapah Hito dengan sekuat tenaga.
Selama menuju parkiran banyak sekali pria hidung belang yang menggodanya. Padahal disampingnya ada Hito yang sedang dia papah.
Saat telah sampai, dia meletakkan Hito di kursi belakang.
***
Saat telah sampai di depan rumah Hito, dia pun turun. Sepertinya benar alamat rumah Hito tidak berubah sejak dulu. Dia mengetahui karena terdapat alamat pada kartu penduduknya.
Tok!
Tok!
Pintu sudah terketuk, dan tadi untung saja satpam rumah ini masih terjaga.
Berulang kali diketuk masih saja tidak ada jawaban, bahkan bel juga sudah dibunyikan. Sepertinya orang rumah sudah pada tidur.
"Bagiamana ini, aku harus membawanya kemana?"
Ceklek!
Melihat seseorang pria yang membukakan pintu membuat dia terkejut, "Dirga, hai.... "
"Amita... kamu.... "
"Aku mengantarkan dia ke rumahnya, Hito mabuk berat. Sepertinya ada masalah ya," jawab Amita.
"Baiklah, kamu boleh pergi dan berikan Hito kepadaku!"
"Ini, dia berat." Amita melangkahkan kakinya akan masuk ke dalam. Namun dengan cepat Dirga melarangnya.
"Tidak baik berada di rumah pria malam-malam. Lebih baik kamu pulang!"
"Oke, aku pulang. Tapi besok aku akan berkunjung loh."
Bukannya menjawab, Dirga langsung menutup pintu. Sedangkan Amita masih terheran dengan dua orang pria itu. Padahal dia pikir setelah kejadian tersebut mereka sudah tidak bersahabat, namun ternyata sekarang justru tinggal bersama. Memang tujuannya kembali ke Jakarta adalah ingin bertemu dengan Hito.
Selepas kepergian Amita, Dirga kini sedang membawa Hito ke kamarnya. Dia masih saja terkejut dengan kehadiran Amita secara tiba-tiba. Memang mereka semua telah hilang kontak dengannya setelah kejadian lama itu. Namun tatap saja itu sebuah masa lalu yang buruk. Dan sekarang dia kembali, untuk apa? Mengejar cinta Hito lagi, bagaimana dengan Gita?
Seharusnya itu bagus bukan, jika Hito bersama dengan Amita lalu Dirga bisa dengan Gita. Seperti itu baru bisa dikatakan sebagai pasangan yang serasi.
Saat sedang memikirkan cara, tiba-tiba saja Dirga dikejutkan dengan Hito yang bersikap aneh.
"Berhenti, aku tidak mau dekat dengan orang seperti kamu! Aku tahu kamu itu pura-pura peduli, ingin apa? Harta? Sama seperti apa yang kamu inginkan saat bersama dengan orang tua aku."
Karena kesal dan terlalu berisik, Dirga menjatuhkan tubuh Hito ke lantai.
Bruk!
Bukannya merasakan sakit, justru Hito berjalan tanpa beban menuju kamarnya dan Dirga hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat sikap Hito.
Ceklek!
"Selamat malam, aku pulang dengan perasaan hampa," ucap Hito masuk ke dalam kamarnya.
Dengan kondisi seperti ini, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Namun dia diam saat merasakan ada seseorang disampingnya.
Karena merasa tubuhnya menginginkan kehangatan, dia memeluk tubuh orang yang sedang tertidur pulas disampingnya.
Hito melingkarkan tangannya ke pinggang wanita di sampingnya.
"Mas Hito," ucap Gita terkejut dengan kehadiran Hito yang tiba-tiba saja memeluk tubuhnya.
Bagaimana ini, dia takut jika Suaminya akan marah besar saat berada di kamar ini? Namun tiba-tiba saja Mas Hito mengeratkan pelukannya, dan mengecup pipinya.
Sebuah rona merah terpampang jelas di pipinya, dia gugup dengan tindakan Suaminya barusan, Ini belum pernah dilakukan oleh Suaminya. Namun lama kelamaan tubuh Hito semakin mendekat sehingga tidak ada jarak diantara mereka, bahkan nafas mereka masing-masing saja terdengar.
"Kamu habis minum ya Mas?" tanya Gita sedikit menjauh dari Hito yang kini berada dekat dengannya.
Tidak menjawab, namun Hito selalu saja mendekat ke arahnya walaupun berulang kali dia tolak karena bau alkohol yang sangat kuat.
"Mungkin ini saatnya."
***
Hito terbangun dengan kepala yang masih sedikit pusing, dia yang membalikkan tubuhnya ke kiri terkejut dengan keberadaan seseorang wanita disampingnya yang kini tertidur lelap.
"Untuk apa dia disini? Dan semalam... tidak mungkin, ini tidak mungkin terjadi," ucap Hito.
"Gita bangun!"
"Apa Mas?" tanya Gita dengan mengerjapkan matanya.
"Apa yang habis kita lakukan?"
"Ha... itu... anu... aduh aku malu," jawab Gita yang tiba-tiba saja merona merah pada kedua pipinya.
"Maksudnya, kita? Aishhhh... dasar jalang penggoda. Kamu pasti menggodaku untuk melakukannya kan?" ucapnya dengan nada yang amat tinggi.