Suara deruman knalpot jenis racing terdengar dari luar gerbang gedung SMA Panca Sunshine Satria, atau yang lebih dikenal dengan SMA PASUTRI.
Beberapa oknum dengan seragam sekolah lain masih terus membunyikan klakson dan knalpot yang sangat tidak nyaman untuk didengar.
Kebisingan tersebut membuat ratusan siswa berhamburan keluar sembari membawa berbagai peralatan perang di tangan mereka. Seperti pengki, sapu lidi, sapu ijuk, sapu jerami dan berbagai sapu lainnya.
Termasuk seorang satpam yang memang bertugas menjaga pos keamanan. Dengan postur tubuhnya yang bulat, ditambah gumpalan besar di bagian perut membuatnya berlari dengan susah payah. Tangan kanannya mengacungkan sebuah pentungan berwarna hitam, khas milik para petugas keamanan lainnya.
"Woy, jangan bikin keributan di sini!" teriak satpam tersebut. Disusul dengan teriakan heboh para siswa lain.
"Anjing hutan lo! Mau gue sleding, hah?"
"Minta dihajar nih orang!"
"Woy jangan nyerang sendirian! Panggil anggota The Boys!"
Teriakan demi teriakan terdengar saling bersahutan. Namun para pembuat onar itu justru merasa senang dan semakin melancarkan aksi mereka.
"Pak Bowo tik tok, ini kenapa mereka tiba-tiba nyerang, sih?"
"Saya juga nggak tahu. Tadi saya lagi fokus main tik tok yang jedag jedug itu, terus saya denger mereka gerung-gerung knalpot."
"Dasar anjing hutan sampah! Kalau Kala dan anak buahnya tahu, pasti udah habis mereka."
Pak Bowo menggaruk kepalanya tidak mengerti. Dia menatap wajah seorang siswa yang akrab dipanggil Iqbaal yang A nya dua, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih.
"Siapa yang anjing, Mas Iqbaal? Mereka semua kan manusia."
Iqbaal mengerjap sambil menoleh ke samping. "Mereka emang manusia, Pak. Tapi kelakuan mereka kayak anjing!" ucap Iqbaal sedikit ngegas.
"Oh, gitu... anak muda zaman sekarang, semuanya disamain sama binatang."
Iqbaal melangkah maju meninggalkan Pak Bowo berdua dengan pentungannya. Dia berhenti tepat di depan salah seorang pembuat onar yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam tai kambing.
"Turun lo! Kalau ada masalah rumah tangga, lo bisa omongin baik-baik. Jangan asal nyerang sekolah orang!"
Laki-laki itu turun dari badan motor dan menghampiri Iqbaal. Kepalanya tertutup oleh helm full wajah yang kacanya sama-sama gelap, senada dengan outfitnya saat ini.
"Mana Arkala?"
"Mau ngapain lo cari Arkala? Arkala ada di kantin, lagi makan cireng. Lo ada masalah sama dia?"
"Panggil Arkala."
"Lo nyuruh gue?" Iqbaal menodongkan senjata andalannya. Yaitu sebuah pengki dengan kepala berwarna hijau dan bagian pegangan berwarna kuning.
"Baal, mundur!"
Iqbaal menoleh ke belakang. Ketiga anggota The Boys yang sangat mereka andalkan sudah datang.
Di barisan terdepan, ada Alvaro Ersya. Ketua Osis SMA PASUTRI yang sangat tampan, tegas, rajin belajar namun sedikit pendiam. Laki-laki itu sangat dikagumi oleh seperempat kaum hawa di SMA PASUTRI.
Di barisan samping kanan, ada Gavin Keanu Mahardika. Seperti influencer yang bernama KeanuAgl, Gavin juga sangat senang membuat orang tertawa dengan tingkah lakunya yang pecicilan. Wajahnya memang tidak setampan Alvaro, namun justru banyak wanita yang tiba-tiba menjadi penggemar berat Gavin. Zaman sekarang, tampang itu nomor sekian. Yang penting bisa bikin nyaman dan bahagia setiap hari.
Yang terakhir di barisan paling kiri, tengah berjalan seorang laki-laki bernama Matteo Parviz Mahawira. Satu-satunya anggota The Boys yang paling gagah dengan kumpulan ABS yang tersembunyi di balik baju seragamnya. Bahkan jika dia mengangkat baju bagian bawahnya, pasti seluruh wanita dari mulai muda hingga tua akan menjerit dan pingsan di tempat. Padahal Matteo hanya menaikkannya sedikit atau tidak sengaja terangkat ketika bermain basket.
"Akhirnya kalian datang juga." Iqbaal melangkah mundur, memberi ruang pada anggota The Boys, geng motor yang menjadi kebanggaan sekolah mereka.
"Ngapain lo bikin keributan di sekolah gue, hah? Bosen hidup lo?" Gavin yang berada di sayap kanan membuka suara. Padahal yang berdiri di barisan terdepan adalah Alvaro.
"Kenapa kalian cuma bertiga? Mana Arkala?"
"Ngapain lo cari Arkala? Bukannya kita udah sepakat? Dan Arkala juga nggak buat masalah sama kalian, kan?" Alvaro meladeni. Sikapnya yang tenang membuat para gadis yang menonton di sekitar mereka menggeram gemas. Apakah tidak bisa, Alvaro bersikap arogan di depan musuh?
Lelaki yang berdiri di kubu musuh membuka helm mereka masing-masing. Sejak awal The Boys sudah menebak, jika yang berdiri di hadapan mereka adalah Raka. Dengan nama lengkap, Raka Shaquelle. Laki-laki bermata sipit dengan nama yang menggemaskan, namun tingkah lakunya bisa membuat orang ingin menerkam.
"Ada yang mau gue omongin sama Arkala. Panggil dia."
"Heh, mata sipit abal-abal! Atas dasar apa lo nyuruh-nyuruh kita, hah? Emang lo siapa? Tuhan? Kepala sekolah? Guru BK? Bukan, kan?" Gavin lagi-lagi membuka suara. Kalau bukan tangan Matteo yang menghalangi pergerakannya, mungkin saat ini Raka sudah habis di tangan Gavin.
Sedikit informasi tentang Gavin. Meskipun dia terlihat sangat kocak dan humoris, tapi Gavin memiliki keahlian beladiri yang tidak bisa dipungkiri. Gavin seringkali membantai Raka di medan pertempuran, hingga pernah sekali, Raka tidak sadarkan diri hanya karena mencium bau kaus kaki milik Gavin.
"Gue bilang, panggil Arkala sekarang juga!" Raka berteriak sekencang mungkin. Membuat Iqbaal yang berada tak jauh dari mereka tersentak kaget. Ia pikir Raka tidak seganas itu, ternyata dia lebih seram dari apa yang dibayangkan.
"Kenapa buru-buru banget? Walaupun lo nggak ketemu Arkala, tapi lo masih ketemu kita. Apa bedanya, hm?"
Matteo akhirnya bergerak. Dia melangkah dan menepuk dada sebelah kiri Raka. Sangat lembut, namun sebenarnya mematikan.
"Jauh-jauh lo!"
Matteo tersenyum miring, tatkala Raka menepis tangannya secara tidak sopan. "Kenapa? Apa tangan gue terlalu berotot?"
"Gue nggak mau basa basi lagi. Panggil Arkala sekarang juga."
"Arkala nggak ada. Dia lagi di kantin," ucap Alvaro masih dengan wajah datarnya.
"Tuh, udah gue bilang kan, si Arkala itu lagi makan cireng di kantin. Mending lo semua balik, deh." Iqbaal ikut menyahuti. Tangan kanannya masih memegang pengki dengan erat. Karena jika hilang, maka Iqbaal akan berhadapan dengan bendahara yang paling galak di satu sekolah.
"Baal, emang si Arkala lagi makan cireng?" tanya Gavin berbisik.
"Mana gue tahu. Kalian kan temen-temennya."
Kening Matteo mengerut saat mendengar Gavin dan Iqbaal saling berbisik. Mereka dua memang sangat cocok.
"Mending lo semua balik deh. BUSUI itu, kalau jam segini waktunya nyusuin anak. Bukannya malah berkeliaran di sini!"
Sedikit informasi. BUSUI adalah singkatan dari SMA Buana Suci Ingkara. Yaitu tempat di mana Raka dan teman-temannya bersekolah.
"Jaga mulut lo, ya! Bilang aja lo takut karena gak ada Arkala!" itu Arion Neandro. Panglima tempur di dalam geng Raka. Jabatannya setara dengan Matteo.
"Ngapain lo semua cari gue?"