Kedua bola mata Nara terbuka seketika, melihat langit-langit kamar berwarna putih. Penyebabnya terbangun secara mendadak begini adalah mimpinya. Dia bermimpi sedang melakukan hubungan suami-istri entah dengan siapa. Bahkan, sampai pendingin ruangan saja tak mampu menahan peluhnya untuk tidak membasahi dahi serta leher. Beberapa detik setelahnya, dia baru tersadar jika Nara tidak tertidur di kamarnya. Dirinya menoleh dan hampir terkejut melihat Rayhan yang masih meringkuk dibalik selimut. Nara masih asing dengan kenyataannya saat ini.
Gadis itu meraba tubuh atas hingga bawah, memastikan jika pakaiannya tak ada yang terlepas satu pun. Karena bagaimanapun juga, dia ini sama sekali tidak mengenakan pakaian, dan itu jauh lebih mudah membuat tubuhnya terbentuk jelas. Namun, Nara merasa sangat lega jika tubuhnya masih belum diapa-apakan oleh Rayhan. Dia belum siap.
Nara bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, lantaran dia merasa ingin buang air kecil. Pergerakannya sangat hati-hati, karena Nara juga tidak ingin mengganggu tidur suaminya. Pun menutup pintu kamar mandi sampai tak menimbulkan suara sedikitpun. Berjalan menuju kloset dan mulai menurunkan celana yang dipakainya. Awalnya, Nara kira hari ini adalah hari pertamanya datang bulan, karena pusat kewanitaannya pun terasa sedikit tidak nyaman. Namun, saat dia mulai membersihkannya, ada cukup banyak lendir yang keluar. Ini pasti karena mimpi tadi. Gadis itu segera membersihkannya sebelum keluar dari kamar mandi.
Selesai dengan urusannya, Nara membuka pintu dan melihat sang suami yang sudah terbangun. Rayhan hanya melihatnya sekilas, sebelum akhirnya laki-laki itu bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi. Dan Nara langsung bergerak mengambil ponselnya, dia ingin menghubungi ibunya agar dikirimkan pakaiannya. Sembari menunggu sang ibu menjawab panggilannya, Nara mengambil ikat rambutnya untuk dikenakan.
Sedangkan dibelakang Nara, ternyata Rayhan hanya berdiri di ambang pintu kamar mandi mendengar istrinya protes pada ibunya, lantaran isi koper yang tidak sesuai dengan harapannya. Dia tidak menutup pintu kamar mandinya, dan hanya mengambil pakaian untuk ia kenakan nanti Rayhan ini segera mandi saat ini. Bersamaan dengan menutup pintu kamar lemari, Nara juga sudah selesai menghubungi ibunya.
"Untuk pagi ini, kau didalam kamar saja. Biar aku yang akan ke rumah orang tuamu untuk mengambil pakaianmu," ucap Rayhan yang langsung berjalan ke kamar mandi.
Tidak ada yang bisa dikatakan oleh Nara, selain dirinya sangat berterimakasih pada Rayhan. Kendati suaminya itu irit berbicara, namun Nara bisa merasakan perhatiannya. Dia tersenyum tipis dan merasa sangat lega, tak perlu lagi meminjam pakaian milik Rayhan. Saat ini, hanya duduk di tepi ranjang yang bisa dia lakukan, sembari menunggu suaminya selesai mandi. Dirinya tidak bisa keluar kamar dengan keadaan tubuh yang tidak memakai pakaian dalam, malu dengan mertuanya.
Selang dua puluh lima menit, akhirnya Rayhan keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi. Laki-laki itu berjalan ke depan cermin untuk merapikan penampilannya, lantas menyahut kunci mobil dan ponsel yang berada diatas nakas. Dia keluar kamar dan memberikan sebuah pesan untuk istrinya itu.
"Kau jangan keluar kamar sampai aku pulang," Rayhan menunjuk sekilas ke arah Nara—lebih tepatnya pada tubuh sang istri. "Aku akan berbicara pada ibuku," tambahnya dan segera menutup kamar.
Memang apa yang diucapkan oleh Rayhan barusan sudah terpikirkan oleh Nara sebelumnya. Namun, ada sedikit rasa tidak enak yang terbesit dalam dirinya, karena sebagai wanita pasti akan merasa malu jika terlihat bangun terlambat dan tidak membantu ibu mertuanya sendiri. Dan ketika Rayhan memperingatinya, Nara buru-buru berjalan ke arah cermin. Apalagi tadi suaminya itu sempat menunjuknya. Nara merasa sedikit ada yang aneh, saat jari telunjuk Rayhan terarah padanya.
Dia berdiri tepat didepan cermin, sontak langsung membulatkan kedua maniknya. Kendati kaos putih ini tidak tembus pandang, tapi pusat dadanya sangat terlihat jelas. Pantas saja Rayhan melarangnya keluar kamar, itu pasti karena dia juga sudah melihat apa yang sedang Nara lihat saat ini. Entahlah, Nara tidak tahu harus bereaksi bagaimana, atau mungkin dia tidak akan berani memasang wajahnya ketika Rayhan pulang nanti. Kedua tangannya bergerak secara otomatis menuju depan dada guna menutupi dua gundukan itu.
Sedangkan Rayhan, dia baru saja memijakkan kaki pada tangga terakhir sebelum berjalan menuju dapur. Memang dia berniat untuk memberitahu ibunya, untuk mencegah pemikiran buruk sang ibu pada menantu barunya. Yang padahal tidak terdapat salah pada Nara.
"Ibu, jangan memanggil Nara terlebih dahulu. Aku akan mengambil pakaian di rumah Nara," ucap Rayhan.
Bahkan, dia belum mendengar kalimat ibunya, tapi Rayhan sudah menghalau meninggalkan rumah menuju rumah orang tua sang istri. Ibunda Rayhan sampai menggelengkan kepalanya, melihat putra satu-satunya itu meninggalkannya tanpa mendengar balasan atas ucapannya. Namun, wanita itu juga tersenyum ketika baru menyadari jika putranya itu sudah menikah dengan wanita yang sangat pas untuk Rayhan.
Sang ibu merasa, jika menjodohkan Rayhan dan Nara bukanlah suatu keputusan yang salah. Karena dilihat saat acara kemarin, Rayhan sendiri juga tak nampak risih saat harus berjalan berdampingan. Apalagi, baru saja ibunya diberitahu jika putranya itu akan mengambil pakaian milik sang istri.
Sebenarnya, dari dalam kamar Nara juga sedikit mendengar suara di lantai bawah, hanya saja dia tidak mendengarnya dengan jelas. Suara yang ditangkap hanyalah suara mesin mobil Rayhan yang sudah meninggalkan rumah.
Di dalam kamar ini, Nara hanya melihat setiap sudut dan seisi kamar. Namun, dirinya masih ragu jika harus membuka semua lemari atau rak tanpa seizin pemiliknya. Bagaimanapun juga, sebeleum dirinya berada di rumah ini, semua barang yang ia temui sekarang adalah milik Rayhan. Dimana Nara tidak bisa menyentuh ataupun membuka satu persatu apa yang sebelumnya juga belum pernah dia pegang ataupun lihat.
Perhatiannya terpusat pada salah satu etalase yang berisikan figur superhero. Nara yakin jika semua benda itu adalah koleksi suaminya. Memang jumlahnya tidak banyak, tapi sepertinya memang yang terkumpul adalah barang yang stoknya terbatas, dan tentu saja dengan harga yang tidak murah.
"Dia memang kolektor hebat. Berani mengeluarkan banyak uang untuk ini," gumam Nara seorang diri saat memegang salah satu figur.
"Aku membawanya langsung dari negara asalnya," ucap Rayhan secara tiba-tiba.
Nara menoleh ke belakang dan mendapati Rayhan yang baru saja membuka pintu sembari membawakan kopernya yang berisi pakaian. Dirinya mengembalikan benda koleksi Rayhan ke tempatnya, berjalan menghampiri sang suami seraya tersenyum lembut, bersamaan mengambil alih kopernya.
"Pasti sangat berharga untukmu," ucap Nara.
Gadis itu berjongkok dan membuka kopernya, dia tak ingin jika ibunya ini membawakan pakaian yang sama jenisnya seperti tadi malam. Akhirnya, Nara bisa bernafas senang, karena isi kopernya memang pakaian yang berbeda dari koper satunya. Lantas dia segera mengambil satu setelan pakaian untuk dibawanya ke dalam kamar mandi. Dirinya berhenti tepat didepan tubuh Rayhan dengan kedua tangan yang membawa pakaian serta handuknya. "Terimakasih, mas," katanya dengan suara lembut.