Suasana London saat itu cerah berawan. Meskipun sinar matahari tidak menyengat.
Richard mulai mengenakan kacamata Rayban hitam, serta dua buah sarung tangan hitam untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung. Memang semenjak anak-anak pria tampan itu, memang memiliki semacam penyakit aneh yang tidak bisa terkena sinar matahari secara langsung.
Sebab itu, kemanapun ia pergi selalu mengenakan pakaian tertutup dan kacamata hitam untuk menghindari sinar matahari secara langsung.
Karena itu, tidak heran jika Richard Alexander miliki kulit yang lebih pucat dari pada orang ras kaukasia pada umumnya. Kulitnya yang pucat itu terlihat glowing mempesona jika terkena sinar matahari.
Banyak orang iri dengan kulit putih dan bersih milik Richard Alexander.
Namun sejatinya, kulitnya yang putih mempesona itu adalah salah satu kelemahan bagi seorang Richard Alexander.
Richard memiliki kelemahan jika kulitnya terlalu lama terpapar sinar matahari secara langsung tanpa pelindung.
Maka, kulitnya yang semula glowing itu akan timbul ruam kemarahan yang panas dan sedikit melepuh.
Sudah banyak pengobatan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya yang aneh itu. Namun semuanya nihil, tidak membuahkan hasil yang signifikan. Para dokter menyebutnya dengan 'Vampire Syndrom.'
Richard sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa terkena sindrom itu sejak balita. Hal itulah yang membuatnya membenci akan dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian sebuah mobil sedan mewah merek Roll Royce hitam keluaran terbaru, tiba di depan lobi Lavabra Company.
Seorang pria bertubuh tegap dengan mengenakan seragam jas serba hitam dengan . Dari penampilannya pria itu tampak rapi. Pria itu turun dari balik kemudi lalu dengan sopan dan penuh hormat membukakan pintu penumpang di bagian belakang.
"Silahkan, Tuan Richard," ujar sopir itu dengan sopan. Pria itu tetap diam di tempatnya menunggu sampai sang majikan untuk naik.
Richard mendekatkan bibirnya ke telinga Kimberly lalu berbisik mesra. "Let's get ride."
Wanita itu tersenyum, lalu berjalan mengikuti langkah Richard Alexander.
Pria itu melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Kimberly. Mereka berdua pun masuk kedalam mobil.
Mobil sedan mewah berwarna hitam itu pun, segera melaju meninggalkan pelataran parkir gedung Lavabra Corporation, perusahaan milik keluarga Richard Alexander.
Menyusuri jalanan Kota London tidak begitu padat. Beberapa bus tingkat berwarna merah, melintas di jalan raya.
Kimberly duduk di kursi penumpang di jok belakang, merapatkan badannya ke badan Richard Alexander. Wanita itu menggamit lengan kiri Richard dan semakin merapatkan duduknya. Sehingga buah dadanya yang montok bersentuhan dengan lengan Richard.
Sedangkan pria itu tampak biasa saja. Pria itu sama sekali tidak memandang ke arah wanita yang ada disampingnya. Richard mengalihkan pandangan ke luar jendela mobi
Jauh di dalam hatinya ia masih merasa jengkel dan gusar dengan sikap sekretaris barunya, Viona Ryders, yang berani menolak hadiah sepatu pemberiannya. Entah mengapa penolakan dari karyawan baru itu membuat mood-nya menjadi buruk hari ini.
"Kita mau makan siang dimana, sayangku?" tanya Kimberly dengan manja.
Sontak saja suara manja Kimberly mengalihkan perhatiannya.
Richard melirik singkat ke arah Kimberly. "Kita ke The Peninsula Restaurant," jawabnya singkat.
"I think it's a great choice. Aku rasa itu pilihan yang sangat bagus, sayangku," puji Kimberly.
"Sutopo kita ke The Peninsula," perintah CEO muda itu kepada sopir pribadinya.
"Baik Tuan Richard," balas Sutopo dengan sopan.
Sutopo mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju ke arah Intercontinental London, di One Waterview.
Wanita cantik itu terlihat sangat antusias saat mendengar pria pujaan hatinya mengajaknya makan siang di salah satu restoran mewah yang ada di London.
"You like it?" Tanya Richard.
"Of course, I like it. Restoran itu terkenal dengan masakannya yang berkelas dan enak. Selain itu, kita bisa melihat pemandangan indah kota London dari sana," balas Kimberly dengan ceria.
Kimberly kemudian mencium pipi pria tampan itu dengan hangat. Richard pun membalasnya. Tangan satu tangan Richard menahan dagu Kimberly, lalu mendaratkan ciuman panas di bibir wanita itu.
Sutopo sang sopir pribadi, sekilas melirik melalui kaca spion tengah. Melihat sang majikan sedang bermesraan dengan wanitanya.
Bibir Richard melahap dengan panas bibir Kimberly yang penuh dan seksi. Sedangkan satu tangan Richard mulai menjelajah ke bagian bawah Kimberly. Menjelajah mulai payudara, turun ke pinggang hingga turun ke bagian pangkal paha wanita itu.
Kimberly tampak kewalahan menghadapi aksi panas dan nakal dari pria pujaan hatinya.
Sutopo tersenyum tipis melihat kelakuan agresif sang majikan terhadap wanitanya kali ini. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah depan. Kembali fokus ke jalan yang ada di depannya.
Sudah biasa bagi Sutopo melihat kelakuan nakal Richard bersama dengan teman-teman wanitanya.
Akhirnya setelah sepuluh menit perjalanan. Mobil Roll Royce hitam itu sampai di The Peninsula Restaurant di Intercontinental.
Sutopo sang sopir pribadi, menghentikan mobil di depan lobi masuk restoran. Seorang pemuda berusia sekitar dua puluh lima tahun, tersenyum sopan pada Richard. Kemudian membukakan pintu belakang bagian penumpang untuk Richard Alexander.
Pria itu turun dengan gagahnya, membetulkan sedikit mantel jas hitamnya. Berdiri disamping mobil mengulurkan tangannya, membantu teman wanitanya keluar dari mobil.
Kimberly pun menyambut uluran tangan Richard dengan senang hati. Kemudian mereka berdua segera menuju ke restoran The Peninsula, yang terletak di lantai dua.
Seorang staff restaurant tersenyum ramah begitu melihat sesosok Richard Alexander.
"Selamat siang, Sir Richard Alexander. Welcome to Peninsula Restaurant," sapa staff wanita itu dengan ramah.
Richard memang sudah sering datang serta menjadi VIP member di restoran The Peninsula, semenjak 10 tahun lalu. Jadi wajar jika para pelayan bahkan manager restoran itu hafal dengannya.
"Hai siang juga Barbara," sapa Richard Alexander dengan tenang.
"Beri kami VIP private room dan special lunch, untuk siang ini," imbuh pria itu.
"Tentu saja Tuan. Mari ikut dengan saya," jawab staff restaurant itu dengan sopan.
Siang itu suasana restaurant lumayan tidak terlalu rame. Hanya tampak beberapa orang pebisnis yang datang. Beberapa diantaranya adalah para pelanggan tetap.
Staff restaurant mengantar ke VIP private room.
"Silahkan Tuan Richard," kata staf khusus restoran itu sambil membuka pintu khusus di private room restaurant.
"Thank you," balas Richard singkat.
"Wow, so beautiful," puji Kimberly saat memasuki ruangan VIP itu.
Ruangan itu berukuran cukup luas, yaitu lima kali lima meter, dengan interior mewah bergaya klasik modern.
Ruangan itu memiliki jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan indah di sekitar Sungai Thames, London. Pemandangan Sungai Thames dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat di Kota London, dengan background langit biru begitu terasa sangat mempesona mata yang memandangnya.
Richard menarik kursi untuk Kimberly duduk. Kemudian baru ia duduk di kursi seberang, yang letaknya berhadapan.
Kemudian staff wanita itu memberikan map kaku berwarna hitam, yang berisi daftar menu kepada kedua tamunya.
Richard mengambil membaca dengan cepat daftar menu itu. Ia sudah hafal dengan menu andalan dari restoran The Peninsula.
"Anda mau pesan apa Tuan?" tanya staff itu dengan ramah dan sopan.
"Tenderloin steak, Cheese Roll, dan Eggplant parmesan," ucap Richard. Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya kepada wanita yang ada di depannya.
"Kamu mau pesan apa, Kim?" tanya Richard.
"Braised and Short Ribs, Onion Soup, and Caesar Salad. Please," ujar Kimberly. Staff wanita itu mencatat dengan seksama pesanan temannya, kemudian mengulangi untuk menyebutkan satu per satu agar menghindari kesalahan.
"Oh ya, sediakan juga wine terbaik untuk kami," imbuh Richard Alexander.
"Baik Tuan Richard, mohon ditunggu sebentar untuk pesanannya,ya," balas pelayan wanita itu dengan senyuman. Kemudian ia pun meninggalkan ruangan.
Kini tinggal Richard berdua dengan Kim. Pria itu memandang wanita di hadapannya dengan tatapan tajam dan mulai pembicaraan serius.
"Apa yang tadi kamu mau bicarakan denganku, Kim?"
"Apa tentang 2UXC?"
(bersambung)