Chereads / MALAIKATKU, LUKAKU DAN CINTA TUHANKU / Chapter 3 - DIA DAN DIRINYA

Chapter 3 - DIA DAN DIRINYA

Tiga bulan sudah aku menjalani kehidupan sekolah sebagai siswi berseragam biru putih ini. Dan di tiga bulan ini pula perasaanku kepada Kak Rio mulai tumbuh. Bukan tanpa alasan, karena selama tiga bulan ini pula ia terus memperhatikanku dan memberikan sebuah perhatian lebih untukku. Tidak ketinggalan, simpul manis itu selalu ia sertakan di wajah tampannya ketika bertemu denganku, dimanapun itu, di kantin, di perpustakaan, di ruang guru, di koridor kelas bahkan ketika bertemu di perjalanan pulangpun dia tetap mempertahankan sunggingan bibir itu. Uhhhh Kak Rio....

Dia juga mulai menghubungiku via SMS dengan mendapatkan nomor ponselku secara paksa dari salah satu teman sekelasku. Malam itu......

"Selamat malam.." Tulisan itu tertera pada layar ketika dengan cepat aku membuka isi pesan dari nomor yang tidak ada dalam kontak ponselku.

"Siapa?" Balasku singkat.

"Aku Rio Hendrawan." akunya.

Sontak aku kaget dan karena rasa senang yang terlanjur menjalari aliran darahku membuatku tak lagi dapat berfikir dengan jernih. "Ohh, Rio..." Balasku sesingkat mungkin dengan cekik tawa yang sengaja kutahan karena gembiranya.

Sejak saat itu, hampir setiap malam aku selalu bertukar pesan dengannya melalui SMS, mungkin karena komunikasi teks itulah yang membuat perasaanku kepadanya semakin besar, terlebih dengan nasihat berbalut kata-kata manis yang diberikannya kepadaku yang tentu saja berhasil membuat sunggingan bibir mahalku ini terukir setiap kali membaca pesan darinya.

Hubungan via SMS ini berlangsung hanya selama dua bulan. Hanya dua bulan, yang berarti senyum yang kubuat dengan alasan Kak Rio juga hanya bertahan selama dua bulan. Alasannya? Penyebabnya? Itu semua karena hari itu datang ke hidupku, hari yang benar-benar kutakutkan, hari yang sangat tak kuharapkan untuk kulalui, hari yang mengubah diriku, hari dimana pelangiku lenyap ditelan awan kelabu, duniaku suram, benar-benar suram. Benang-benang berwarna yang seharusnya kuselesaikan menjadi tenunan indah berubah menjadi benang penuh warna yang kusut, bukan lagi warna-warna cerah, melainkan warna-warna gelap yang mencampuradukkan dirinya dengan lumpur hitam pekat dan menghilangkan cerianya.

Kabar itu, berita itu, berita dimana dia menjalin hubungan dengan seorang gadis yang kuanggap seperti kakakku sendiri. Kakak yang benar-benar dekat denganku. Kakak yang mendengar setiap curahanku. Bukankah dia tahu aku menyukainya? Bukankah dia mengerti perasaanku? Sungguh mimpi terburuk yang bahkan aku saja tidak berani untuk sekedar memikirkannya tapi sekarang mimpi itu terjadi begitu saja di hadapanku. Melihat senyum madunya tapi bukan aku alasan di baliknya. Rasanya nadiku berhenti melakukan pekerjaannya ketika aku tahu bahwa mimpi buruk itu benar-benar terjadi dalam kehidupan nyataku.