Chereads / MALAIKATKU, LUKAKU DAN CINTA TUHANKU / Chapter 7 - BERANTEM BAG.3

Chapter 7 - BERANTEM BAG.3

Pekan akan segera berakhir dan hari ini hari Jum'at, yang artinya cuti satu hari akan datang pada lusa. Aku sedang mengikuti sebuah permainan anak pramuka bersyarat harus menebak benda dari bebauannya dengan mata tertutup. Satu per satu anggota diperiksa agar tidak bermain curang dan anggota dari reguku diperiksa oleh Roby. Mungkin dia sengaja memilih barisan tengah karena dia tahu aku ada disana. Tanpa ketinggalan sifat jahilnya, ia tetap saja menyempatkan kegiatan usilnya walaupun keadaan lapangan permainan saat itu cukup serius. Dengan sengaja dia menginjak pojok kakiku hingga terasa sedikit berdenyut.

"Aduuhhhh...." keluhku.

"Uppss keinjak ya Tuan Putri, maaf ya aku sengaja..." sahutnya dengan tawa yang sengaja dibuat seperti seorang kepala bajak laut.

"Roby.. kamu nihh emang bawa.." ucapku kesal sambil melepaskan penutup mataku dan memukul kecil punggungnya.

"Hehee.. maaf Princess.. cepet pasang lagi penutup matanya, nanti ketinggalan kereta ribet lagi." perintahnya walaupun sebenarnya dia yang memasangkan penutup mata itu dan kemudian beralih menuju barisan belakang untuk memeriksa pemilik mata tertutup lainnya. Dasar aneh!

Aku tiba di rumah tepat pukul 18.00 WITA, setelah selesai makan malam aku langsung masuk ke kamar dan tidur. Aku tidak memperhatikan hal apapun hingga tugas sekolah yang harus dikumpulkan besokpun jadi lalai.

Syukurlah tugas itu bisa dikumpul pada jam terakhir sekolah, setidaknya aku masih punya waktu 6 jam untuk menyelesaikannya di samping mengikuti pelajaran. Waktu istirahat kusempatkan untuk membeli minuman dan sedikit cemilan ke kantin, kemudian segera berlari menuju kelas untuk tugasku. Karena terburu-buru, secara tidak sengaja aku menabrak seorang kakak kelas, dia duduk di kelas yang sama dengan Roby, sebut saja dia Nia. Sebenarnya bukan menabrak, aku hanya menyenggol sedikit bahunya dan langsung melanjutkan lariku karena keterburu-buruanku itu. Dengan tiba-tiba dia datang ke kelasku dan membentakku. Dia menyuruhku untuk minta maaf karena ketidaksengajaanku itu. Aku hanya meladeninya sedikit dan agak acuh karena konsentrasiku terpusat pada tugasku.

"Eh lo, cepet minta maaf ke gue! Udah nabrak langsung lari lagi!" Perintahnya.

"Maaf." ucapku menuruti perkataannya.

"Gak sopan banget minta maaf cuek gitu sama kakak kelas. Udah berani? Hah?!" Bentak Nia.

"Tadi disuruh minta maaf kan? Ya udah, itu minta maaf." sahutku dengan tanpa menatapnya karena aku masih sibuk dengan tugasku.

"Nyolot lagi, minta dihajar?!"

"Maunya apa sih?" Sahutku sambil berdiri dan menggebrak meja, "disuruh minta maaf juga udah diturutin. Sensi banget jadi orang. Kesenggol doang jatoh juga enggak, lebay banget sih? Anak mami lu? Kebiasa dibelain? Pantes lebaynya minta ampun! Besok-besok sekalian aja tuh bawa bodyguard buat nangkep lu kali aja jatoh pas gue senggol!"

"Berani banget ni anak, ngajak ribut? Hah?!"

"Bukannya lo duluan yang ngajak ribut, masuk ke kelas orang langsung marah-marah. Diajarin sopan santun gak lo? Kalo gak diajarin mending lo pulang dulu minta ajarin sana! Jangan sok! Mentang-mentang kakak kelas semena-mena. Inget ini sekolahan bukan istana punya lo. Dasar anak mami!" Sahutku dengan lebih nyolot lagi.

Nia hampir saja berhasil menjambak rambutku namun terlebih dahulu Roby datang dan menarik Nia menjauh dariku.

"Lu apaan sih Rob, gak usah ikut campur!!" Namun Roby tetap menggenggam tangan Nia dan menahannya agar tidak melanjutkan kegiatan tangannya itu.

"Kalian tuh cukup ya, masalah sepele kaya gitu doang dibikin ribut, inget udah gede, gak malu kelakukan kaya anak baru masuk SD, hah?!" Kini Roby pun ikut naik darah untuk melerai aku dan Nia.

"Dia yang mulai!!" Sahutku dengan nada tinggi

"Udah, cukup, kamu Ar minta maaf ke Nia!"

"Dia yang harus minta maaf! Enak aja datang langsung ngebentak!"

"Lo gak denger Roby bilang apa? Minta maaf ke gue sekarang juga!!"

"Apa lo?!!!!"

"Ar, kamu yang minta maaf ke dia, cepet!" kata Roby.

"Kamu apaan sih By, kenapa malah belain dia sih?" Sahutku kesal.

"Cepetan minta maaf." lanjut Roby.

"GAK MAU!!!"

"Cepettt!"

"GAK AKANN!!!!" Sahutku dengan langsung keluar kelas membawa ranselku menuju kantor dan pulang setelah mendapat izin dari guru pelajaranku hari itu.

Aku sangat kesal hari itu kepada Nia, terlebih Roby yang lebih memilih membela Nia daripada aku. Sungguh rasanya ingin kuterkam mereka berdua jika saja Nia bukan kakak kelasku dan Roby bukan sahabatku. Arggghh aku benar-benar kesal!