Kinan menyentuh lembut pipi ini. Ia mengecup bibirku yang bergetar hebat ketika tatapan itu Kinan pancarkan lagi di hadapanku. Lalu Kinan pun mencumbu ku yang tidak bisa berkutik saat Kinan memaku kedua tanganku dengan genggamannya.
Tapi, aku menangkis keras tingkah laku Kinan yang selalu seperti ini di saat hatinya gundah.
"Kinan! Jangan kamu bersikap seperti ini!" aku membentak Kinan
"Lagi-lagi, Adrian menolak. Apa betul ia memang lelaki baik-baik dan tulus?" desis Kinan dalam hati.
"Adrian! Jika kamu memang mencintaiku, tiduri aku!" Kinan berteriak seraya melangkah maju sedikit demi sedikit menghampiriku.
"Aku memang mencintaimu, Kinan. Tapi bukan begini caranya. Tolong buka pikiranmu, bahwa aku tidak sama dengan laki-laki yang selama ini kamu kenal!."
"Benar! Adrian berbeda," gumam Kinan.