"Kalian siapkan saja keperluannya," ujar Kak Lisa.
"Apa saja yang diperlukan Kak?" tanya Ana.
"Kita perlu alat untuk melepaskan pakunya," saran Kak Lisa.
"Baik nanti aku akan pinjam ke Ayah alat untuk mencabut paku," kataku.
"Jangan lupa kalian siapkan bunga melati agar dia terpancing," ujarnya.
Setelah itu kami pulang ke rumah masing-masing, dan memutuskan hari Sabtu menginap di rumahku. Hari Sabtu telah tiba, setelah pulang sekolah karena Ana dan Sara telah di izinkan untuk menginap, kami langsung menuju kampus Kak Lisa untuk menjemputnya, baru setelah itu kami pulang ke rumahku.
"Assalamualaikum Mah," aku membuka pintu.
"Iya Nin, eh ada Teman Nina," ujar Mamah.
"Iya Tante, kami mau menginap boleh kan?" tanya Ana.
"Iya tentu boleh, ayo masuk," mamah mempersilahkan kami masuk.
"Kalian sudah makan belum?" tanya Mamah.
"Belum Mah, kami belum makan," jawabku.
"Kalau begitu ayo kita makan bersama," ajak Mamah.
"Ah enggak usah Tante," ujar Ana.
"Sudah kalian pasti lapar," aku mengajak mereka ke meja makan.
"silakan di makan jangan malu-malu," Mamah menyodorkan Makanan kepada mereka.
Setelah selesai makan mereka ingin membantu membereskan meja makan, tapi Mamah menyuruh kami ke kamar sana langsung belajar. Aku langsung mengajak mereka ke kamarku, sesampainya di kamar mereka bergantian mandi dan ganti baju. Tidak lama Mamah pergi ke kamar untuk mengantarkan camilan, setelah itu kami menunggu hari mulai gelap baru setelah itu kami pergi ke rumah Kak Kemala.
"Sekarang sudah mulai gelap, ayo kita ke sana," ajakku.
"Ayo tapi bagaimana cara kita masuk ke dalam?" tanya Sara.
"Kita ketuk saja pintunya," jawabku.
"Bagaimana kalau dia sudah berubah?" tanya Sara.
"Menurut Kak Lisa apakah Kak Kemala sudah berubah?" tanya Ana.
"Setahuku Kuntilanak itu akan berubah pas tengah malam," jawabnya.
"Kalau begitu kita ke sana saja setelah tengah malam," saranku.
Kami sepakat akan ke sana setelah tengah malam, sambil menunggu Kak Lisa menceritakan beberapa kejadian orang-orang yang telah dia tolong. Ceritanya sangat seram, dia juga pernah menolong Orang yang kesurupan terus menerus selama satu bulan. Tidak terasa sudah hampir tengah malam, kami bergegas untuk pergi ke rumah Kak Kemala.
"Ayo kita pergi sekarang," ajakku.
"Ayo jangan lupa bawa keperluannya," ujar Kak Lisa.
"Bagaimana caranya kita masuk?" tanya Sara.
"Iya kamu benar sepertinya Kak Kemala kan sudah berubah" ujar Ana.
"Sudah enggak apa-apa, lebih bagus kalau kita cabut dia sudah berubah," ujar Kak Lisa.
"Bagaimana caranya kita masuk Kak?" tanyaku.
"Kita dobrak saja pintunya," jawabnya.
Saat kami akan mendobrak pintu, ternyata pintunya tidak di kunci. Kami bergegas masuk dan mencari Kak Kemala, kami menemukannya di kamar, ternyata dia sudah mulai berubah. Kak Lisa mengeluarkan sebuah jaring, katanya itu bukan sembarang jaring. Jaring itu di berikan oleh Neneknya, jika Hantu itu kita tangkap dengan jaring dia tidak akan bisa ke mana pun, karena jaring itu memang di buat khusus untuk menangkap Hantu.
"Ayo bantu Kakak, bentangkan jaring ini dan jaring Kuntilanak itu dengan ini." Kak Lisa membentangkan Jaring.
"Baik Kak." Ana membantu membentangkan.
"Jangan! Jangan!" rintihan Kuntilanak itu.
"Diam kamu Kuntilanak, aku akan membongkar siapa kamu sebenarnya agar kamu tidak menipu banyak orang," Kak Lisa mengeluarkan sebuah tang.
"Apa yang akan Kakak lakukan?" tanya Sara.
"Ayo kalian pegangi dia," Kak Lisa menyuruhku dan Sara.
"Jangan!" Teriak Kak Andi, ternyata dia sudah pulang.
Kak Andi berteriak dan berusaha menggagalkan usaha kami, dia sepertinya sudah mengetahui kalau istrinya seorang Kuntilanak. Tapi karena kami lebih cepat Kak Lisa berhasil melepas paku itu, saat paku itu terlepas, Kuntilanak itu langsung cekikikan dan melayang menembus tembok dan pergi. Kak Andi mengejarnya.
"Kemala jangan pergi!" Kak Andi mengejarnya.
"Jangan Kak!" Kami mengejar Kak Andi.
"Ini semua gara-gara kalian!" dia marah.
"Kami hanya ingin membantumu," ujarku.
"Membantu apa, kalian hanya membuatku jadi sengsara seperti ini," dia menangis.
"Apa Kakak sebenarnya sudah tahu kalau Kak Kemala itu adalah Kuntilanak?" tanyaku.
POV Kak Andi
Aku enggak percaya sebentar lagi aku akan menjadi suami, Kemala adalah perempuan yang sangat sempurna untukku. Aku sangat beruntung bisa menikahi dia, dan besok adalah hari pernikahan kami.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Mamahku.
"Aku deg-degan Mah." aku memegang dadaku.
"Semua calon pengantin pasti seperti ini," ujarnya.
"Kamu jangan bergadang ya, besok kan kita harus bangun pagi untuk bersiap-siap." Mamahku meletakan baju jas Pengantinku.
"Aku susah tidur Mah," ujarku.
"Tenangkan perasaan kamu, nanti juga bisa tidur." Mamah mengelus kepalaku.
"Iya Mah aku akan coba." Aku langsung berbaring dan memakai selimut
Setelah tenang aku bisa tidur, dan saat pagi-pagi sekali Mamah membangunkanku. Kami bersiap-siap, setelah semuanya sudah siap kami langsung menuju tempat pernikahan kami. Seperti pada umumnya, aku melakukan seserahan, sampai akhirnya melakukan ijab kabul pernikahan. Aku melakukannya dengan lancar, sekarang kami sudah sah sebagai Suami Istri, tapi Kemala terlihat berbeda dia terlihat pucat.
"Kamu kenapa?" tanyaku.
"Enggak apa-apa Mas," dia mencium tanganku.
"Kamu yakin?" tanyaku.
"Iya, sekarang ayo kita ke pelaminan Mas untuk menyambut tamu," senyumnya sangat Manis.
"Iya ayo." Aku membantu dia berdiri.
Saat kami akan menuju pelaminan, Kemala tiba-tiba pingsan, aku kaget dan meminta bantuan. Orang tua kami mencoba membangunkannya tapi tidak juga berhasil, jadi aku memutuskan untuk membawanya ke Rumah sakit. Saat tiba di sana Kemala langsung di periksa ternyata dia sudah tidak ada, dia sudah meninggalkanku, aku merasa seperti tersambar petir di siang bolong.
"Dok bagaimana Istri saya," aku menuju Dokter.
"Maaf Pak saat Istri Anda ke sini, dia sudah dalam keadaan meninggal," ujarnya.
"Kamu jangan bercanda ya," aku menarik jas Dokter itu dan hampir memukulnya.
"Andi jangan Nak," Mamah memegangiku.
"Dia berbohong Mah," aku menunjuk Dokter itu.
"Tidak Bu saya berkata yang sejujurnya, setelah saya periksa Pasien mengalami serangan jantung," ujar Dokter itu.
Aku tidak sadarkan diri di Rumah sakit, begitu pula dengan Orang tua Kemala, mereka sangat terpukul. Terutama aku, aku sangat kehilangannya apalagi kami baru saja menyandang status Suami Istri. Setalah kejadian itu, aku mengurung diri di kamar dan tidak mau makan walaupun Orang tuaku memaksa, aku hanya memikirkan Kemala dan bagaimana cara agar aku bisa hidup bersamanya, aku sempat akan bunuh diri tapi usahaku itu digagalkan oleh Orang tuaku. Setalah kejadian itu aku pura-pura membaik dan melakukan kegiatanku kembali, dan aku juga pergi bekerja lagi, agar Orang tuaku tidak khawatir, padahal aku tetap mencari cara bagaimana agar kami bisa kembali bersama lagi.