Chereads / mata ketiga / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

Saat perjalanan pulang aku menengok lagi tempat kejadian bunuh diri itu, aku sangat kaget karena melihat ada perempuan yang bergelantung aku hampir jatuh dari motor, tetapi aku mencoba menenangkan diriku walau tanganku bergetar, sesampainya di rumah aku langsung mandi, ganti pakaian dan makan. Saat aku sedang menonton TV aku ketiduran dan aku mimpi bertemu perempuan yang gantung diri itu.

"Tolong aku!" ujarnya.

"Kamu siapa? Kenapa minta tolong?" tanyaku.

Dia tidak menjawab tetapi dia menunjuk ke arah foto seorang lelaki tetapi aku tidak mengenalinya. Tiba-tiba aku terbangun dan sekelebat seperti ada seorang perempuan yang lewat, karena takut aku bergegas ke kamar untuk tidur. Keesokannya aku menceritakan mimpiku kepada Ana dan Sara.

"Kenapa dia minta tolong ya!" Ujar Sara.

"Sepertinya ada yang tidak wajar dengan kematiannya," ujar Ana.

"Kalu meninggal bunuh diri kan memang tidak wajar," ujarku.

"Bukan maksudku dia meninggal karena sesuatu terus dia harus menyelesaikannya agar dia bisa tenang," ujar Ana.

"Terus kenapa dia minta tolong ke aku? Bukan ke keluarganya," tanyaku.

"Mungkin karena kamu bisa lihat dia," ujar Sara.

"Terus aku harus bagaimana?" tanyaku.

"Kita coba saja bantu dia dengan petunjuk yang dia kasih kamu masih ingat wajah lelaki di mimpi kamu Nin?" tanya Sara.

"Iyah aku masih ingat," jawabku.

Kemudian kami mulai mencari informasi yang berkaitan dengan Mbak Lilis yaitu gadis yang bunuh diri, Ana menemukan foto Mbak Lilis bersama dengan lelaki kemudian dia memperlihatkan kepadaku. Dan laki- laki itu yang berada di mimpiku dia adalah pacar Mbak Lilis, kami berencana untuk menemui lelaki itu karena Sara mengetahui tempat tinggal lelaki itu karena rumahnya satu wilayah dengan Sara, setelah pulang sekolah kami langsung pergi.

"Eh itu yang di warung kayak lelaki itu," ujarku.

"Eh iya kita ke sana saja," ujar Ana.

"Kak boleh tanya? Kakak namanya Ardi bukan?" tanyaku.

"Iya ada perlu apa ya Dek?" Tanya lelaki itu.

"Kakak pacarnya Mbak Lilis kan?" tanya Ana.

"Iya memangnya kenapa!" jawabnya dengan suara tinggi.

Aku menceritakan mimpiku dan tujuan kami menarinya. Tetapi dia malah memarahi kami dan mengusir kami di hadapan teman-temannya, kami menjadi curiga bahwa kematian Mbak Lilis ada hubungannya dengan kak Ardi. Kami jadi lebih sering datang ke wilayah itu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, saat aku tidur perempuan itu datang lagi ke mimpiku dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya dan mengambil sesuatu di lemarinya. Tiba-tiba aku terbangun dan melihat ada tulisan minta tolong di cermin.

"Hallo Ana aku dapat mimpi lagi perempuan itu menyuruhku untuk membawa sesuatu di lemarinya," ujarku.

"Sesuatu apa?" tanya Ana.

"Aku juga enggak tahu sebaiknya besok kita ke rumahnya saja," jawabku.

"Ya sudah besok kan hari minggu kita ke sana saja, nanti aku ajak Sara," ujar Ana.

Esoknya kami pergi ke rumah itu, Ana meminta izin untuk ke kamar Mbak Lilis. Aku menceritakan dulu agar orang tua Mbah Lilis mengizinkan, saat kami masuk aku langsung tertuju lemari yang ada di kamar itu. Aku membukanya dan menemukan buku harian, kami meminta izin untuk membawa buku itu dan Orang tua Mbak Lilis mengizinkan. Kamu mencari informasi dengan membaca buku harian itu dan kami menemukan tulisan kalu Mbak Lilis mengakhiri hidupnya karena dia hamil dan pacarnya tidak mau bertanggung jawab sehingga dia memutuskan untuk bunuh diri karena takut ketahuan oleh Orang tuanya.

"Apa! Pantas saja Kak Ardi mengusir kita," ujar Sara.

"Kita harus bertemu Kak Ardi dan minta dia untuk memberi tahu itu kepada Orang tua Mbak Lilis," ujarku.

"Iyah aku setuju, besok sepulang sekolah kita langsung menemui Kak Ardi," ujar Ana.

Kami pulang ke rumah masing-masing, saat aku dan Adikku menonton TV di kamar tiba-tiba TV mati kemudian menyala lagi terus berulang seperti itu tiga kali. Karena takut Adiku lari ke ruang tengah menghampiri Orang tuaku, belum sempat aku menyusul di depan pintu ada hantu Mbak Lilis dia terus meminta tolong aku ketakutan kemudian lompat ke kasur dan menutup muka dan badanku dengan selimut tetapi hantu itu mendekat aku berteriak kemudian Ayahku datang.

"Ada apa Nin kenapa kamu teriak? Adik kamu juga menangis," tanya Ayahku.

"Ada hantu dia mengganggu aku terus, dia minta tolong," jawabku.

"Hantu siapa? Terus dia minta tolong apa?" Tanya Ayah.

Kemudian aku menceritakan semuanya, dan Ayah akan mencoba membantu dengan bicara kepada Orang tua Mbak Lilis besok. Aku sedikit lega karena mungkin setelah semuanya selesai hantu itu tidak akan mengganggu aku lagi. Besok ya Ana menelepon.

"Nin kita jadi enggak buat menemui Kak Ardi?" tanya Ana.

"Kayaknya jangan dulu An soalnya Ayahku mau ke rumah Mbak Lilis mau menceritakan yang sebenarnya kepada Orang tua Mbak Lilis," ujarku.

"Ya sudah, kalau sudah ke sana kasih tahu aku lagi ya," pinta Ana.

"Oke An," jawabku.

Kemudian aku dan Ayah pergi ke rumah Mbak Lilis sambil membawa buku hariannya untuk menjadi bukti, sesampai di sana Papah langsung menceritakan semua kepada Orang tua Mbak Lilis. Mereka sangat terpukul bahkan Ayahnya sangat marah dan mengambil golok dan pergi untuk menemui Kak Ari tetapi dicegah oleh Ayahku

"Pak tenang Pak, sebaiknya kita selesaikan dengan cara kekeluargaan jangan dengan amarah," pinta Ayahku.

"Diam! Kamu tidak merasakan yang saya rasakan," jawabnya.

"Masalah akan semakin besar kalau diselesaikan dengan amarah Pak," ujar Ayahku.

Tiba-tiba ibu Mbak Lilis pingsan, ternyata dia kesurupan oleh Mbak Lilis. Dia meminta maaf kepada Orang tuanya dan meminta untuk tidak melakukan kekerasan dia hanya ingin Orang tuanya tahu bahwa dia melakukan bunuh diri karena Kak Ardi tidak mau bertanggung jawab dia hanya ingin Kak Ardi meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada Orang tuanya. Kemudian Ibu Mbak Lilis sadar, setelah itu aku dan Ayah pulang, saat sampai di rumah aku pergi ke kamar madi saat membuka pintu ada Mbak Lilis aku sangat terkejut.

"Terima kasih ya kamu sudah membantu saya," ujarnya.

"Iyah sekarang Mbak jangan mengganggu orang lagi karena sekarang kita sudah beda alam," ujarku.

Dia tiba-tiba menghilang, setelah itu aku memberitahu Ana dan Sara, aku kira masalahnya sudah selesai ternyata tidak Kak Ardi menjadi marah kepada kami karena dia merasa dipermalukan karena ulah kami, dia pergi ke Orang pintar dan mengirimkan makhluk-makhluk mengerikan untuk mengganggu kami dan yang parah mengalami gangguan adalah aku.

"Hallo Nina aku takut aku di teror makhluk besar mengerikan," ujar Sara.

"Aku juga sama Sar bahkan aku hampir saja terjatuh dari tangga karena gangguan makhluk seram itu," ujarku.

"Bagaimana dengan Ana apa dia juga mengalami sama?" tanya Sara.

"Aku enggak tahu besok kita bicarakan lagi disekolah," ujarku.

"Baik kalu begitu," ujar Sara.

Keesokan harinya di sekolah aku langsung berbicara kepada Ana dan Sara ternyata Ana juga mengalami hal yang sama, tetapi kami tidak berpikir kalau itu ulah Kak Ardi kami memutuskan untuk pergi lagi ke Pak Ramlan sepulang sekolah, setelah dari pak Ramlan kami dikasih lagi garam untuk ditaburkan di rumah kami.

"Ini taburkan kembali garam ini di sekitar rumah jangan lupa sering berdoa," pinta Pak Ramlan.

"Terima kasih Pak atas bantuannya kami pamit pulang," ujarku.

"Iya sama-sama," jawab Pak Ramla.

Kami pun pulang, saat aku sampai di rumah aku langsung pergi mandi, saat mandi tiba-tiba ada yang menyiram air kepadaku dan seperti ada suara berbisik karena kaget dan takut aku langsung mengambil handuk dan lari keluar kamar mandi.

"Kamu kenapa mandi belum beres sudah keluar?" tanya Mamah.

"Tadi ada yang menyirap air sama berbisik di kamar mandi Mah," jawabku.

"Ah masa mungkin perasaan kamu saja," ujar Mamah.

"Enggak Mah itu jelas banget," ujarku.

"Sudah sekarang kamu lanjut mandi terus ganti baju terus makan," pinta mamah.

Aku memasuki kembali kamar mandi sambil melihat sekeliling kamar mandi karena takut ada hantu, aku melanjutkan mandi dengan terburu-buru karena ingin cepat selesai, setelah itu aku naik ke kamarku dan ganti baju setelah itu aku makan dan menonton TV bersama keluargaku.