"Kamu benar-benar ingin pulang ke rumah? Maksudku adalah mungkin kamu pengen membawa teman kamu sekalian untuk pulang ke rumah."
Mendengar itu, seakan seseorang baru saja mengulas kekalahannya. Sedikit membuka luka di dalam hatinya, tentang apa yang sedang menimpanya sekarang ini. Kalau dipikir-pikir, dia bahkan belum bertindak apapun. Dia bahkan belum mengambil keputusan apapun dan dia bahkan belum melangkahkan kakinya sesuai dengan rencananya, tetapi keadaan sudah menyuruhnya untuk mundur dan fakta membuatnya tahu bahwa dia kalah tanpa harus maju ke medan perang dan menguji skillnya.
"Sepertinya Rumi lebih bahagia tinggal di sini. Lagian jika di Jakarta dia mau tinggal sama siapa? Bibinya saja sudah tidak peduli padanya, dia tidak punya keluarga kalau kembali ke Jakarta."
