Langkah kaki Gita terhenti ketika dia telah menemukan keberadaan perempuan yang tadi bersama dengan suaminya. Dia berjalan mengikuti langkah perempuan itu dengan pelan dan hati-hati agar tidak ketahuan.
Dia melihat perempuan bernama Mika itu masuk ke dalam kamar hotel, hatinya bertanya-tanya apakah Hito juga berada di dalam sana?
Mendekati kamar tersebut dan sekarang telah berdiri tepat di depan kamar. Kakinya membeku dan hatinya terasa amat sesak saat mendengar suara yang benar-benar dia kenal.
"Pelan-pelan saya, kau tahu aku mencintaimu bukan dia." Suara dari dalam kamar tersebut mampu membuat air mata Gita menetes seketika, dengan berat hati dia memegang knop pintu.
"Apa aku akan kuat melihatnya?" ucap Gita dalam hati.
Namun saat knop hampir diputar, Gita mengurungkan niatnya dan berlari menjauh.
Ceklek!
Selepas kepergian Gita, pintu terbuka memperlihatkan sosok pria tampan dengan kaos hitam yang dia kenakan. "Terimakasih atas bantuan kamu Mika," ucapnya terhadap perempuan yang ada dihadapannya itu.
"Apa hanya ucapan saja, aku butuh yang lain?"
"Aku akan mengirimkan sejumlah uang ke rekening kamu," jawabnya dan melangkah pergi meninggalkan Mika yang sudah menampakkan wajah kesalnya.
"Lihat saja dengan permainan ini, kamu akan menjadi milikku Hito," celetuk Mika yang masih setia dengan wajah kesalnya sambil menatap kepergian Hito yang perlahan menjauh.
***
Menangis dalam diam dan hanya ditemani oleh rintik air hujan. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi. Air matanya tak kunjung berhenti, dia pun tidak peduli saat tubuhnya sudah menggigil. Angin menerpa wajahnya, dia hanya diam duduk di atas kursi panjang taman.
Hatinya tercabik-cabik, dia rapuh dan tidak tahu dengan siapa meneduh. "Kenapa, kamu orang baik-baik, tapi... tega sekali, hiks... hiks.... "
Dia sungguh tidak menyangkan ini semua terjadi padanya, baru hitungan jam dia menjadi seorang istri dan dalam hitungan detik dia telah sakit hati. Jika memang suaminya mencintai dan memiliki kekasih sebelum mengenal dirinya, lalu untuk apa menikah dengannya?
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, diam saja dan menerima atau apa?"
Matanya yang bulat sudah sangat sembab, bibirnya yang indah kini bergetar dan pucat. Memang bersama hujan lebih menyenangkan, apalagi jika ada kesedihan.
Air terus saja mengguyur, sudah hampir 30 menit dia berada disana dengan derasnya hujan. Meratapi dirinya yang bodoh akan cinta, entahlah dia sangat enggan untuk kembali pulang. Melihat wajah Hito membuat dirinya terbayang apa yang dilakukan oleh Hito dan perempuan bernama Mika.
Dia yang diam menyadari akan sesuatu, tidak ada hujan yang mengguyur tubuhnya lagi, namun hujan masih sangat lebat. Dengan cepat dia mengalihkan pandangan dan suara serak seorang pria membuatnya malu akan kondisinya saat ini. "Untuk apa kamu disini Gita?" tanya Dirga dengan memegangi payung.
Gita diam, dia bingung harus menjawab apa, tidak mungkin dia menjawab kalau dirinya habis melihat suaminya berselingkuh. Bahkan Dirga saja tidak tahu kalau Gita telah menikah, karena itu terjadi sangat cepat.
"Kenapa diam, kamu menangis?" tanya Dirga.
"Aku tidak apa-apa," jawab Gita tersenyum.
"Ayo ikut ke mobilku," ucap Dirga dan menuntun Gita untuk masuk ke dalam mobilnya yang berada di seberang sana. Keduanya berada di payung yang sama, hingga mereka mampu menarik perhatian seseorang.
Kini keduanya telah berada di dalam mobil, Gita duduk di kursi depan samping Dirga. Wajah Gita masih menunduk sama seperti pertama kali dia duduk di kursi depan ini. "Kalau ada masalah katakan saja, mungkin aku bisa membantu kamu," ucap Dirga sambil menatap Gita yang menunduk.
"Tidak, aku tidak apa-apa." Gita menegakkan kepalanya dan kedua manik mata mereka bertemu.
Diam, itulah yang terjadi. Keduanya saling tatap, Dirga menatap mata Gita yang terlihat sembab, dia bukan pria yang bodoh. Tentu saja Gita habis menangis, sejak tadi dia melihat Gita menangis di taman namun dia belum berani mendekat. Dan bahkan mendengar umpatan Gita. "Sudahlah jangan menangis lagi, kamu jelek Gita. Lihatlah matamu sangat sembab seperti monster, pakaian kamu lusuh dan basah. Mau ke rumah aku lagi, kita berganti pakaian?" ucap Dirga sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Dirga kamu menggodaku saat aku seperti ini?" tanya Gita sambil tertawa kecil.
"Lihat tertawa kamu sangat cantik! Sudah merasa lebih baik, mari kita pulang!"
Gita diam kembali, pulang? Apa dia harus pulang saat keadaannya seperti ini? Dia tidak ingin melihat Hito, dan kembali ke rumah kedua orang tuanya akan membuat mereka khawatir. Lalu kemana Gita akan pergi?
"Aku tidak ingin pulang," celetuk Gita setelah memikirkan semuanya matang-matang.
"Lalu, kamu mau menginap di rumah aku?" tanya Dirga.
"Boleh, jika kamu mengizinkan," jawab Gita yang tidak punya pilihan lain.
Dia harus memiliki tempat tinggal untuk malam ini, tidak mungkin dirinya tidur di jalanan ataupun di rumah teman, dirinya saja tidak memiliki teman kecuali Dirga yang sudah dia anggap teman.
***
Dirga bingung, apa yang harus dia lakukan saat ternyata orang tuanya ada di rumah. Bukankah kemarin mereka sudah pergi, lalu untuk apa keduanya kembali lagi?
"Gita, bagiamana kalau kita menginap di hotel tadi saja?" tanya Dirga dengan wajah yang panik karena dia harus pergi sekarang jika tidak mungkin bisa saja salah satu orang tuanya keluar dan melihat mobilnya terparkir di depan pagar.
"Mas gak jadi masuk, Nyonya pulang lagi loh," ucap satpamnya.
"Bentar Pak," jawab Dirga tersenyum sambil menahan kesal.
Gita mengerti sekarang, pantas saja Dirga memintanya untuk menginap di hotel. Ternyata ada kedua orang tuanya, ya Gita sangat tahu kalau orang tua Dirga tidak menyukai dirinya. "Yasudah aku akan pulang saja, terimakasih sikap baik kamu," jawab Gita yang benar-benar tidak punya pilihan lain selain pulang.
"Jangan, kita masuk saja di dalam!" celetuk Dirga sambil menyentuh tangan Gita yang hendak turun dari mobilnya.
"Lalu nanti jika ketahuan oleh.... "
"Diamlah, kita akan bersembunyi dan mengumpat untuk masuk ke dalam sana," jawab Dirga.
"Tidak usah, aku akan kembali saja," jawab Gita dan melepaskan tangannya dengan paksa dari genggaman Dirga.
***
Untung saja hujan sudah mereda, matanya menatap rumah besar yang telah menjadi tempat tinggal dia. Berulang kali dirinya menghembuskan nafasnya saat melangkah masuk ke dalam rumah ini.
"Dari mana saja kamu?" ucap seseorang yang suaranya amat Gita kenali dari belakang.
Gita memutar tubuhnya dengan malas-malasan, suaminya benar-benar peduli atau pura-pura peduli. "Aku habis pergi keluar, aku mau ke kamar," jawab Gita sambil menahan rasa sakit dan sesak dalam dadanya.
"Tunggu!"
Langkah Gita terhenti saat sang Suami mengangkat suaranya, dia membalikkan tubuhnya namun sungguh hal yang mengejutkan. Gita dilempari sebuah foto yang dia sendiri tidak mengerti maksud dari suaminya itu, "Apa ini?"
"Lihat saja, itu foto kamu dan selingkuhan kamu."
Gita mengerutkan keningnya, sejak kapan dia berselingkuh? Bukannya terbalik, justru suaminya yang berselingkuh dari dia.
Mulutnya ternganga saat melihat berbagai macam foto dirinya bersama Dirga tadi di taman, "Ini bukan seperti yang kamu lihat, dia hanya teman aku."
"Teman, yakin? Aku tak percaya," jawab Hito dan membalikkan tubuhnya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Gita yang masih terheran dengan foto tersebut.
"Kau seolah-olah menyalahkan aku, lalu bagaimana denganmu? Siapa dan apa yang telah kau perbuat dengan perempuan bernama Mika itu?" Teriakan keras suara Gita mampu menghentikan langkah kaki Hito. Sungguh Gita tidak kuat lagi menahan tangis.
"Kau tidak perlu tahu, siapa Mika dan apa hubungannya dengan aku," jawabnya dengan tatapan yang amat tajam.
"Kenapa, malu mengungkapkan? Kamu itu seperti pria yang so suci, padahal busuk. Wajah polos kamu itu.... "
Plak!
Tamparan kencang nan keras mengenai pipi mulus Gita, "Dengar, dia kekasihmu orang yang sangatlah aku cinta dan yang aku lakukan di hotel jelas kami bersenang-senang."
"Hiks... hiks... lantas siapa aku?"
"Perempuan lemah dan jahat," jawabnya dan mendorong Gita sebelum melangkah pergi.
Bruk!