Chereads / mata ketiga / Chapter 28 - Bab 28

Chapter 28 - Bab 28

Sepulang sekolah aku menceritakan rencana kami kepada Mamah, Mamah menyetujuinya dan meminta agar kenalan Ana itu datang ke rumah karena Mamah ingin bertemu. Setelah itu aku pergi ke kamar aku melihat Kak Kemala sedang menyapu halaman, aku baru menyadari kalau rambutnya selalu terurai tidak pernah di ikat. Dia berhenti menyapu dan menoleh ke arahku dan tersenyum, tapi senyumannya itu membuatku takut.

"Kakak kenapa?" Adik mengagetkanku.

"Aduh kamu mengagetkan saja," ujarku.

"Kenapa Kakak mengintip Kak Kemala?" tanyanya.

"Enggak Kakak Cuma lihat saja," jawabku.

"Kalau begitu antar aku ke warung Kak," pintanya.

"Memang kamu mau beli apa?" tanyaku.

"Aku mau beli permen," jawabnya.

"Ya sudah Kakak ganti baju dulu ya," ujarku.

Setelah ganti baju aku mengantar Adik jajan, saat keluar rumah Kak Kemala masih menyapu di luar. Saat aku melewatinya tercium bau melati, aku tidak menyapanya karena aku takut padanya. Setelah pulang dari warung aku melihat Kak Andi baru pulang, mereka terlihat sangat harmonis Kak Kemala mencium tangan Kak Andi saat pulang kerja. Aku berpikir apakah Kak Kemala benar-benar Kuntilanak, tapi aku memang melihat jelas di kepalanya ada paku.

"Dari mana Nin?" tanya Kak Andi.

"Dari warung Kak, ini Adek mau jajan permen," jawabku.

"Mampir dulu sini," ujar Kak Andi.

"Iya nanti saja Kak aku mau bantu Mamah," jawabku.

"Ya sudah," ujarnya.

Aku langsung masuk ke rumah, saat aku masuk aku mengintip dari jendela, mereka tampak sangat harmonis walaupun Kak Kemala tetap terlihat sayu. Saat aku sedang melihat mereka Kak Kemala menoleh ke arahku tapi kali ini dia tidak tersenyum. Dia seperti tahu rahasiaku kalau aku akan mengungkap siapa dia sebenarnya.

"Nin kamu lagi apa?" tanya Ayah

"Enggak lagi apa-apa Ayah" jawabku.

"Ayo kita makan," ajak Ayah.

"Iya," jawabku.

"Kamu dari mana Nin?" tanya Mamah.

"Dari warung Mah tadi Adek mau jajan permen," jawabku.

"Mamah kan bilang Adek jangan sering makan permen," ujar Mamah.

"Tapi Adek Cuma beli satu kok Mah," ujarnya.

"Iya jangan terlalu sering ya nanti giginya rusak," ujar Mamah.

"Iya," jawabnya.

Saat sedang makan Ayah bercerita kalau Kak Andi berencana mengajak Kak Kemala liburan, aku bertanya kapan mereka akan liburan. Katanya mereka akan liburan minggu depan karena ada tanggal merah jadi Kak Andi meminta izin dua hari setelah tanggal merah, padahal aku ingin segera membongkar jati diri Kak Kemala. Tapi kalau benar mereka akan liburan minggu depan berarti kami harus segera melakukan rencana itu, tapi aku juga tidak tega kalau harus menghancurkan rencana Kak Andi apalagi dia terlihat sangat bahagia bersama Kak Kemala.

"Nin kamu melamun?" tanya Mamah.

"Enggak kok Mah," jawabku.

"Kamu lagi melamun Cowok ya," ayah meledekku.

"Ih enggak kok," jawabku.

"Memang siapa pacar kamu ya," Ayah tertawa.

"Ih aku enggak punya pacar tahu," jawabku.

"Anak yang kemarin yang tompelnya di hidung ya," Ayah tertawa.

"Ih enggak mau," ujarku, Ayah tertawa sampai tersedak.

"Tuh kan meledek terus sih jadi batuk kan," aku balik meledek.

"Sudah, sudah ayo cepat makannya jangan sambil bercanda," ujar Mamah.

Setelah Makan aku menonton di ruang tengah, hanya aku yang menonton TV karena Ayah sedang ada pekerjaan Kantor jadi dia membereskannya di rumah, dan Mamah sedang menemani Adik belajar karena tahun depan dia mulai sekolah. Aku menonton film horor, filmnya terasa sangat seram apalagi aku menontonnya sendirian. Saat asyik menonton TV remote tiba-tiba jatuh, aku mencoba mengambilnya, saat aku memegang remote itu ada tangan yang memegang tanganku sontak aku kaget.

"Nin," Mamah mengagetkan.

"Mamah, aku kira siapa," ujarku.

"Kamu sedang apa?" tanya Mamah.

"Aku lagi cari remote Mah," jawabku.

"Ketemu remotenya?" tanyanya.

"Iya Mah ketemu," jawabku.

"Sudah malam kamu cepat tidur biar besok enggak kesiangan," ujar Mamah.

"Iya Mah aku tidur sekarang," aku bergegas ke kamar.

Kali ini aku tidur dengan Adikku, dia sudah tidur lebih dulu. Aku juga segera tidur karena sudah mengantuk dan tidak ada tugas sekolah, baru saja berbaring aku mendengar ada yang menyapu di luar. Aku lihat jam ternyata sudah jam 10 malam, aku pikir siapa yang menyapu malam-malam begini. Karena penasaran aku mengintip dari jendela ternyata itu Kuntilanak dan suara menyapu itu berasal dari rambutnya yang menjuntai sampai tanah, aku sangat ketakutan tapi aku lihat-lihat sepertinya itu bukan Kak Kemala, karena seingatku rambutnya tidak sampai sepanjang itu.

"Kakak kenapa tidak tidur?" Adik bangun.

"Iya ini juga mau tidur," jawabku.

"Kakak sedang apa?" tanyanya.

"Kakak sedang menutup gorden tadi terbuka," ujarku.

Kami tertidur dan keesokannya aku menceritakan kejadian semalam kepada Anak dan Sara, dan aku memberitahu mereka kalau Kak Andi dan Kak Kemala berencana untuk pergi liburan. Ana menyarankan agar kami segera melakukan rencana itu, aku juga setuju karena menurutku lebih cepat lebih baik. Agar Kak Andi tidak terjebak hidup dengan Hantu.

"Kalu begitu kamu hubungi kenalan kamu itu," ujarku.

"Oke nanti aku akan menghubungi dia," ujar Ana.

"Kapan kita akan mulai?" tanya Sara.

"Bagaimana kalau Sabtu kalian menginap di rumahku kita lakukannya hari Sabtu saja," ujarku.

"Boleh juga, menurut kamu bagaimana Sa?" tanya Ana.

"Kalau aku akan minta izin dulu ke Mamahku," jawabnya.

"Oke kalau kalian sudah sapat izin hari Sabtu kita lakukan," ujarku.

"Terus bagaimana dengan kenalan kamu An?" tanya Sara.

"Ajak juga dia menginap," ujarku.

"Oke nanti sekalian aku ajak dia," ujarnya.

Kami berencana hari Sabtu karena kebetulan hari Sabtu Ayah akan lembur, berarti Kak Andi juga akan lembur. Kalau Kak Kemala tidak menginap berarti dia akan di rumah sendirian, jadi kami bisa melakukan rencana kami. Kami akan menyelinap ke rumahnya saat dia telah berubah wujud, dan Kak Lisa akan mencabut pakunya. Kak Lisa adalah kenalan Ana yang aku ceritakan, kemampuannya itu memang di turunkan dari Neneknya dan dia sudah sering berurusan dengan hal seperti itu.

"Halo Kak ini aku Ana," Ana menelepon Kak Lisa.

"Iya Ana, ada apa ya tumben menelepon?" tanyanya.

"Ini Kak aku mau minta bantuan Kakak, bisa enggak?" tanya Ana.

"Bisa, mau minta tolong apa?" tanyanya.

"Bisa bertemu enggak Kak, biar kita bicara langsung?" tanya Ana.

"Oh bisa kebetulan Kakak hari ini sudah beres kuliah," ujarnya.

"Nanti pulang sekolah aku Kak," ujar Ana.

"Oke mau ketemu di mana?" tanyanya.

"Nanti aku kasih tahu sepulang sekolah," jawab Ana.

"Oke Kalau begitu," aku menutup telepon.

Sepulang sekolah kami bertemu Kak Lisa di Cafe yang biasa kami datangi, di sana kami menyampaikan maksud kami meminta tolong kepadanya. Setelah dia mendengar ceritaku, dia bersedia menolong kami, dia sangat ramah dan tidak sungkan untuk menolong. Dia menyuruh kami untuk menyiapkan apa saja yang di perlukan untuk melakukan rencana kami.