"Sudahlah Roy jangan kau pikirkan lagi mungkin kau itu hanya kasihan saja padanya jadi, tidak mungkin kalau kau memiliki perasaan khusus padanya lagian juga dia sudah menikah dengan atasanmu bahkan dia juga sudah hamil anak orang lain," gumam Roy lagi sambil terus mengemudikan mobilnya ke arah rumah.
Di tempat lain Daffa yang sedang jalan-jalan ke mall sangat terkejut sekali ketika melihat istrinya sedang bergandengan dengan seorang pria tampan.
"Sayang apa yang kau lakukan di sini? dan siapa pria ini? apa hubungan kalian berdua? kenapa tidak memberi tahu suamimu ini kalau kau mau pergi keluar? ayo sayang kita pulang!" ajak Daffa setelah dia menanyakan banyak sekali pertanyaan pada wanita mirip Meisya itu.
"Siapa pria ini cinta? kenapa dia bilang kalau kau itu istrinya?" tanya sang pria dengan menggandeng tangan istrinya.
"Aku tidak tahu juga sayang, dan aku juga tidak mengenalnya entah kenapa dia bisa mengaku-ngaku aku ini istrinya?" ucap sang wanita yang membuat Daffa sangat terkejut, dan juga syok atas pengakuan dari wanita yang mirip istrinya itu.
"Sayang apa yang telah kau katakan? apa kau marah padaku sayang? kalau ada masalah sebaiknya kita bicarakan baik-baik, tapi jangan seperti ini dengan kau berpura-pura tidak mengenaliku di hadapan pria asing ini, kau juga tidak bisa membuatku cemburu sayang, karena aku lebih unggul darinya, aku sudah membuatmu hamil sedangkan dia hanya bisa memelukmu saja," terang Daffa yang membuat sang wanita takut.
"Sayang tolong aku, pria ini sudah tidak waras, dia telah mengaku-ngaku kalau anak yang di dalam kandunganku ini adalah miliknya padahalkan ini anakmu, dan aku juga baru hamil 5 minggu," terang wanita mirip Meisya yang membuat pria di sampingnya itu murka.
"Hei bung ... bangun gadis cantik ini istriku, dan baru dua bulan yang lalu kami menikah jadi, kau jangan asal mengaku-ngaku saja ya, sudah sana pergi jangan mengganggu kami lagi," usir sang pria, lalu dia melindungi sang istri di belakang tubuhnya, kemudian memanggil keamanan.
"Keamanan ...."
"Siap Tuan, apa ada yang bisa kami bantu?" tanya sang keamanan ketika mendekati suara yang telah memanggilnya.
"Usir pria tidak waras ini, dia sudah mengakui istriku sebagai istrinya, bahkan istriku sampai takut karena ulahnya," ujar sang pria sambil memeluk istrinya yang gemetar ketakutan.
"Ayo Tuan ikut aku, kau sepertinya baru saja kehilangan istrimu, aku turut berduka Tuan, tapi jangan begini caranya dia bukan istri anda, melainkan istrinya sadarlah Tuan di mana rumahmu saya akan mengantar anda pulang?" kata keamanan yang mencoba berbicara baik-baik dengan Daffa.
"Istriku masih hidup Pak, dia tidak meninggal, dan dialah istriku itu jadi, bapak jangan menghalangi saya lagi, saya mohon ... dia hanya sedang marah saja padaku," terang Daffa, tapi sepertinya pihak keamanan itu tidak mau mendengarkan pengakuan Daffa, dan malah dia mengira kalau Daffa sudah tidak waras yang mengarang cerita saja.
"Selama saya masih bicara baik-baik sebaiknya Tuan mau mendengarkan saya bicara, tapi kalau Tuan tidak mau bekerja sama terpaksa saya akan bertindak kasar pada anda," ancam sang keamanan yang mulai hilang kesabarannya.
"Aku tidak peduli bukankah sudah kukatakan jangan halangi aku," perintah Daffa yang memberontak dengan keras.
"Tim satu ... tim tiga ... cepat datang ke lokasi tim dua ada yang membuat kerusuhan disini," ucap keamanan itu yang menghubungi temannya sambil memegang erat tangan Daffa agar tidak bisa kabur.
"Siap meluncur sekarang," jawab tim satu, dan tim tiga bersamaan.
Beberapa menit kemudian
"Ada apa ini?" tanya tim satu.
"Dia membuat kerusuhan, ayo bantu aku mengusirnya dari tempat ini, kalau dia masih mencoba melawan baru kita bawa dia ke pos, atau bila perlu ke kanttor polisi," ucap tim dua.
"Tidak ... jangan usir aku ... aku mau menemui istriku kenapa kalian semua tidak mengerti juga? aku ini masih waras, dan aku juga tidak gila seperti yang telah kalian tuduhkan kepadaku," bentak Daffa ketika dia diseret paksa oleh pihak keamanan.
"Pergilah Tuan jangan membuat diri anda malu sendiri bukankah anda orang yang berpendidikan, dan juga orang yang terhormat jadi, jangan membuat wibawa anda jatuh dengan sikap anda yang kekanak-kanakan itu," ucap tim tiga yang mencoba bicara baik-baik, dan menyadarkan Daffa.
"Ada apa ini Pak? kalian apakan putraku! kenapa sampai diseret seperti orang yang tidak memiliki harga diri?" tanya ayah Tama yang datang tepat waktu.
"Maafkan kami Tuan Tama, karena tidak mengenali putra pemilik mall ini, dan Tuan Daffa maaf karena kami sudah bertindak kasar kepada anda," ucap tim dua yang mewakii semua teman-temannya.
"Sekarang saja baru minta maaf tadi ke mana saja bukankah aku sudah bilang kalau aku itu masih waras," bentak Daffa yang masih tidak terima atas sikap kasar para keamanan mall miliknya itu.
"Sudahlah Nak, jangan kau perpanjang lagi mereka hanya sedang menjalankan tugasnya saja, kalian semua bubarlah, dan kembalilah ke tugas masing-masing," ucap ayah Tama.
"Terima kasih Tuan Tama, Tuan Daffa, kami permisi dulu sekali lagi kami minta maaf," kata tim satu lalu mereka kembali ke tempat masing-masing.
"Ayah kenapa mereka dilepaskan begitu saja? seharusnya ayah pecat saja semua keamanan itu," protes Daffa pada ayahnnya, dia bahkan mengikuti ayah Tama sampai masuk ke dalam lift.
"Biarkan saja Nak jangan diperpanjang lagi mereka juga hanya melaksanakan semua tugasnya, bukankah kau juga yang salah kenapa membuat keributan?," tegas ayah Tama sambil menatap putranya yang tiba-tiba menjadi pendiam.
Daffa terus mengikuti sang ayah sampai ke ruangannya lalu duduk di sofa yang ada di ruangan itu, dia masih belum menjawab pertanyaan ayahnya yang dilakukannya hanya melamun memikirkan kenapa istrinya sampai bisa berubah.
"Kenapa istriku sampai tidak mengenaliku? apa dia hanya sedang mengerjaiku saja? tapi mereka tadi mengatakan, kalau mereka baru saja menikah, dan dia juga sedang hamil 5 minggu, apa aku telah salah mengenali seorang wanita? tidak, aku tidak mungkiin salah dia memang istriku, dan aku yakin itu karena istriku tidak memiliki saudara kembar," gumam Daffa dengan lamunannya.
"Daffa kenapa kau malah melamun? kau mendengarkan yang Ayah bicarakan denganmu atau tidak, karena dari tadi Ayah melihat kau hanya melamun saja," ucap ayah Tama yang membuat Daffa tersadar akan lamunan panjangnya.
"Ayah, aku melihat istriku tadi, tapi dia tidak mengenaliku sama sekali, bahkan dia sangat takut padaku. Dia juga mengatakan kalau mereka baru saja menikah dua bulan yang lalu, dan wanita itu hamil 5 minggu," terang Daffa yang membuat ayahnya tersenyum mendengar ungkapan yang telah dilontarkan sang putranya.
"Daffa dengarkan ayah bicara Nak, istrimu telah lama tiada setelah melahirkan putramu, dan wanita itu memang bukan istrimu, tapi dia hanya mirip saja Nak, sadarlah Daffa apa kau lupa? kalau satu hari setelah istrimu meninggal putramu juga menyusul istrimu Nak, dan itu terjadi satu tahun yang lalu. Ayah harap kau bisa melupakan istri, dan anakmu itu sayang, karena mau sampai kapan kau bersikap seperti ini terus? kasihan istrimu sudah tenang di sana bersama dengan putramu," beber ayah Tama yang membuat Daffa berteriak histeris.