"Iya benar Nyonya, Nona Meisya menghilang Bibik sudah mencari kemanapun, tetapi Nona masih tidak ada juga makanya Bibik bilang kalau Nona Meisya menghilang," ulang bik Anum lagi.
"Aduh, Bik Anum membuat jantung saya mau lepas saja, padahal tadi saya mengira Meisya benar-benar telah menghilang ternyata baru dugaan, ya sudah Bibik masuk saja dan lanjutkan pekerjaanya, kita tunggu saja sampai sore, kalau masih belum pulang juga baru saya akan beri tahu Daffa dan suami saya," kata bunda Felicia.
"Baik Nyonya, kalau begitu Bibik permisi dulu," pamit bik Anum.
"Kemana anak itu? tidak seperti biasanya dia menghilang begitu saja, walaupun Meisya mau keluar rumah pasti dia ijin dulu padaku, dan itu juga hanya beberapa jam saja, lebih baik aku cek dulu ke kamarnya jangan sampai firasat burukku benar-benar terjadi," gumam bunda Felicia lalu dia melangkah ke arah kamar Meisya.
"Tidak ada yang aneh dan berbeda dari kamar ini, tapi coba aku periksa dulu lemarinya, agh ... aku jadi deg-degan nih, buka tidak ya ... buka saja deh dari pada aku penasaran terus," gumam bunda lagi.
Bunda Felicia melangkah mendekati lemari dengan sangat pelan, serta perasaan yang bercampur aduk, dia terus melangkah sampai tangannya berhasil memegang pintu lemari, dan mulai membukanya, tapi baru saja pintu lemari itu akan terbuka sempurna tiba-tiba,
"Nyonya!
"Astaga ... Bibik selalu mengangetkan saya, apa Bik Anum tidak bisa mengetuk pintu dulu?" ucap bunda Felicia sambil mengusap dadanya yang masih dag dig dug.
"Maaf Nyonya, kalau Bibik sudah membuat Nyonya terkejut, tapi Bibik sudah mengetuk berkali-kali, karena tidak ada sahutan makanya Bibik buka pintunya, dan ketika Bibik melihat Nyonya ada di dalam akhirnya Bibik memanggil Nyonya tadi," jelas bik Anum.
"Ya sudah tidak apa-apa Bik, tapi ada apa Bibik tadi memanggil saya?" tanya bunda yang mengalihkan percakapannya.
"Itu Nyonya, ada telpon dari tuan," jawab bik Anum.
"Iya Bik terima kasih, saya akan menerimanya," sahut bunda Felicia, kemudian dia keluar bersama dengan bik Anum, dan mengangkat telponnya.
Bunda Felicia: Halo, iya Ayah ada apa? kenapa Ayah tidak menelepon handphone Bunda saja?
Ayah Tama: Seharusnya yang bertanya itu Ayah, Bunda ke mana saja? kenapa handphonenya susah dihubungi? makanya Ayah menghubungi telpon rumah
Bunda Felicia: Benarkah!
Ayah Tama: Coba Bunda cek dulu handphonenya
Bunda Felicia: He he he ... iya Ayah, maaf handphone Bunda mati, dan sepertinya Bunda tadi lupa untuk menchargernya, oh iya, ada apa Ayah menelepon Bunda? tidak mungkin hanya mau menanyakan handphone
Ayah Tama: Ayah mau tanya, apa Meisya sudah pulang?
Bunda Felicia: Ayah sayang nggak sih sama Bunda! istri Ayah itu siapa? kenapa Ayah tidak menanyakan kondisi Bunda dahulu? padahal hati Bunda sedang gelisah sekali, tapi Ayah sepertinya tidak peduli lagi
Ayah Tama: Maafkan Ayah istriku tersayang, siapa bilang Ayah tidak sayang lagi pada Bunda? tentu saja Ayah sangat mencintai, dan menyayangi Bunda sekarang coba katakan kenapa Bunda sangat gelisah? apa ada sesuatu hal yang Bunda pikirkan? sehingga membuat hati Bunda terasa tidak tenang
Bunda Felicia: Bunda memikirkan Meisya yang sampai sekarang belum pulang ke rumah Ayah, Bunda sangat khawati sekali dengan keadaannya, dan Bunda takut sekali terjadi sesuatu dengannya, apa mungkin Meisya pergi dari rumah ya Ayah?
Ayah Tama: Tenang sayang jangan menangis serta khawatir lagi, Ayah akan segera pulang, dan masalah ini akan kita bahas ketika Ayah sudah sampai di rumah saja, Ayah juga tidak mau Bunda sakit sayang
Bunda Felicia: Baiklah, Bunda akan menunggu Ayah pulang saja, tapi jangan lama-lama ya Ayah, Bunda takut sekali
Ayah Tama: Iya sayang, Ayah akan segera pulang, dan Ayah minta Bunda segera masuk kamar tunggu Ayah di sana
Bunda Felicia: Iya sayang
Ayah Tama: Ya sudah, kalau begitu Ayah tutup dulu telponnya ya, ingat sayang jangan memikirkan apapun, dan segeralah beristirahat
Ayah Tama pun mengakhiri panggilannya, dan segera bersiap-siap pulang ke rumahnya
"Alek ..." panggil Ayah Tama.
"Siap Tuan Tama," sahut Alek asistennya ayah Tama.
"Saya pulang dulu, dan segera kau ambil alih rapat kita siang ini karena ada urusan yang tidak bisa ditunda lagi, tapi ingat apapun hasilnya, atau kalau kau tidak bisa membuat keputusan jangan lupa tanyakan padaku," ucap ayah Tama.
"Baik Tuan Tama akan segera saya laksanakan, dan terima kasih sudah percaya pada saya," kata Alek yang membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Sama-sama Alek, aku percaya padamu, karena kau sudah lama bekerja padaku, tapi aku minta kau jangan pernah mengecewakan aku," tambah ayah Tama lagi.
"Tidak akan Tuan," yakin Alek.
"Bagus, kalau begitu saya pergi dulu," sahut ayah Tama lalu dia keluar kantor, dan pulang ke rumah.
Dua puluh lima menit kemudian, ayah Tama sudah sampai di rumahnya, dan begitu sampai dia langsung melangkah menuju kamarnya menemui sang istri bunda Felicia.
"Sayang, Ayah sudah pulang," panggil ayah Tama setelah masuk ke dalam kamarnya, sedangkan bunda Felicia yang mendengar suara suaminya dengan cepat berdiri, dan menghampiri sang suami lalu dia memeluknya sambil menangis.
"Ayah, Meisya ...."
"Sayang, ada apa? kenapa menangis? bukankah tadi ayah sudah bilang jangan terlalu dipikirkan," ucap ayah Tama.
"Meisya hilang Ayah, dia masih belum kembali, dan juga semua pakaiannya tidak ada di kamarnya, Bunda tidak tahu apa yang terjadi antara Daffa, dan Meisya? sampai dia pergi meninggalkan rumah, bahkan tanpa berpamitan dulu pada kita," ungkap bunda Felicia yang kembali menangis tersedu-sedu.
"Apa Bunda yakin dengan semua ucapan Bunda itu?" tanya ayah Tama dengan sedikit khawatir.
"Iya Ayah, Bunda yakin karena Bunda sudah mengeceknya langsung setelah Ayah menelepon Bunda tadi," jawab Bunda Felicia yang masih tetap terus menangis.
"Astaga, Bunda ini bandel banget sih bukankah Ayah sudah bilang, kalau Bunda harus segera masuk ke dalam kamar setelah menerima telepon dari Ayah," geram ayah Tama yang mencubit kedua pipi istrinya.
"Maaf Ayah, Bunda hanya penasaran saja," ucap bunda Felicia dengan sangat pelan.
"Ya sudah sekarang Ayah tanya, apa Bunda sudah makan siang?" tanya ayah Tama.
"Belum Ayah, Bunda itu nggak nafsu makan kalau sedang ada masalah begini," jawab bunda.
"Ini alasan Ayah kenapa Bunda tidak boleh terlalu banyak pikiran? ya karena Bunda tidak akan bisa makan, dan akan selalu menangis sampai akhirnya sakit," sahut ayah Tama yang langsung mengangkat sang istri keluar kamar.
"Apa yang Ayah lakukan? Ayah mau membawa Bunda ke mana? apa Ayah mau mengusir Bunda keluar? karena tidak menuruti perintah Ayah tadi, atau Ayah mau melempar Bunda ke jalanan! tolong maafkan Bunda, Ayah, Bunda janji akan mengikuti kemauan Ayah, tapi kalau Ayah tetap melempar bunda ke jalanan berarti Bunda harus mencari suami baru dong," ucap bunda Felicia yang mulai ngelantur.