Serangan mulai kendur oleh para penyerang, para penyerangpun yang bertugas mulai kelelahan. Para peserta pun demikian, energi mereka terkuras karena mereka bertahan dari serangan sekaligus memusatkan energi untuk merasakan arah serangan yang datang pada mereka.
Pertempuran dalam kabut sudah berlangsung selama dua jam, kelelahan mulai terjadi. Alicia dan midan serta rekannya masih bertahan. Arion dan Astro juga dengan beberapa orang di timnya masih bertahan, di pihak lain pun demikian.
Nagada bertahan pula dengan timnya, tersisa lima orang dan mereka mampu terus memberikan pukulan pada penyerang. Mereka mampu menghalau setiap serangan dari mereka dari semua sisi.
Di sisi lain, Aji menghalau serangan yang menuju kearahnya. Dia merasa bahwa tiga orang di di dekatnya mampu bertahan tanpa dirinya. Mereka semua memiliki kualifikasi yang baik dan kemampuan yang tinggi.
Serangan dari atas, pedang kayu menghempas. Aji menangkisnya dengan tangan kanannya, pedang kayu terhalang dengan energi tipis yang menyelimuti tangan Aji. Dari samping atas, sebuah tusukan pedang kayu, Aji pun berputar ke depan, serangan lolos. Samping kiri atas sabetan kembali.
Tangan Aji menangkis lagi, jadi dua pedang kayu dipegangnya dengan tangan kanannya. Saat satu penyerang di sisi lain hendak memukul pundak Aji. Dia mampu mengetahui dan matanya tetap tenang.
Duag!
Sayang, serangan Aji lebih dulu mendarat di leher penyerang itu di leher kiri. Dia jatuh, dua penyerang dengan pedang yang masih dipegang Aji. Kedua penyerang dipentalkan dengan energi serangan dari telapak tangan Aji dengan cepat.
Wuusssshh!
Satu penyerang yang ambruk langsung diambil oleh seseorang di balik kabut. Aji pun berbalik ke arah ketiga rekannya, mereka juga sedang mengadang para penyerang. Setiap orang diserang sekitar tiga orang.
Gayatri sendiri lebih mudah menahan serangan dan menghindar, dia mampu melihat khusus dengan matanya meski di kabut dengan alur serangan penyerang. Berbeda juga dengan Barsha, dia mampu meliuk dan mampu mengimbangi kecepatan mereka. Barsha sama cepatnya dengan para penyerang.
Kecepatan Barsha ternyata lebih cepat dan juga lebih memiliki damage, tiga orang sekaligus kewalahan menghadapi serangan Barsha. Dia bertekad harus bisa bertahan, karena dia ingin menjadi asasin yang mampu menjadi legenda seperti kakeknya.
Gerakan God Step, itu adalah gerakan yang sudah dipelajari oleh Barsha dengan sangat baik. Dengan kemampuannya itu, Dia melihat celah sedikit saja dari ketiga penyerangnya. Maka, dua orang tumbang dengan serangan yang diberikan dari belati bagian belakangnya.
Kedua penyerang yang terkena serangan Barsha pun langsung melompat dan menghilang kembali.
Di sisi lain, Lao mampu menyelimuti dirinya dengan senjata cakramnya. Energi bersambung dengan energi cakram yang jumlahnya tak terhitung, dikendalikan oleh Lao dan mengelilinginya sehingga para penyerang sulit untuk mendekatinya.
Bahkan, Lao mampu melukai dengan senjata energinya salah satu penyerang dan satunya juga terjatuh.
Aji pun tersenyum dan melihat ke arah rekan-rekannya tersebut. Mereka tak mengalami kesulitan sama sekali.
Aji pun merasakan energi pertempuran di sekitarnya. Dia melihat bahwa orang-orang yang menyusup dan menyerang para peserta dengan serangan kejutan adalah mereka yang berpura-pura menjadi peserta. Satu hal yang langsung menjadi pertanyaan Aji, soal menemukan target mereka. Bagaimana para penyerang atau assasin tidak salah mengenai serangan?
Aji melompat ke arah Gayatri dan membantunya dari serangan 3 orang. Tendangan Aji mampu masuk lewat perut seseorang penyerang yang mencoba menyerang Gayatri dari belakang.
Gayatri menahan kedua orang penyerang yang menyerang dari depan, serangan saling menahan pun terjadi. Aji membantu dengan menyerang kedua orang itu dengan serangan pukulan dari jarak jauh dan mementalkan kedua orang penyerang tersebut.
"Identifikasi penyerang yang menyamar sebagai peserta, berikan aku lokasinya satu orang saja Gayatri!"
Gayatri mulai lelah akan kekuatannya yang sudah banyak dikeluarkan. Namun, karena Aji yang meminta, Dia pun berkonsentrasi segera dan mencari penyerang dengan merasakan aliran energinya.
Dia mencari satu peserta yang punya energi melumpuhkan terdekat darinya. Dan, Gayatri langsung menemukannya, karena dia sedang bersama rekannya dan tiba-tiba menyerang dari arah belakang temannya tersebut.
Hal itu karena di dalam kabut, tidak terlihat siapa yang menyerang. Namun, Gayatri paham akan hal itu. Di sisi kanan, tepat di arah sana. Di belakang satu orang tepat!" Gayatri menunjuk arah kanan dengan telunjuknya, "Tepat disana, 11 meter orang nomor dua dari barisan yang aku tunjuk!"
Aji langsung paham, dia juga merasakan energi orang namun tak bisa membedakan alur energi yang mana. Namun, dengan petunjuk Gayatri tadi,hal itu jadi lebih mudah.
"Tunggu aku sebentar!"
Sambil berkata seperti itu, Aji melompat ke atas dan menghilang di balik kabut energi. Barsha, Lao dan Gayatri hanya bisa melihat dan menunggu sambil bersiaga atas serangan yang akan datang.
Aji melompat. Hal itu membuat seorang peserta kaget dengan Aji yang tiba-tiba muncul dan dia langsung bersiaga. Dia mengira kalau Aji adalah salah satu penyerang, atau penguji yang menyamar.
"Kamu pasti penguji! Majulah!" lelaki itu bernama Nora, tubuhnya sedikit tambun dan dia bersiap dengan pedang besarnya. Dia menatap Aji yang semakin mendekatinya.
Nora sedikit tegang, pendekar muda itu semakin mendekatinya dan hanya berjarak dua meter sekarang. Nora pun dengan refleks tak peduli lagi dan mengayunkan pedang besarnya ke depan.
"Hiaaatttt!"
Sudah banyak yang dilakukan Nora selama ini hingga dia berhasil masuk tes kedua, tes pertama baginya cukup sulit. Dia merupakan harapan orangtuanya agar dapat menjadi pendekar yang menyelamatkan dunia dan berjuang demi negara. Dia ingin membanggakan keluarga dan desanya sehingga dia tak mau mengalah sama sekali.
Nora sudah bertekad untuk berjuang hingga habis-habisan. Banyak orang di sekitarnya dalam timnya yang sudah tumbang dan berjatuhan. Kini, dia tak ingin menyerah pada apapun dan untuk siapapun, dia ingin menjadi Pasukan Langit.
Apapun yang terjadi, serang pemuda itu. Itu yang ada dalam pikiran Nora dan dia pun langsung menyerang ke arah Aji yang mendekat padanya.
Wuuussshhh!
Serangannya kosong! Nora merasa heran. Setengah detik lalu, pedangnya bahkan tinggal beberapa centimeter dari Aji dan dia paham betul kalau serangan itu tidak mungkin meleset. Tapi, pemuda itu menghilang begitu saja, dan Dia tak merasakan bagaimana pemuda itu menghilang seperti hantu.
Bug! Bruuk!
Sebuah suara mengagetkan Nora. Dari arah belakang. Apa yang terjadi sebenarnya? Belum selesai kaget dari Nora, dari arah Pemuda yang hilang saat diserangnya, dan kini dia menoleh ke belakang. Pemuda itu sudah membuat jatuh seorang peserta tepat di belakang Nora dan memukul punggung peserta itu.
"Kenapa kamu menjatuhkannya?"
Nora merasa kaget dengan pemuda itu, kenapa dia menghindari serangannya demikian cepat, dan kenapa dia menjatuhkan seorang lelaki di belakangnya yang menjadi rekannya. Nora sendiri masih bingung.
Aji tak menjawab dan hanya tersenyum kecil, dan sedetik kemudian dia melompat ke atas tinggi dan menghilang lagi di balik kabut.
Seorang datang lagi dan mengambil tubuh orang yang pingsan di depan Nora, dan melesat hilang juga di balik kabut.