"Istri, kenapa tidak menikah?"
Pertanyaan ini hanya mendapat tanggapan berupa helaan nafas entah yang ke berapa kalinya oleh Qionglin yang berada di sebelah Zhanqui itu. Mereka sudah meninggalkan sungai beberapa saat yang lalu, dan kini mereka hanya berjalan dengan ringan menyusuri tanah setapak. Tetapi, selama itu pula, Zhanqui terus melemparkan pertanyaan yang sama, mengapa dirinya tidak ingin menikah dengan pihak lain?
Qionglin menghela nafas lagi.
Dia belum secara langsung mengatakan tentang menghentikan rencana pernikahan di antara mereka, tetapi lelaki -yang menjadi calon suaminya ini- sudah gusar bukan kepalang, membuatnya benar-benar ingin tahu tentang mengapa pihak lain sangat ingin dia menjadi istrinya?
Qionglin bahkan ragu bahwa Zhanqui mengetahui apa artinya menikah ataupun menjadi suami dan istri.
Dia menatap pria di sebelahnya, kemudian berkata perlahan-lahan, "istri adalah wanita, aku adalah laki-laki. Kita tidak bisa menikah."
"Eh! Tetapi Baba mengatakan kau ... kita menikah! Kita menikah!"
Qionglin berteriak di dalam hatinya, jika saja baba mu itu meminta untuk kau terjun langsung ke jurang apakah kau juga akan dengan patuh mengikutinya?!
Ia menarik nafas dalam-dalam, "Baba mu mungkin salah."
"Tidak salah!"
Mendengarkan penolakan yang begitu keras, Qionglin tidak lagi bisa menahan rasa ingin tahunya, mengapa begitu bersikeras untuk menikah dengan tubuh ini ketika pihak lain jelas begitu bodoh? Mungkinkah seseorang membodohinya?
Dia membasahi bibirnya dan bertanya, "Zhanqui, kenapa harus menikah denganku?"
"Karena ingin istri ah." Pemuda itu memiliki senyum konyol di wajahnya ketika berbicara.
Qionglin menarik nafas dalam-dalam.
"Lalu carilah istri yang cantik di luar sana, mengapa aku?" Qionglin mengacungkan jari telunjuknya dan menambahkan, "jangan mengatakan itu pilihan Baba-mu?"
Raut wajah yang sarat dengan kebingungan segera terbit di wajah Zhanqui, lantas berbicara dengan terbata-bata, "tapi, tapi ... istri juga cantik! Sangat, sangat cantik!"
Qionglin segera berbalik dan berjalan dengan menghentakkan kakinya, dia menggerutu sambil berjalan, "dasar konyol!"
Kedua tangannya terangkat dan mengusap telinganya tanpa sadar, entah mengapa Qionglin merasa siang itu lebih panas dari biasanya. Dia mengusap wajahnya lagi.
Jika saat itu seseorang melewati mereka tentunya pihak lain akan bertanya-tanya perihal mengapa wajahnya begitu merah seakan-akan itu seorang gadis yang sedang tersipu.
"Ah, Kakak Lin! Apakah hari ini terlalu panas? Mengapa wajahmu begitu merah?"
Ternyata seseorang itu benar-benar datang.
Melihat orang yang berada di hadapannya ini, Qionglin tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas dengan kagum. Oh, lihat kain yang berwarna ungu cerah itu, dan juga kipas di tangannya yang memiliki lukisan seorang perempuan dengan rambut tergerai tengah mencium bunga di ujung bibirnya.
Tidak perlu berpikir dua kali untuk menebak apakah orang ini kaya atau tidak. Tentu saja ini orang yang sangat, sangat kaya!
"Siapa kau?" Tanya Qionglin setelah merendam kecamuk di dalam kepalanya.
Pihak lain sepertinya tercengang untuk sesaat, sebelum kemudian menepuk dahinya, "ah, jadi benar kabar bahwa saudaraku ini kehilangan ingatan? Bahkan kau melupakan aku, Kakak lin."
Qionglin tidak tahu bagaimana melakukan basa basi, "jadi kau adalah ...."
"Aku calon iparmu, Fan Jianwe! Lebih tepatnya adik dari calon suamimu." Tutur pihak lain.
Butuh beberapa saat waktu bagi Qionglin untuk mencerna fakta ini, sejak ia datang ke dunia ini hingga sekarang, hanya ada satu orang yang seharusnya menjadi suaminya, itu adalah Zhanqui. Jadi laki-laki dengan gaya bangsawan ini ternyata adalah adik dari Zhanqui yang tidak lagi tahu kapan terakhir kali pihak lain membersihkan rambutnya?
Dunia ini pasti bercanda.
Qionglin menunjuk orang yang masih berdiri di belakangnya, "dia adalah kakakmu? Kau yakin tidak mengenali orang yang salah?"
Pihak lain tertawa dengan kipas yang terbentang di depan mulutnya, "ahaha, Kakak Lin masih memiliki selera bercanda yang sama bahkan setelah kau kehilangan ingatan."
Qionglin menggerutu di dalam hatinya, bukankah orang ini yang telah bercanda kepadanya?
"Kakak Zhan, sudah berapa hari kau tidak pulang ke rumah, pelayan pasti cemas mencarimu, pulanglah dengan Xiao Jian, ok?"
Fan Jianwe telah beralih ke Zhanqui sejak Qionglin mulai merenung, dan mulai untuk membujuk pihak lain pulang dengan hati-hati.
Qionglin mengamati dengan sungguh-sungguh, "berapa hari saudaramu tidak pulang?"
"Ini seharusnya sedikit lama karena penampilannya sangat kotor." Sahut pihak lain.
"Tidak tahukah kau berapa lama tepatnya dia tidak pulang?"
Fan Jianwe mengusap kepalanya, "sepertinya aku kurang memperhatikannya."
Qionglin menatap orang itu sekali lagi, "kurasa kau bukan saudaranya. Jadi siapa kau sebenarnya?"
"Aku benar-benar saudaranya, tanya saja pada kakak Zhan jika kau sulit untuk percaya." jelas Fan Jianwe.
Ingin rasanya Qionglin memutar matanya saat ini, Zhanqui adalah pria yang bodoh dan konyol, jika seseorang datang dan memberikan sedikit manisan padanya, bahkan jika seorang pria datang dan memintanya untuk memanggil pihak lain ibunya, orang ini pasti akan dengan senang hati melakukannya.
Dibelakangnya, Zhanqui menatap kedua orang ini dengan wajah polosnya seakan-akan dia bukanlah objek utama yang menjadi pembicaraan di antara mereka berdua.
Zhanqui lantas berbicara tiba-tiba, "aku tahu kau ... kau Jian."
Jianwe meringis mendengarkan perkataannya, "lebih tepatnya Xiao Jian, kakak Zhan. Menyebutku dengan Jian saja membuat kita terasa sangat jauh."
Atau kalian memang tidaklah dekat, batin Qionglin.
"Xiao Lin hanya istri ... istriku yang dekat."
"Bukan itu yang saudaramu coba katakan," desah Qionglin dengan wajah yang menunjukkan raut 'tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.'
Fan Jianwe melihat interaksi di antara mereka dengan senyum di bibirnya, sesaat kemudian ia teringat dengan apa yang ingin ia katakan.
"Ah, benar. Saudara Lin, terkait dengan pernikahan antara kau dan Kakak Zhan, kapan kalian berencana untuk melakukan upacaranya?" tanyanya.
Dua orang lainnya tercengang di tempat.
"Cepat, cepat menikah lah!"
Tentu saja itu adalah tanggapan dari Fan Zhanqui yang tidak merasakan kerumitan pikiran di dalam kepala Qionglin saat ini.
Qionglin hanya bisa mendesah lesu.
"Aku masih belum tahu," sahutnya.
"Mengapa tidak disegerakan saja? Bukankah kedua keluarga telah setuju dan tidak lagi ada masalah?" ucap Fan Jianwe.
Tidak ada lagi masalah? Mendengarkan hal itu Qionglin mengamati orang di hadapannya ini dengan raut wajah keheranan.
Tiba-tiba dia tidak tahu lagi bagaimana menanggapi manusia di dunia ini, mereka memiliki sirkuit otak yang sangat membingungkan.
Dia hanya melambaikan tangannya.
"Biarkan aku berpikir selama beberapa hari, untuk saat ini, bawa saudaramu pulang dan rawat dia dengan baik. Jika dia tidak pulang sedang kau tidak mencarinya juga, bukankah itu akan menjadi masalah yang tidak berakhir?"
Raut wajah Fan Jianwe berubah untuk sekilas sehingga Qionglin ragu apakah itu hanya ilusi. Tetapi kemudian pihak lain tersenyum ramah dan berjanji untuk menjaga saudaranya dengan baik.
Sebenarnya Qionglin tidak berharap banyak pada orang ini, jika dia benar-benar melakukan setiap ucapannya, apakah Zhanqui masih akan berakhir dengan pakaian kumal dan rambut kacau seperti sarang burung itu? Oh, tentu saja semua dapat menebaknya.
Tetapi, sebelum Jianwe sempat mengajak saudaranya kembali, Fan Zhanqui sepertinya mengerti hal ini, dan dia tiba-tiba saja melesat untuk melarikan diri dalam waktu sekejap.
Meninggalkan dua orang lain yang tersisa dengan wajah tercengang.
Orang itu dapat melarikan diri begitu cepat.
[To Be Continued]