Chereads / THE MOORS : LOST KINGDOM / Chapter 22 - BAB II : CHAPTER 22 : rencana Rhys

Chapter 22 - BAB II : CHAPTER 22 : rencana Rhys

HAPPY READING AND HAPPY WRITING

Psyce mengerjapkan matanya beberapa kali, ia ternyata kembali tertidur. Padahal saat itu ia baru saja terbangun tapi bisa bisanya ia tertidur kembali.

"Kau sudah bangun?"

Suara seseorang yang terdengar dari sampingnya membuat Psyce cepat cepat menengokan kepalanya untuk melihat orang di sampingnya.

"Aku sangat pegal kau tau?"

Gadis itu dengan segera menegakan punggungnya dan sedikit menjaga jarak dari pangeran Rocco. Apa selama ini ia tertidur di bahunya? Pipinya sekarang terasa memanas.

"Aku tidak menyuruhmu untuk menjadi sandaranku."

Pangeran Rocco memilih mengabaikan perkatan Psyce. Ia berdiri kemudian meregangkan ototnya. Ia memang tidak berbohong soal dirinya pegal.

"Ma-maaf."

Berhenti meregangkan otot, lelaki muda itu mendekat ke arah Psyce dan membungkukan tubuhnya seolah ingin mendengar dengan jelas apa yang dikatakan gadis sombong ini. Ia bertanya dengan nada mengejek.

"Apa yang kau katakan?"

"Katamu kau kesini tanpa pemberitahuan?"

Alih alih mengulang kata yang ingin di dengar pangeran Rocco, Psyce mengalihkan pembicaraan. Pangeran Rocco mengangguk mengiyakan.

"Lalu kenapa sekarang belum ada yang menjemputmu?"

"Mungkin mereka tidak tau aku berada disini dan sedang mencariku."

Tatapan mata Psyce memicing menatap sang pangeran. Seolah tau apa yang akan diucapkan Psyce, sang pangeran segera menyela ucapan yang akan keluar.

"Kau-"

"Jangan berpikir yang tidak mungkin, gadis bodoh!"

"Dimana winter?"

"Bukankah dia temanmu?"

"Sangat tidak sopan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan pangeran!"

Memalukan karena tidak bisa berkata kata lagi, terlebih di depan gadis ini. Setiap berada di dekat gadis menyebalkan ini, dirinya jadi melupakan semua pelajaran yang ia pelajari.

"Aku juga tidak mengetahui keberadaannya."

"Kalau kau saja tidak tau, kenapa kau bertanya padaku?"

Bibir gadis itu menyeringai.

"Apa burung bisa berbicara tentang pemikirannya?"

"Biar bagaimanapun, kau adalah pemiliknya yang sudah membeli burung tersebut dari pelelangan."

Alih alih menjawab, pangeran Rocco mendengus. Sebaiknya ia mengalah untuk menghentikan perdebatan ini. Tak baik untuk terus membuat emosi gadis yang terluka.

"Madeleine,"

panggil pangeran Rocco pada Psyce.

"Bagaimana kau tau namaku?"

Pangeran Rocco melirik sedikit gadis di sampingnya yang terlihat sedikit terkejut.

"Yahh.. aku hanya menebak saja,"

"ternyata tebakanku memang benar. Aku ternyata memang jenius"

Wajah menyebalkan itu kembali terpasang membuat Psyce mendengus. Kapan bocah lelaki ini akan berhenti menyombongkan dirinya?

"Jangan terkejut mengetahui kejeniusanku,"

"kau mengetahui namaku?" giliran pangeran Rocco yang bertanya.

"Kenapa harus?"

"Apa?!"

Giliran sang pangeran yang kini terkejut.

"Kau benar benar tak mengetahui namaku?"

"Kenapa aku harus-"

"Bahkan seluruh penjuru negri Lurie mengetahui aku, mungkin kerajaan lain juga mengetahuinya, bahkan seluruh penjuru benua Kentro yang dibawah kekaisaran Lurie mungkin mengetahuinya!"

cerocos pangeran Rocco.

"Ohh..."

Alih alih terkejut wajah gadis itu yang kini membuat pangeran Rocco kesal. Ia menghembuskan nafasnya.

"Seharusnya aku tak terkejut mengetahui kebodohanmu.."

Tangannya hendak melayang untuk memukul kepala pangeran menyebalkan ini. Namun rasa sakit dari lukanya kembali ia rasakan, membuat ia meringis dan mengurungkan niatnya.

"Kau baik?"

Bukannya senang dicemaskan oleh sang pangeran, Psyce medenguskan nafasnya. Ia mengingat kembali kebaikan yang diterimanya oleh sang pangeran.

"Seharusnya aku yang bertanya itu, kenapa kau baik?"

"Tentu saja aku manusia yang menjabat sebagai pangeran sekaligus calon kaisar negri ini."

"Aku tidak yakin kau memiliki sisi seperti ini,"

"katakan saja apa maumu?"

Bibir pangeran Rocco membentuk sebuah seringaian.

"Tepat sekali!"

"Kau lebih pintar dari dugaanku."

"Kau saja yang bodoh baru menyadarinya," ucap Psyce kesal.

"Untuk sekarang, kau tak akan bisa melakukannya. Lain kali saja."

"Memang apa?"

"Nanti kau akan mengetahuinya."

Akhirnya, menghembusan nafas yang bisa Psyce lakukan. Cukup lelah berdebat dengan pangeran.

----------

"Jadi bagaimana?"

Seekor burung elang besar dengan bulu berwarna putih, bertengger di meja yang berada didalam tenda.

"Sesuai rencana kita.."

"Apa yang sedang terjadi di istana?"

"Hanya rapat bodoh oleh orang orang bodoh."

Seringaian puas terbentuk di bibir pangeran Rhys.

"Kau jangan terlalu puas Rhys, dia kuat, cerdas, dan berbakat meskipun tak memiliki pasukan penyihir di sisinya,"

"sampai kita belum menemukan kelemahannya, jangan lengah."

"Aku tau,"

jawab pangeran Rhys.

"Bagaimana dengan permaisuri?"

"Yaah.. dia sudah kembali pulih,"

"seperti dugaanku, dia tak terlalu mencemaskannya. Dia bukan kelemahannya."

"Lepaskan dia!"

perintah pangeran Rhys.

"Aku memang akan melakukannya, karena dia tak berguna."

Pangeran Rhys melangkah menuju kursi di dalam tenda, ia duduk menyandarkan punggungnya.

"Oh ya, bagaimana dengan pembunuh kaisar Lurie III yang kaisar Oars lepaskan 11 tahun lalu?"

"Kau sudah menemukannya?"

"Belum,"

"aku sudah mengerahkan semua kekuatan sihirku untuk menemukan keberadaannya di seluruh benua Kentro tapi tak menemukan tanda tanda jejak keberadaannya."

"Kemana kemungkinan benua yang menjadi tujuan pelariannya?"

"Aku belum menyisir seluruh tempat di benua Fylo, kemungkinan adalah disana, karena benua yang berbatasan dengan Kentro hanya Fylo."

"Tak mungkin ia sanggup berada di benua tak berpenghuni, terlebih ia sendirian."

"Semua kemungkinan bisa saja terjadi,"

pangeran Rhys melipat tangannya.

"Apa maksdumu Rhys?"

"Bukankah aneh jika dia melepaskan seseorang yang bisa membahayakan posisinya begitu saja sendirian, terlebih ia menjadi buronan kekaisaran Lurie sampai sekarang."

"Bagaimana bisa?"

"Kemungkinan dia tak sendirian atau dia bukanlah orang biasa."

"Ya bisa saja itu terjadi.."

"Tapi bisa juga jika dia ternyata selama ini berada di istana tak melarikan diri."

"Kau sudah memastikan seluruh penjuru istana?"

"Sudah, tapi ada sesuatu di penjara bawah tanah tingkat tiga"

"Ada apa disana?"

"Dia menjaga sangat ketat penjara itu."

"Sangat menarik.." Pangeran Rhys tersenyum menyeringai.

"Aku ingin segera mengetahui isi penjara itu,"

"gunakan kekuatanmu disana!"

"Kau tau aku tidak bisa! itu wilayah musuh! dan sangat beresiko. Seperti katamu, kemungkinan akan selalu ada, bagaimana jika kaisar yang selama ini tak memiliki sihir, ternyata memilikinya?"

"Kau mau rencanamu berantakan hanya untuk mempertaruhkan hal yang tak pasti kebenarannya di dalam sana?!"

Pangeran Rhys diam tak menjawab. Namun dari ekspresi wajahnya dia bisa melihat, jika ekspresi yang ditunjukan tak bagus mendengar hal yang keluar dari mulutnnya.

"Bagaimana keadaan yang mulia kaisar?"

"Yaahh.. dia sedang sekarat tapi belum sampai mati, karena aku masih membutuhkannya."

"Dasar gila,"

"dia memiliki hubungan darah denganmu!"

Pangeran Rhys mendengus. "Lucu sekali, aku bahkan tak mengetahui yang mana ibunya."

"Bagaimana dengan para bandit itu? apa dia membuka mulutnya?"

"Tentu saja tidak,"

"kau bermaksud meremehkan kekuatanku?!"

"Tidak, tentu saja tidak haha.."

"Aku mengetahuinya dengan jelas.."

Ia mendengus mendengar tawa renyah itu, ekspresinya kembali menunjukan senyuman seolah satu detik yang lalu bukanlah dirinya.

"Ngomong-ngomong, apa kau tak mau merubah wujudmu kembali menjadi manusia?"

"Untung saja tidak ada seseorang yang masuk kesini,"

"kalau ada dan memergokiku berbicara dengan seekor burung, bukan hanya rumor bahwa aku seorang playboy saja yang berada di kalangan bangsawan dan penduduk, tapi rumor mengenai aku gila akan menggila."

Pangeran Rhys menggeleng gelengkan kelalanya ketika mengingat rumor yang sama sekali tak benar itu dikalangan para bangsawan.

"Bukankah rumor itu memang benar adanya?" Ia menyeringai.

"Sudahlah, lagipula aku akan pergi kembali.."

"Akhir akhir ini kau sering pergi, kau benar benar menghabiskan waktumu untuk mengintai?"

tanya pangeran Rhys.

"Tentu saja.."

"Dan sedikit bermain main dengan hal menarik"

Baru saja pangeran Rhys akan mengeluarkan suaranya untuk bertanya, burung tersebut kembali mengepakan sayapnya dan terbang keluar tenda.

"Ava!"

"Dasar penyihir kurang ajar," dengusnya.

"Apa tuan Ava sudah kembali?"

Bersamaan dengan keluarnya burung tersebut, Katniss masuk ke dalam tenda.

"Ya.. bagaimana keadaan di luar Katniss?"

"Tak ada yang mencurigakan.."

"Jangan lengah, tetap pantau keadaan sekitar."

"Baik pangeran."

-

-

-

tbc