Chereads / mata ketiga / Chapter 5 - bab 5

Chapter 5 - bab 5

"Kamu kenapa akhir-akhir ini sering membicarakan lihat hantu?" tanya Mamah.

"Iyah mah aku memang akhir-akhir ini sering lihat hantu," jawabku.

"Apa kamu main permainan memanggil hantu jadi hantunya datang terus?" tanya mamah.

"Enggak Mah, aku enggak main begituan," jawabku.

Aku tidak menceritakan ke mamah kalau aku sengaja membuka mata ketiga agar bisa melihat hantu karena aku takut mamah marah. Tetapi aku semakin merasa terganggu dan semakin merasa ketakutan, saat aku tidur tiba-tiba ada yang menaiki kasurku dan tidur di belakangku karena aku tidur menyamping dengan selimut menutupi wajah dan seluruh badan.

Dia mengusap pundakku dan mencoba menarik selimutku tetapi aku menahannya dan berdoa sebisa mungkin badanku terasa sangat kaku, tiba-tiba dia menangis, suara tangisannya sangat menyeramkan. Kemudian aku merasakan dia beranjak dari kasur dan pergi. Setelah dia pergi aku langsung berlari ke kamar Orang tuaku dan melompat ke kasur.

"Aduh kamu kenapa? kenapa tiba-tiba lompat?" tanya Mamah.

"Aku di ganggu hantu Mah." Jawabku sambil menangis.

"Diganggu bagaimana?" tanya Mamah.

"Dia tidur di kasurku, terus dia menarik selimut aku," jawabku.

"Kamu kenapa sih jadi banyak gangguan begitu, besok kita ke Pak Usdaz," ujar Mamah.

"Iyah Mah sekarang aku mau tidur di sini dulu aku takut," pintaku.

Setelah kejadian itu aku tidak mau tidur sendiri aku tidur bersama Orang tuaku selama seminggu karena takut. Adikku juga tidur di kamar Orang tuaku karena takut mendengar cerita dariku.

Saat bertemu Pak Ustaz aku menceritakan kejadian yang aku alami pak Ustaz mengetahui bahwa aku sengaja membuka mata ketiga untuk bisa melihat hantu.

"Oh kalau ini pertama memang si Neng yang membuka mata ketiganya Bu," ujar Pak Ustaz.

"Kamu sengaja mau liat hantu?" tanya Mamah.

"Iyah Mah," jawabku.

"Kamu itu suka aneh-aneh bukannya belajar yang benar! Pak Ustaz ini bisa di sembuhkan?" tanya Mamah.

"Nanti juga menutup sendiri Bu karena ini bukan bawaan dari lahir," ujar Pak Ustaz.

Aku sedikit lega mendengarnya tetapi aku masih penasaran dengan teror-teror yang aku alami. Aku dan temanku berencana untuk ke Orang pintar lagi, besoknya kami pergi lagi ke sana karena sudah berjanji. Dan kami di beri tahu kalau dalang dari semua ini adalah Kak Ardi karena tidak terima kami langsung menemui Kak Ardi.

"Kita langsung tanya saja Kak Ardi kenapa di melakukan ini sama kita," ujarku.

"Benar kita cari dia sekarang," ujar Ana.

Kita melihat Kak Ardi sedang di tempat nongkrongnya kami langsung melabraknya karena sangat kesal. Tetapi dia malah memarahi kami dan dia menganggap kalau kami yang memulainya dan dia mengancam akan terus melakukan teror itu terutama kepadaku dia tidak segan untuk membunuhku.

"Ini semua salah kalian, kalian yang sudah mempermalukanku!," Ujar Kak Ardi.

"Itu semua salah kamu sendiri kita hanya membantu Mbak Lilis karena dia meminta pertolongan!" ujarku.

"Diam kamu! Aku akan buat kamu menderita dan menyesal," Ujar Kak Ardi.

"Sudah Nin kita pulang saja percuma bicara sama orang kaya begini," ujar Sara.

Kami pun pulang ke rumah masing-masing, saat sampai di rumah kepalaku sangat sakit kepala juga terasa sangat berat. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar dan tidur sebentar untuk meredakan sakit kepala, setelah beberapa lama sakit kepalaku tidak kunjung reda kemudian datang mamah menanyakan keadaanku.

"Kamu kenapa kok kelihatan lemas begitu?" tanya Mamah.

"Iya mah kepalaku sangat sakit badan juga teras sangat berat," jawabku.

"Ya sudah kamu minum obat ya," ujar Mamah.

"Iya Mah," jawabku.

Setelah aku meminum obat kepalaku tetap sakit malah ditambah pusing penglihatanku seperti berputar saat aku melihat jam sudah malam, tiba-tiba aku merasakan sangat mual karena tidak kuat berdiri aku muntah di kamar tetapi aku muntah darah yang sangat banyak. Saat sedang terkapar lemas Mamah datang untuk mengecek keadaanku.

"Astagfirullah kamu kenapa?" tanya Mamah.

"Kepalaku sakit Mah terus pusing," jawabku.

"Ayah! Ayah liat Nina." Pinta Mamah sambil berteriak.

"Iyah Mah sebentar," jawab Ayah

Saat tiba di kamar Ayah kaget keadaanku, Orang tuaku memutuskan untuk membawaku ke Dokter walau sudah malam. Ayah menggendongku dan membawa ke mobil, sedangkan Mamah menggendong Adikku karena masih kecil. Sesampainya di Klinik Dokter mengatakan kalau aku baik-baik saja bahkan tidak ada penyebab aku muntah darah, kedua Orang tuaku merasa heran. Aku diberi obat penahan rasa sakit dan kembali pulang.

"Ini aneh banget Ayah, Nina mengeluarkan banyak darah mana mungkin enggak ada apa-apa," ujar Mamah.

"Iyah, tetapi tidak mungkin Dokter salah Mah apalagi Dokter Dedi sudah lama menjadi Dokter dan tidak ada keluhan kalau dia salah mengobati," ujar Ayah.

"Terus Nina kenapa Yah? Aku sangat cemas," tanya Mamah.

"Kita akan cari tahu Mah," ujar Ayah.

Keesokannya aku tidak pergi sekolah karena masih tidak enak badan. Saat pulang sekolah Sara dan Ana datang ke rumahku untuk melihat keadaanku karena aku tidak masuk sekolah.

"Assalamualaikum," salam Ana dan Sara.

"Waalaikumsalam, eh kalian silakan masuk," jawab Mamah.

"Apa Nina ada Tante?" tanya Ana.

"Ada di kamarnya, kalian pergi saja ke kamar Ana," ujar Mamah.

"Baik Tante," jawab Sara.

Saat mereka sampai di kamarku mereka menanyakan keadaanku, kemudian aku menceritakan saat aku periksa ke Dokter tidak menemukan apa-apa. Mereka keheranan dan berpikir apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba Ana berpikir kalau ini ulah Kak Ardi, tetapi kami tidak gegabah untuk memberitahu Orang tuaku karena belum ada bukti.

"Sepertinya ini ulah Kak Ardi," ujar Ana.

"Kamu kenapa bisa berpikir seperti itu Ana?" tanyaku.

"Iya kamu tahu sendiri kan Kak Ardi orangnya nekat," jawab Ana.

"Sebaiknya besok kita ke Pak Ustaz saja lagi," saran Sara.

"Iya betul biar ada bukti," ujarku.

Kami pun memutuskan sepulang sekolah untuk ke rumah Pak Ustaz, karena sudah mulai sore akhirnya mereka pamit pulang. Keesokan aku sudah merasa baik dan pergi sekolah.

"Eh kamu sudah sembuh Nin?" tanya Ana.

"Iya sudah, nanti sepulang sekolah kita jadi pergi ke rumah Pak Ustaz?" tanyaku.

"Pastilah," jawab Ana.

"Sara mana?" tanyaku.

"belum datang," jawab Ana.

"Eh itu dia baru saja kita di obrolin," ujarku.

Bel masuk pun berbunyi, kami langsung bersiap belajar karena Bu Guru sudah tiba di kelas. Tidak terasa sudah pulang, kami langsung bergegas untuk ke rumah Pak Ustaz. Di tengah perjalanan kami melihat Kak Ardi yang sedang di warung, dia tampak melihat kami dengan senyum sinis, aku balik melotot ke arahnya, sesampainya di rumah Pak Ustaz kami langsung mengetok pintu.

"Tok! Tok! Tok assalamualaikum," ucap salam kami.

"Iya sebentar." Jawab Istri Pak Ustaz sambil membuka pintu.

"Bapaknya ada Bu?" tanyaku.

"Ada Neng silakan masuk," jawabnya.