Chereads / STAY WITH ME HONEY / Chapter 24 - Amita Wanita Masa Lalu

Chapter 24 - Amita Wanita Masa Lalu

Setelah mengucapkan kalimat tidak pantas itu, Hito pergi begitu saja meninggalkan Gita yang terisak menangis di kamar.

"Apa aku terlihat seperti jalang? Aku ini Istrinya, namun kenapa Mas Hito berucap seperti itu. Hiks... hiks.... "

Padahal dirinya sama sekali tidak menggoda, justru dia yang memulai ini semua. Malam itu bahkan Gita sempat memintanya untuk menyingkir, namun tetap saja dia memaksa dan apa yang akan Gita lakukan, dia hanya pasrah sebab memang ini salah satu kewajibannya.

***

Hito kini telah berada di kantor, dia setelah keluar kamar tadi langsung saja mandi dan mengganti pakaian di kamar mandi bawah. Tujuannya hanya satu, dia ingin menghindari Gita.

Dia bingung terhadap dirinya yang kelepasan tadi malam, bisa-bisanya dia melakukannya itu terhadap Gita orang yang sangat dia benci. Bagaimana kejadian dulu terulang kembali? Dia tidak ingin jika Gita mengandung anaknya, karena dirinya tidak mungkin memiliki anak dari Istrinya itu. Bahkan saling cinta saja tidak, bagaimana Hito akan memberikan kasih sayangnya untuk anaknya nanti. Semoga apa yang dia takutkan tidak akan terjadi.

Jujur saja dia sendiri merutuki kebodohannya, seharusnya dia tidak pulang ke rumah. Namun kenapa dia bisa pulang dan mobilnya tidak terparkir di rumahnya? Kira-kira siapa yang membawakan dia, karena orang itu ini semua terjadi.

Ketimbang dia pusing memikirkan masalah semalam, lebih baik dirinya mengerjakan pekerjaan yang belum terselesaikan.

Berada di dapan layar komputer adalah kebiasaannya, walaupun dia seorang bos pemilik perusahaan tapi tetap saja dia juga harus bekerja.

"Arghhh... pikiran ini kotor sekali, aku seharusnya tidak mengingat kejadian malam itu." Terlihat dari wajahnya yang sangat frustasi, dia menarik rambutnya dan kepalanya dibenturkan di atas meja secara perlahan.

"Bodoh... bugh! Ini sangat memalukan. Apa aku sangat agresif? Arghh... berhenti berpikir Hito."

Tok!

Tok!

Suara ketukan pintu membuatnya gugup, apa orang yang berada di depan ruangannya mendengar ucapan dia barusan. Sebelum mengizinkan karyawannya masuk dan entah siapa itu, Hito merapikan pakaiannya dan rambutnya yaang sedikit berantakan.

"Cepat masuk!"

"Permisi Pak Hito, ada berkas yang perlu Bapak lihat," ucapnya.

"Letakkan saja di atas meja!"

"Tidak Pak, mohon diperiksa sekarang."

Hito mengangguk pasrah, aneh tiba-tiba saja seorang Hito menjadi penurut, alasannya mudah agar sekertarisnya itu pergi.

"Apa yang harus saya periksa? Kamu membodohi saya?" ucap Hito namun bukannya takut dengan suara tegas bosnya. Justru sekertaris tersebut berjalan mendekati Hito dan membisikkan sesuatu.

"Saat itu kita hanya berpura-pura untuk Istri kamu, apa kita tidak akan melakukan dengan sungguhan?" ucapnya.

Pasti dia terbawa perasaan, dan Hito bukan pria yang bodoh. Dia tahu semua orang hanya mengincar hartanya, sama seperti wanita dihadapannya sekarang.

"Saya sudah memberikan uang yang banyak bukan atau masih kurang? Nanti akan saya kirimkan kembali. Sudah pergi, jangan mengganggu atau kamu akan saya pecat secara tidak terhormat!"

"Baiklah, bos tampan. Aku akan pergi," jawabnya dengan mata yang berkedip.

Semua wanita itu sama saja, suka menggoda para pria. Lihat saja kelakuan sekertarisnya itu, padahal mereka telah berjanji hanya sebatas rekan saja tidak lebih. Namun ternyata diluar dugaan kalau sekertaris itu sangat lancang terhadap dirinya.

Mengingat wanita penggoda, dia jadi teringat kembali dengan Gita. "Arghhhhh... sial, aku akan malu jika pulang ke rumah nanti."

***

Berbeda dengan Gita yang berada di rumah, dia pikir setelah kejadian semalam semua akan membaik, baik sikap atau perkataan. Namun semua terlihat sama saja, bahkan sepertinya sebentar lagi akan lebih parah dan kacau. Buktinya Hito saja tidak sarapan dengan mereka pagi ini, setelah marah-marah di kamar tadi dia sudah tidak terlihat lagi. Mungkin sudah berangkat kerja lebih dulu karena marah terhadap Gita.

"Hufffttt.... " Gita menghembuskan nafasnya sambil sesekali mengaduk-aduk makanan yang ada dihadapannya itu.

"Kenapa Gita, kamu banyak menghela nafas sejak tadi?" tanya Dirga.

Gita seolah-olah tuli, dia sedang tidak baik-baik saja. Tatapannya sangat terfokus dengan makanan yang ada diatas meja. Dan pikirannya melayang entah kemana, yang pasti memikirkan Suaminya.

"Gita.... "

"Kakak Gita."

"Hah, iya apa?" ucap Gita yang terkejut dengan teriakan mereka berdua. Kakak beradik sama saja baginya.

"Ada masalah?" tanya Dirga.

"Engga kok, udah ayo kalian makan lagi!"

"Saya sudah kenyang, Dirga kamu tidak berangkat? Ayo cepat berangkat sudah siang ini!"

"Iya ini aku mau berangkat, aku berangkat ya semuanya."

Dirga pergi bersamaan dengan adiknya dan sekarang di meja makan hanya ada Gita dan Mamanya Dirga.

"Rapikan ini semua dan jangan lupa bersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah ini!" ucapnya memerintah dan pergi meninggalkan Gita.

Sedangkan Gita tidak tahu apa yang baru saja diucapkan oleh Mamanya Dirga, dia terlalu larut memikirkan ucapan Suaminya. "Lebih baik aku melakukan membersihkan rumah, untuk apa melamun terus?"

Dan saat dia ingin merapikan rumahnya, tiba-tiba saja suara ketukan pintu membuat dirinya terpaksa menghentikan aktivitasnya. Dia pun melangkah dan membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung ke rumahnya.

"Iya, cari siapa ya?" tanya Gita.

"Hmmm... pemilik rumahnya mana ya? Aku ingin bertemu."

"Kamu siapa ya?"

"Maaf, aku kerabat jauhnya."

"Owhhh... ayo masuk! Mas Hito sedang bekerja," jawab Gita tersenyum manis.

"Baiklah aku akan menunggunya," ucap wanita tersebut.

Entahlah siapa dia, jika benar kerabat jauh aku tidak mungkin diam-diam saja sebagai Istrinya Mas Hito. Dengan perlahan aku membuka pembicaraan dan sedikit mengobrol mengenai diri kami masing-masing.

***

Setelah lama mengobrol juga bercanda ria, dan kini sudah larut malam. Tidak terasa wanita ini memang benar-benar menunggu.

"Sepertinya Mas Hito tidak akan pulang malam ini, mungkin kamu bisa kembali lagi besok."

"Sayang sekali," ucapnya murung.

Tidak lama kemudian terdengar suara mobil dari luar.

"Hito sayang, kamu apa kabar?"

Wanita itu berteriak memanggil nama Hito, bahkan dengan sebutan sayang. Memangnya di siapa, hanya kerabat bukan? Namun kenapa ucapannya berlebihan dan yang paling mengejutkan adalah wanita itu dengan berani memeluk Hito dihadapan Gita. Dan Hito bukannya menolak, tapi justru membalas pelukannya dengan hangat tanpa mempedulikan Gita yang ada disana.

"Kamu kapan disini? Berhenti panggil aku sayang. Hubungan kita sudah berakhir."

"Aku tahu, tapi hanya sayang. Kamu tahu aku lama sekali menunggu, untung saja pembantu kamu ini baik. Dia itu benar-benar sangat baik, jika sempat naikkan gaji untuknya. Karena kamu tahu umur kami tidak jauh, dan aku saja bahkan nyaman dengannya."

"Aku dianggap pembantu dengan wanita itu, apa karena pakaian ini." Ya, karena tidak pergi keluar Gita hanya menggunakan daster saja di rumah.

Harusnya aku memberitahukan dia kalau sebenarnya, posisiku disini adalah Istri Hito. Bukan pembantu atau sejenisnya.

"Benarkah, oke lain kali aku akan memberikan di uang tambahan. Kamu mau apa kesini?"

"Hei, kamu baik sekali. Kau tahu siapa yang membawa kamu semalam, itu aku. Untung saja kejadian dulu tidak terulang, hehehe.... "

"Amita.... " Mata Hito menatapnya tajam.

Kejadian apa yang membuat Hito menatap wanita itu tajam, apakah itu sebuah rahasia yang tidak diketahui olehnya.

"Amita, nama kamu bukan. Perkenalan aku Gita, Is.... "