Chereads / Possessive Billionaire / Chapter 11 - 11. Sama Cueknya

Chapter 11 - 11. Sama Cueknya

"Perkenalkan nama Kakak Erina, moga-moga saja kita bisa jadi teman di sini," kata Erina sembari melepaskan jabatan tangan yang baru saja terjalin itu. Dia baru saja bersalaman dengan adik dari Tuan Alex yang bernama Nathan.

"Hem, semoga calon kakak ipar betah di sini," jawab Nathan dengan nada bicara yang datar, tidak menunjukkan sisi ekspresi di nada bicaranya itu. Setelah itu dia duduk di meja makan tidak menghiraukan Erina yang bergidik ngeri saat mendengar nada bicaranya itu.

"Boleh Kakak bertanya?" tanya Erina dengan sedikit gugup, memainkan jari-jemarinya di bawah meja makan. Terlihat sekali kalau dia saat ini tengah merasa deg-degan.

Nathan tidak menjawab, dia hanya menatap Erina tanda bahwa dia memberi izin kepada Erina untuk bertanya sesuatu atau mempertanyakan sesuatu yang sekiranya memang perlu dipertanyakan.

"Apakah adik Tuan Alex itu hanya dirimu saja? Atau kau masih memiliki seorang adik?" tanya Erina dengan harap-harap cemas. Menunggu jawaban dari Nathan dengan sedikit gugup. Baru satu saja sudah membuat dirinya mati gaya karena sifatnya yang memang datar, cuek dan dingin itu, apalagi bila memiliki dua yang modelnya seperti itu, bisa-bisa dia mati berdiri karena saat sedang berbicara tidak ada mendengarkan dan menjawab.

"Aku memiliki adik perempuan, saat ini dia masih di kamar. Butuh bantuan baginya untuk bisa ke ruang makan seperti kita saat ini," jawab Nathan menatap tangga menuju lantai dua. Yang mana di lantai dua itu terdapat kamar-kamar penghuni rumah termasuk kamar Tuan Alex dan kamar dirinya sendiri.

"Butuh bantuan maksudnya?" tanya Erina penasaran. Ingin bertanya lebih dalam, namun saat melihat tatapan mata calon adik iparnya itu dia pun mengurungkan diri untuk bertanya lagi. Cukup diam, itulah yang harus Erina lakukan saat ini.

Tidak lama dari itu datang seorang gadis cantik yang baru saja turun dari lantai dua. Kondisinya sangat memprihatinkan, dia turun dibantu oleh dua orang pengawal untuk mengangkat tubuhnya. Dia adalah Jesline. Jesline duduk di kursi menatap Erina dengan tatapan mata penasaran. Mungkin di benaknya siapakah perempuan asing yang duduk di meja makan keluarganya ini, itulah kira-kira yang bisa diartikan oleh Erina dari tatapan mata Jesline.

"Perkenalkan namaku Erina!" kata Erina. Mengarahkan tangannya ke samping tepatnya ke arah Jesline bermaksud untuk berjabat tangan dan berkenalan.

Jesline yang melihat itupun mengangkat tangannya juga berjabat tangan dengan Erina lalu menyebutkan namanya, "Jesline" kata Jesline dengan sedikit rona malu-malu di wajah dan nada bicaranya.

"Adik Tuan Alex?" tanya Erina sedikit takut. Matanya menatap Jesline dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Karena menurutnya adik perempuan dari Tuan Alex ini memiliki kepribadian yang berbeda dari dua Kakak laki-lakinya.

"Iya!" jawab Jesline.

"Senang berkenalan denganmu!" kata Erina. "Semoga kita bisa menjadi teman yang baik di rumah ini," kata Erina lagi. Tersenyum manis pada Jesline. Jesline yang melihat itu pun menjawabnya dengan senyuman. Baru kali ini dia melihat ada seseorang yang tersenyum dengannya secara ikhlas dan perhatian seperti Erina.

***

Malam penyergapan, di kediaman Tuan Alex tepatnya di kamar Erina. Gadis itu belum tidur, dia masih menatap bintang-bintang di balkon kamarnya. Sudah lama dia tidak menatap pemandangan bintang malam yang indah seperti saat ini. Ya, kehidupannya akhir-akhir ini dipenuhi dengan perjuangan, perjuangan untuk mencari uang demi sang adik bisa dirawat di rumah sakit dengan perawatan yang maksimal. Memang, sesusah itulah hidup Erina  akhir-akhir ini sebelum Tuan Alex datang ke dalam hidupnya.

Malam yang awalnya hening kini sedikit bising, suara dering telepon mengagetkan Erina yang sedang berdiri di balkon kamar. Mendengar itu, Erina pun melangkahkan kakinya untuk memasuki kamar. Mengambil handphone yang terletak di atas kasur samping bantal guling, melihat siapa yang menelepon di tengah-tengah malam begini.

Alex, untuk apa dia menelepon tengah-tengah malam begini? Apa ada kabar baik tentang keadaan Rendi? Tanya dirinya sendiri dalam hatinya. Sudah beberapa hari ini Tuan Alex tidak menghubungi Erina, jadi Erina bisa menembak bila Tuan Alex menelpon seperti ini pastilah ada sesuatu hal penting yang ingin dikatakannya. Dengan cepat Erina pun mengangkat panggilan telepon itu, tidak mau yang disana akan duluan marah dan dirinya kena semprot lagi.

"Halo!" kata Erina dengan suara yang dibuat selembut mungkin. Bersikap baik dan ramah itulah yang harus dilakukan Erina bila sedang menjawab telepon atau berbicara dengan Tuan Alex.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Tuan Alex di ujung sana. Mempertanyakan kabar dari Erina yang sudah beberapa hari ini tidak pernah dihubunginya. Mungkin rasa rindu melanda hatinya, maka dari itu entah angin dari mana ya membawanya untuk menghubungi Erina malam ini.

"Kabar saya baik, sangat-sangat baik! Oh ya, boleh aku bertanya?" kata Erina meminta izin terlebih dahulu sebelum bertanya. Dia bukan siapa-siapa, dia hanyalah seorang gadis yang mau dinikahi demi sang adik dibiayai biaya rumah sakitnya. Mungkin bisa dikatakan dia menjadi budak di rumah itu. Maka dari itu di harus bersikap baik dengan Tuan Alex.

"Ya, boleh!" kata Alex. hanya itu jawaban dari Tuan Alex, lalu diam menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan oleh calon istrinya itu.

"Apakah keadaan Rendi sudah mulai membaik? Atau sudah ada kabar menggembirakan untukku?" tanya Erina menunggu jawaban dengan sangat harap-harap cemas.

"Tidak ada kabar baik tentang Rendi yang bisa aku ceritakan padamu. Keadaanya masih sama saja, belum ada perkembangan. Kau tenanglah disana, tidak usah pikirkan masalah di sini," jawab Tuan Alex di ujung sana. Berbicara dengan anda dingin dan cuek namun dia menyunggingkan senyum misterius yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu artinya apa dari senyuman itu.

klKau tidak tahu saja adikmu di sini sudah siuman. Bahkan hampir setiap hari dia mempertanyakan keberadaanmu di mana, dirimu sehat atau tidak, aku ini siapa dan kenapa aku berada di sini. Ya, setiap hari. Sampai aku sangat bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol dari adikmu itu. Sekarang aku jawab, namun pasti besok dia bertanya lagi. Sangat membosankan! Batin Alex.

Ya, dia  berbohong dengan Erina. Rendi sudah sadar, namun dia berniat membuat sebuah kejutan besok pagi untuk Erina karena besok pagi dia akan pulang dari singapura menuju ke indonesia, ke tanah airnya. Maka dari itu malam ini dia menelpon Erina, bertujuan untuk sekedar bertanya kabar, ya hanya sekedar itu saja.

"Baiklah, tolong jaga adik saya di sana Tuan! Berikan perawatan yang terbaik untuk adik saya, maka anda bisa melakukan apapun terhadap diri saya," ucap Erina dengan pasrah.

"Ya, itu memang sudah tugasku. Aku akan menjalankan tugasku maka dari itu kau juga harus menepati janjimu. Kita sama-sama impas, kita saling bekerjasama. Aku membiayai biaya pengobatan adikmu, dan aku mendapatkanmu sebagai budakku," jawab Tuan Alex lalu dengan cepat memutuskan sambungan teleponnya.

Lagi-lagi sambungan telepon diputuskan secara sepihak. Ya, adalah kau rajanya, aku hanyalah budak di sini, kata Erina pada dirinya sendiri. Menyadari bahwa posisinya itu tidak kuat sama sekali untuk bisa melawan Tuan Alex.

Kita lihat besok, apa yang akan terjadi di saat kau melihat adikmu ada di depan mata kepalamu sendiri. Ya, itu kejutan untukmu Erina! Batin Alex. Menatap layar handphone yang semua teleponnya sudah diputus nya secara tiba-tiba tadi.

Bersambung