Chereads / MINE : JENSON AND CHRISTABELLA / Chapter 9 - AKU AKAN MEMENUHINYA

Chapter 9 - AKU AKAN MEMENUHINYA

Bella mengabaikannya dan ia setengah berlari untuk menghindari Antonie, jarak pintu utama dengan gerbang sangatlah jauh, Bella sampai terengah-engah dan mengutuk Jenson dalam hati karena telah membangun villa seluas kampung kelahirannya dulu.

Antonie yang kehabisan akal, akhirnya menghubungi penjaga gerbang dan menyuruh menutup semua akses keluar villa.

Bella rasanya ingin merosot ke tanah saat ia sudah berada di depan gerbang utama dan jalannya tiba-tiba diblokir oleh sekelompok pengawal berbadan besar. Ia salah telah meremehkan Jenson dan asistennya.

Antonie turun dari mobilnya dan menyeringai penuh kemenangan begitu melihat Bella mengakui kekalahannya.

"Maaf kalau saya harus melakukan ini Nona, tapi sekali lagi kami tidak bisa melawan perintah Tuan Jenson. Jadi jika anda tidak ingin sia-sia seperti ini lagi, tolong jangan bertindak gegabah."

Bella mendesis geram dan menatap Antonie dengan marah.

"Baiklah, antar aku ke tempat Jenson sekarang."

Antonie tiba-tiba memucat, tapi ia tidak berani berkata apapun sebelum Bella masuk ke mobilnya.

Bella mengerutkan keningnya dan masuk ke mobil Antonie dengan marah, sampai pintu mobil terbanting dengan keras.

Antonie menghela nafas tanpa daya sebelum akhirnya melajukan kembali mobilnya keluar dari villa, pintu gerbang seketika terbuka lebar.

"Jenson ada di kantornya kan? Bawa aku ke sana sekarang atau aku akan melompat dari jendela mobil sekarang juga." Bella menggeram marah hingga nafasnya terengah-engah.

Antonie ketakutan di kursinya, dan ia dengan gugup berkata, "Tapi Nona, Tuan Jenson tidak ada di kantornya."

"Lalu?" Bella menyilangkan tangannya ke dada dan menatap tajam punggung Antonie.

Antonie bergidik ketakutan dan tanpa berkata apapun ia berbalik ke arah kantor Alex Group, sementara Bella tersenyum penuh kemenangan.

***

Jenson baru saja tiba di depan apartemen Liora saat ia menerima pesan dari Antonie kalau Bella memaksa ingin bertemu dirinya.

Jenson tersenyum menghina saat ia menerima pesan itu dan dengan santai membalas,

[Aku masih ada urusan, lima belas menit lagi]

Ia menyimpan ponselnya dan menekan bel apartemen Liora. Tak lama, Liora yang masih mengenakan pakaian semalam dan tampak sangat berantakan muncul di balik pintu dan menyuruh Jenson masuk.

"Aku bahkan belum sempat mandi, aku baru tidur pagi tadi." Jelas Liora dengan suara yang serak, ia menangis lagi semalaman sepulang Jenson mengantarnya.

Jenson mengangguk dan memaklumi itu.

"Kalau begitu mandilah! Aku akan memesan makanan dan kita sarapan bersama."

Liora mengangguk dan ia tersenyum cerah. Lagi-lagi perkataan Jenson menghangatkan hatinya.

Begitu Liora mandi, Jenson memesan banyak makanan sehat di aplikasi food karena ia tidak tahu apa saja kesukaan Liora. Meski begitu ia tidak asal pilih mengingat Liora sangat menjaga proporsi tubuhnya.

Makanan datang tak lama kemudian bersamaan Liora yang selesai dengan rutinitas paginya, mereka sarapan bersama untuk pertama kalinya dan itu membuat Liora sangat canggung, tapi ia berusaha membangun komunikasi dengan Jenson.

"Jens, terkait pesan Jaz kemarin, apa kamu akan benar-benar melakukannya?"

Jenson mengelap bibirnya dengan tisue dan ia dengan santai mengangguk.

Liora sedikit terkejut sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya lagi, "Lalu bagaimana dengan perempuan itu? Kalian berdua sudah menikah."

Jenson menghela nafas sebelum ia berkata, "Hubungan kami belum sejauh itu. Aku rasa kamu lebih tahu semuanya."

Liora mengangguk, ia segera paham apa maksud Jenson mengingat sebenarnya pernikahan itu harus dilakukan oleh Jaz. Liora juga awalnya kaget dan marah, tapi setelah ia tahu Jaz memiliki kembar identik dan Jenson yang akan menggantikannya, ia merasa lega waktu itu.

Lima tahun bersama Jaz yang awalnya ia pikir bernama Jenson, membuat Liora begitu mencintainya dan tidak ingin kehilangannya, apalagi hubungan mereka sangat intim, dan sepertinya dia sedang hamil anak Jaz sekarang, tapi Liora belum memastikan itu. Ia hanya menebak saja karena sudah beberapa minggu terlambat datang bulan.

"Jadi aku akan memenuhi permintaan Jaz." Lanjut Jenson yang membuat Liora tersentak dari lamunannya.

"Terimakasih Jenson." Balasnya dengan senyum yang merekah.

Bagi Liora, Jaz atau Jenson tidak ada bedanya, wajah mereka bahkan tidak bisa dibedakan. Jadi untuk menghibur dirinya sendiri, mulai sekarang Liora akan menganggap Jenson sebagai Jaz, meski ia tahu harus beradaptasi dengan sikap Jenson yang dingin dan sangat berbeda dari Jaz yang begitu romantis.

"Pengobatan Jaz adalah urusanku, kamu hanya perlu menenangkan dirimu dan kembali ke pekerjaanmu."

Liora menghela nafasnya sebelum mengakui sesuatu pada Jenson.

"Aku sudah membicarakan ini pada managerku bahwa aku memilih cuti dalam jangka waktu tertentu."

Jenson mengerutkan keningnya dengan keras, setahunya Liora sangat mencintai pekerjaannya.

"Kalau kamu tidak keberatan Jens, aku ingin periksa ke dokter kandungan."

Jenson seketika merasa tersambar petir, ia tidak menyangka hubungan Jaz dan Liora seintim itu. Ia merasa terjebak dalam permasalahan yang rumit sekarang, tapi Jenson pandai memanipulasi ekspresi, jadi dia hanya tersenyum tipis seolah tidak ada sesuatu yang buruk.

"Kamu atur saja jadwalnya karena aku harus pergi ke kantor sekarang."

Liora tersenyum senang dan ia mengantar Jenson sampai depan.

Saat Jenson hendak masuk ke mobil, Ghea yang juga tinggal di apartemen Golden Swan, tak sengaja melihat pemandangan itu dan ia membelalak tak percaya melihat keakraban Jenson dan Liora lagi. Ghea mengepalkan tinjunya dan ia memutar nomor Christabella saat itu juga.

***

Duduk di bangku tunggu depan ruangan presiden, Christabella mengerutkan keningnya saat menyadari panggilan dari Ghea. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertegur sapa dengan Ghea sejak di pemakaman Gavin dan sekarang Ghea tiba-tiba memanggilnya.

Christabella bertanya-tanya dan ia memutuskan untuk menerima panggilan itu. Ia tahu panggilan Ghea selama ini tidak ada yang hanya sekedar obrolan basa-basi.

"Ya Ghe."

"Kamu dimana sekarang?" Ghea heboh sendiri.

Bella memainkan ujung rambutnya dan dengan santai menjawab, "Aku di depan ruangan Jenson, ada apa?"

"Ya Tuhan Bell, maksud kamu menunggu Jenson?" suara Ghea berubah kesal.

"Iya, ada apa sih Ghe? Bicara yang jelas dan jangan setengah-setengah." Bella ikut kesal.

"Baiklah, baiklah, aku melihat Jenson baru saja keluar dari apartemen Liora."

Tubuh Bella menegang seketika dan ia tiba-tiba merasa dipermainkan.

"Bel, kamu masih mendengarku kan?" Ghea menginterupsi karena tiba-tiba hening.

"I... iya. Thanks Ghe."

Bella menutup ponselnya dan ia merasa sangat marah, ia menggenggam erat ponselnya hingga buku-buku jarinya memutih, setelahnya ia berdiri dan menghentakkan kakinya keluar.

"Antar aku ke toko bungaku sekarang!" Bella memerintah Antonie dengan kemarahan yang bersungut-sungut.

Melihat bara kemarahan di mata Bella, Antonie hanya mengangguk dan menuruti saja keinginannya, tapi diam-diam ia menekan tombol darurat di ponselnya dan mengaktifkan lokasinya agar Jenson tahu kemana dia pergi.