Memikirkan tentang pilihannya untuk berpura-pura kehilangan ingatan, dan tidak mengenali siapapun kecuali ayahnya, Qionglin lantas saja memiliki senyum tertahan di wajahnya.
Dia ingat ucapannya pada saat itu, "samar sekali aku mengingat, kau ayahku? Tetapi, siapa wanita muda ini?"
Siapa yang menyuruh pihak lain untuk bersikap kurang ajar dan berpura-pura menjadi wanita paling baik hati di dunia ini, namun sebenarnya ia adalah betina yang kasar. Dia tidak suka menyimpan keluhan, jadi mengapa tidak membalas saat itu juga.
Mengingat kembali ketika wanita itu memiliki wajah yang menghitam akibat dari perkataannya, Qionglin harus meremas perutnya sendiri dalam upaya untuk tidak tertawa sampai terbahak-bahak.
Sebab, saat ini, ia tengah berada di tepian jalanan setapak, yang telah beralaskan dengan batu. Dalih untuk mencari udara segar menjadi alasan utama supaya sang ayah membiarkan dia keluar dan mencoba mengenali lingkungan ini secepat mungkin, meski ia masih harus menunggu satu hari kemudian. Karena itu akan sangat memalukan jika dia melakukan hal-hal aneh yang tidak semestinya di desa yang belum sepenuhnya berkembang ini.
"Bruk!"
Kontan saja sesuatu telah menabrak kakinya ketika ia tengah melamun perkara sebelumnya, dan ketika ia menunduk untuk menemukan siapa pelakunya, itu adalah seekor kelinci muda berwarna hitam pekat, dengan telinga bergetar. Sepertinya tengah ketakutan.
Ketika mencoba untuk meraihnya, kelinci hitam itu hanya menatap langsung ke arah matanya, dan melompat menjauhinya, pada jarak lompatan yang kelima, makhluk itu berhenti dan berbalik, tampak seperti tengah menunggunya.
Qionglin merasa bodoh, "apakah ini memintaku untuk mengikutinya? Haha, tetapi tidak ada salahnya melakukan hal konyol sesekali."
Dia benar-benar mengikuti kelinci yang ketakutan itu, berjalan sejauh sepuluh meter dan melewati semak-semak di balik pohon besar dengan akar yang menonjol di atas tanah. Setelah semak terakhir berhasil disingkirkan, pemandangan yang muncul di hadapannya adalah seorang manusia.
Yah, setidaknya itu masih terlihat seperti manusia meskipun pakaiannya begitu lusuh, dan terlalu compang-camping hingga tampak sudah tak layak pakai. Rambutnya juga panjang, dan kelihatannya hampir sekeras lidi, meskipun dia belum menyentuhnya sama sekali.
Membicarakan tentang rambut panjang, ia sendiri memilikinya sepanjang pinggang, dan itu hampir saja membuatnya ketakutan bahwa ia adalah seorang perempuan. Heh, laki-laki mana yang memelihara rambut sepanjang ini?
Nah, nah.
Kembali pada waktu ini, Ia tidak berani mengambil langkah terlalu dekat, masih menyisakan jarak tiga langkah di antara mereka sebelum ia batuk samar untuk membersihkan tenggorokannya, yang ternyata tidak mengusik pemuda itu sama sekali, dan akhirnya dia tidak memiliki pilihan kecuali berbicara.
"Hei, apakah kau ... masih hidup?"
Em, itu sebenarnya tidak cukup ramah untuk digunakan sebagai pertanyaan terhadap orang baru, tetapi salahkan saja sikap miliknya yang tidak terlalu suka basa-basi.
Pemuda yang memeluk kedua lututnya itu akhirnya mengangkat kepala dan mengizinkan dirinya untuk melihat wajah yang benar-benar tidak pernah dia bayangkan akan muncul di balik pakaian lusuh dan rambut kotor itu.
Hei, hei, ada apa dengan mata yang tajam itu? Hidung mancung, dan alis hitam yang tebal serta bibir merah yang sangat mengundang itu. Meskipun kotoran dan tanah hampir berada di seluruh wajahnya, tetapi dia adalah pengamat yang sangat handal, apalagi jika itu berkaitan dengan wajah kualitas tinggi seperti contoh yang berada di depannya saat ini.
Pemuda itu mengerucutkan bibirnya, memeluk lututnya lebih erat dan berbisik, "aku ... aku tidak mau mati ...."
Qionglin ingin memutar matanya saat itu juga, siapa juga yang menyuruhnya untuk mati? Mereka bahkan tidak saling mengenal, yang benar saja dia baru muncul di dunia ini selama tiga hari dan sudah ingin mengganti status dari pemuda yang sakit ke seorang tersangka pembunuhan? Tidak, terima kasih.
Setelah itu, pemuda di seberangnya berbisik lagi, "tapi, tapi ... istri memintaku untuk mati."
Dia menajamkan telinganya, tidak bisa menahan diri untuk mendekat satu langkah dan bergabung untuk duduk di tanah, "hei, hei, kau mengatakan, istrimu meminta dirimu untuk mati? Apa kau sudah berselingkuh atau menghamili wanita lain?"
Ada kebingungan di wajah pemuda itu, "apa itu berselingkuh?"
Apakah tidak apa-apa jika dia mengatakan dengan jujur bahwa itu artinya dia, uhuk, bercinta dengan orang lain, wajah kebingungan pemuda ini terlalu kuno yang membuatnya tidak tahan untuk berkata begitu vulgar.
Memikirkannya sejenak, akhirnya dia berkata, "selingkuh artinya kau tidur dengan wanita lain yang bukan istrimu."
"Tidak, tidak! Aku tidur sendirian!" Raut wajah panik jelas terlihat di wajah pemuda ini.
Dia tidak tahan lagi, pemuda ini sepertinya sedikit bodoh.
Mungkin saat itu istrinya sedang marah dan lupa bahwa suaminya ini sedikit bodoh, sehingga berbicara terlaku keras seperti meminta pihak lain untuk mati saja. Istri jenis ini adalah yang suka berbicara dulu baru kemudian berpikir. Dia juga akan gila jika suaminya benar-benar mati.
Kasihan sekali melihat orang ini, dia sendiri juga tidak memiliki seseorang yang menjadi tempatnya bercerita, jadi sepertinya tidak salah untuk mengobrol sebentar lagi.
Berusaha untuk menyambung topik sebelumnya, ia segera berbicara lagi, "apa istrimu sangat pemarah?"
Pihak lain menggelengkan kepalanya. Artinya, bukan pemarah.
"Lalu, kenapa dia tiba-tiba memintamu untuk mati?"
Ia melihat pihak lain berpikir sebentar, "karena dia tidak suka, denganku?"
"Bagaimana bisa dia tidak menyukaimu?" Bukankah seorang istri sudah pasti menyukai atau bahkan mencintai suaminya, bagaimana bisa yang ini berbeda? Sekali lagi, ia menambahkan, "sudah berapa lama kalian menikah?"
"Menikah?" Pemuda itu memiliki raut wajah bingung lagi. "kami belum menikah."
Tunggu, tunggu!
Jadi siapa yang dia sebut dengan istri itu jika mereka bahkan belum melakukan pernikahan? Apakah pemuda ini memang begitu bodoh? Atau, jangan katakan dia mengobrol dengan orang gila sejak tadi? Dia tidak suka gagasan ini.
Mencoba untuk memastikan, ia melontarkan satu pertanyaan, "jika kalian belum menikah, maka itu bukan seorang istri, mungkinkah maksudmu adalah calon istri?"
"Iya, iya." Pihak lain mengangguk segera. "Baba mengatakan itu."
Menghela nafas lega, ia berkata lagi, "bagaimana bisa kau memiliki calon istri seperti itu? Kalian belum menikah dan dia berani berteriak untuk menyuruhmu mati? Lebih baik urungkan niatmu untuk menikah dengannya. Dia sangat buruk. Jangan membuang harga dirimu sendiri untuk wanita seperti itu."
Belum juga dia menarik nafasnya, pihak lain sudah menjawab saat itu juga, "dia tidak buruk!"
"Tetapi dia berteriak memintamu untuk mati," dia menggelengkan kepalanya. "Jangan menjadi terlalu buta saat jatuh cinta."
"Uh, aku ... aku tidak buta." Pihak lain sepertinya ingin meringkuk untuk memeluk kedua lututnya lagi.
Qionglin luluh dengannya, tidak ada gunanya membujuk orang yang sedang jatuh cinta. Dia hanya bisa berkompromi untuk berpura-pura bodoh bersama pihak lain.
Dia bangkit dan mengulurkan tangannya, "nah, ayo bangun. Aku akan mengantarkan kau pulang."
"Istri, kau ... kau tidak marah lagi?"
Kontan saja dia melihat ke belakangnya, mengitari sekitar mereka dengan tatapan matanya, tetapi hanya ada mereka berdua di sana.
"Siapa yang kau tanya? Dimana istrimu?"
Tidak mungkin itu adalah hantu bukan?
Pemuda yang meringkuk itu menunduk lagi, "kau ... kau istriku. Jangan marah ... maaf ... maaf aku."
Sepertinya petir telah menyambar di siang hari yang cerah ini. Demi apapun, apakah dia adalah calon istri seseorang ini? Tiba-tiba dia ingat ucapan wanita jalang itu sebelumnya, bukankah dia bunuh diri karena tidak mau menikah?
Dia duduk di tanah secara langsung, dan terbata-bata untuk bertanya, "tunggu dulu, istrimu itu adalah aku?"
Pemuda itu mengangguk dengan takut-takut.
Haaaah, jadi wanita berhati buruk yang ia sumpahi sebelumnya adalah dirinya sendiri?
Sungguh sial!
[To Be Continued]