Mereka berdua sampai di rumah Panji. Laras masih cemberut sebab gara-gara Panji dahinya semakin sakit saja. Entah kenapa laki-laki itu suka sekali mengerem secara mendadak.
"Di dalem ada siapa aja?" tanya Laras saat sudah turun dari mobil.
"Nggak ada siapa-siapa. Mamah sama papah saya lagi di luar kota."
Mendengar hal itu, Laras sedikit termenung. Ada sekelebat bayangan perihak peristiwa yang tidak mengenakan hari itu. Hari di mana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, ibunya diperlakukan kurang ajar oleh seorang laki-laki yang ternyata kawan ayahnya sendiri. Peristiwa itu juga sama terjadi di sebuah rumah besar, tanpa penghuni di dalamnya.
Sadar akan keterdiaman Laras, Panji menghampirinya. Benar saja, Laras langsung mundur beberapa langkah. Panji tahu, trauma Laras terlalu berat untuk dilupakan begitu saja. Maka dengan sangat hati-hati, Panji menjaga jarak dari Laras agar perempuan itu tidak merasa terancam.
"Laras? Kamu mau diobatin di klinik saja, ya?"
