"Lho, yang lain di mana? Kok baru lo doang yang dateng?"
Arkala mematikan rokoknya dan tersenyum pada Arsena. "Lagi pada di jalan. Katanya lo pergi sama Aileen. Di mana dia?"
Dengan wajah kesal Arsena meletakkan tas jinjingnya di atas meja. "Ini punya siapa?" tanyanya, sembari memegang botol minuman yang ada di atas meja.
"Minum aja."
Ya sudah. Tanpa mengulang, Arsena menenggak minuman tersebut hingga habis setengahnya. "Huh ... gue udah nunggu Aileen setengah jam. Tapi dia baru bangun. Ya udah gue pergi duluan, daripada pegel duduk di rumah. Ternyata yang lain juga belum dateng." Puncak kekesalan seorang gadis adalah menunggu, ketika riasan di wajahnya telah dibuat lebih lama dari sebelumnya.
Apalagi Arsena bukan tipe orang yang terbiasa menunggu. Dia telah menyibukkan diri di depan meja rias sejak dua jam sebelum Aileen menjanjikan menjemput dirinya. Lalu, dia harus menunggu lagi? Oh, tidak bisa.
"Sori. Temen-temen gue emang suka telat. Lo mau makan duluan? Biar gue pesenin."
