"Satu Minggu?" tanya Lionel dengan kedua mata terbelalak menatap Mamanya.
"Iya, itu cukup buat kau berfikir," jawab Mama Farah dengan santainya.
"Satu bulan saja aku tak bisa pastikan, apalagi seminggu," gumam Lionel dalam hatinya.
*****
Malam harinya, Lionel sudah bersiap untuk pergi keluar. Namun baru saja ia melintasi ruang tengah, tiba-tiba Mama Farah memanggilnya.
"Lio pergi dulu Ma," ucap pamit Lionel sembari membenarkan jaket jeans nya.
"Lio," panggil Mama Farah mulai menurunkan majalah dari mukanya.
Lionel langsung berhenti.
"Ada apa Ma?" tanya Lionel dengan nada malas, ia mulai menoleh ke belakang.
"Kau mau kemana?" tanya balik Mama Farah sembari mengerutkan keningnya, ia mencurigai Lionel akan pergi keluar sebab saat ini putranya itu memakai baju rapi.
"Beli kopi di depan Ma," jawab Lionel masih dengan nada malasnya.
"Pesan online kan bisa Lio," ucap Mama Farah dengan jelas.
"Lio mau minum di sana Ma," sahut Lionel dengan jelas juga.
"Oh mau minum di sana?" tanya Mama Farah, kini ia mulai tersenyum tipis.
Lionel mulai menghembuskan nafas leganya.
"Iya Mama," jawab Lionel juga tersenyum.
"Ayumi," panggil Mama Farah dengan cukup keras.
"Ayumi," panggil Mama Farah kembali.
"Kenapa panggil Ayumi sih Ma?" tanya Lionel sembari mengerutkan keningnya.
"Diam," jawab Mama Farah dengan tegas.
Tak lama Ayumi tiba di hadapan Mama Farah.
"Iya Nyonya," sahut Ayumi sembari menundukkan kepalanya.
Mama Farah mulai mengeriyit, ia merasa tak nyaman di panggil Ayumi dengan sebutan itu.
"Panggil Tante saja ya, agak risih aku melihat anak muda seperti mu memanggil ku Nyonya," ucap Mama Farah.
"Baik Tante," sahut Ayumi malu-malu.
"Em gini Ayumi, tolong kawal anak saya ya. Mulai malam ini juga kau kerja, dan besok-besok Tante tak perlu panggil kamu lagi ya buat kawal anak Tante," ucap Mama Farah dengan jelas.
"Baik Tante," sahut Ayumi dengan cepat.
Sementara itu Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya, dengan cepat ia mulai melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
"Cepat susul!" seru Mama Farah.
"Baik Tante," sahut Ayumi dengan cepat.
"Ayumi pamit pergi dulu Tan," ucap pamit Ayumi.
"Iya-iya hati-hati," ucap Mama Farah.
Ayumi mulai berlari mengikuti langkah Lionel yang sudah terlebih dahulu keluar dari rumah.
Setibanya di luar, Lionel langsung melempari Ayumi dengan kunci mobil.
"Biar lebih berguna," ucap Lionel sembari melempar kunci mobilnya pada bodyguard barunya itu.
Dengan cepat Ayumi menangkap kunci mobil itu yang hampir mengenai kepalanya jika tak sigap menangkap.
"Kasar sekali bos baru ku ini," gerutu Ayumi dalam hatinya.
Lionel mulaiasuk ke dalam mobil, tak lama Ayumi juga mulai masuk.
"Lama sekali tak jalan-jalan," gerutu Lionel sembari menatap Ayumi dari kursi belakang, Lionel memiliki duduk di belakang selayaknya Tuan Muda pada umumnya.
"Iya sabar pak," sahut Ayumi dengan lembut.
Kini Ayumi mulai melajukan mobil Lionel dengan perlahan keluar dari kawasan rumah Lionel yang megah itu.
"Ini kita mau kemana pak?" tanya Ayumi sembari melirik Lionel dari kaca spion kecil yang ada di hadapannya.
Tak banyak bicara, Lionel langsung memberikan salah satu ponselnya ke Ayumi.
"Oh kesini," ucap Ayumi dalam hatinya sembari mulai mengambil ponsel Lionel, dan kini ia mulai menancapkan ke holder mobil.
"Dingin juga ini orang, padahal tinggal bilang kemana nya. Ini malah cuma diam sambil kasih petunjuk jalan di ponselnya," gumam Ayumi dalam hatinya.
Sementara itu Lionel yang duduk di belakang tengah asik chattingan dengan rekan bisnisnya, namun seperti biasa Moza selalu menganggu Lionel dengan terus mengirim pesan bahkan menelfon dengan terus menerus yang makin membuat Lionel risih.
"Ini orang tak tahu apa ya, aku lagi sibuk bahas duit," gerutu Lionel dalam hatinya.
Tiba-tiba Moza malah menelfon Lionel, membuat kesabaran Lionel mulai habis.
Dengan cepat Lionel langsung mereject panggillan telefon dari Moza, namun dengan cepat ia mulai mengirim pesan.
"Lama-lama aku bosan dengan mu Moza," tulis pesan Lionel.
Setelah mengirim pesan untuk Moza, kini Lionel kembali chattingan dengan rekan bisnisnya itu. Namun tak lama Moza langsung menelfon Lionel, membuat Lionel langsung menghembuskan nafas beratnya dengan muka malas melirik ponsel yang kini terus berdering.
"Ting ting ting," dering ponsel Lionel.
"Kalau tak di angkat bisa makin menjadi-jadi dan malah mengganggu pekerjaan ku," gumam Lionel dalam hatinya.
Dengan terpaksa Lionel mulai mengangkat panggilan telepon dari kekasihnya itu.
"Hallo," ucap Moza dari seberang sana cukup keras.
"Hem," sahut Lionel singkat.
"Maksud mu apa Lio?" tanya Moza dengan nada cemas.
"Jangan buat aku gila gara-gara memikirkan pesan singkat mu tadi," ucap Moza dengan tegas, terdengar jelas ia sangat cemas saat ini.
"Kalau tak mau gila, simple Moza. Kau diam, jangan terus meneror ku seperti ini," sahut Lionel lirih, malas.
"Aku cuma mau di kabari Lio, kau kemana kau lagi apa," ucap Moza mulai terisak-isak.
"Moza, kau kira aku ini laki-laki pengangguran yang bisa berkabar dengan mu setiap saat?" tanya Lionel dengan nada kesal.
"Kerjaan ku banyak nya, dan kau jangan menghambat pekerjaan ku," ucap Lionel dengan tegas.
Dengan cepat, Lionel mulai menutup teleponnya.
"Menyebalkan," gerutu Lionel lirih.
Sementara itu Ayumi yang mendengar pembicaraan Lionel dan Moza di telfon mulai menelan salivanya, ia hanya terdiam sembari mengumam dalam hatinya.
"Memang laki-laki ini terbuat dari batu, bukan hanya hatinya tapi sampai ke otak nya juga terbuat dari batu. Masa kekasihnya cuma mau di kabari dia langsung marah-marah, apa susahnya coba," gumam Ayumi dalam hatinya.
"Cumi," panggil Lionel dengan nada kesal.
"Eh iya pak," sahut Ayumi dengan cepat, ia terkejut dengan panggilan Lionel yang cukup keras itu.
"Kau ini keturunan siput atau bagaimana?" tanya Lionel sembari menatap tajam Ayumi dari belakang.
"Tadi panggil cumi, sekarang malah tanya aku keturunan siput atau bagaimana. Lah gimana ini bos baru," gumam Ayumi dalam hatinya mulai kebingungan dengan bos nya yang suka marah-marah ini.
"Iya Bos maaf, saya tambah lagi kecepatannya," sahut Ayumi dengan cepat.
Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.
"Bisa-bisanya aku punya bodyguard seperti mu," ucap Lionel lirih kesal.
"Bisa-bisanya juga aku punya bos seperti mu," sahut Ayumi dalam hatinya.
Kini Lionel kembali sibuk dengan ponselnya, ia harus terus mengabari rekannya karena rekannya itu sudah sampai terlebih dahulu.
"Maaf agak telat, jalanan macet sekali malam ini," tulis pesan Lionel.
"Its okey Lio," balas pesan Dion.
"Untung dia tak curiga," ucap Lionel dalam hatinya sembari melirik ke jendela mobil bagian kanan, yang berhadapan langsung dengan jalanan.
"Cumi, kalau kau nyetirnya masih lambat begini aku buang kau ke kandang singa," ucap Lionel dengan nada kesal, ia mulai mengancam bodyguardnya itu.
Dengan cepat Ayumi kembali menambah laju kecepatan mobil itu.