"Emmmhh," guman gadis yang baru saja membuka matanya. "Aku ketiduran ternyata."
Gadis itu menatap langit kamarnya cukup lama, beberapa detik kemudian, ia duduk untuk mengumpulkan kesadarannya.
"Jam berapa ini?" Anna menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 18:25 WIB. "Udah malem."
Anna meregangkan ototnya lalu berjalan dengan malas menuju ranjang sambil menenteng ranselnya. Ia duduk di pinggir ranjang sambil memainkan ponselnya.
45 panggilan tak terjawab
1000 pesan masuk
Gadis itu tersenyum manis ketika mengecek panggilan telepon dan spam chat itu. Tapi senyumnya hilang seketika. Ia mendapat chat dari orang yang tak diharapkan. Dengan ragu, Anna membuka pesan itu. Awalnya, wajah Anna menunjukkan ekspresi biasa, tapi dipertengahan, matanya membulat seketika.
"Tes sudah keluar dan bisa diambil hari kamis. Besok?" monolog Anna dengan raut wajah syok.
Ingin rasanya gadis itu memberitahu Altan dan memintanya menemaninya. Bahkan, ia sudah mengetikan pesan untuk Altan, tapi ia hapus kembali. Tidak percaya diri dengan apa yang akan dijawab kekasihnya.
"Jangan panik, An, kita liat hasilnya besok. Jangan bilang Altan dulu, semangat!" ucap Anna menyemangati diri sendiri. Ia mengatur napasnya agar tenang. Ia mengetikan pesan untuk Altan.
Maaf gak angkat telpon kamu
Aku ketiduran
Kan kamu sendiri juga tau tadi aku ngantuk banget
Hehe ... maaf ya sayang<3
Anna senyum lagi setelah mengirim pesan itu. Ia menyimpan ponselnya di atas nakas lalu bergegas keluar untuk mandi.
Ketika hendak membuka pintu, ia mendengar suara gelak tawa dari luar. Suara Ibunya dan suara seseorang yang sepertinya akrab ditelinganya.
"Mama pasti bawa pacarnya yang dulu," lirih Anna sambil menyandar pada pintu dan mendongak menahan tangis.
Beberapa saat kemudian, Anna menarik napasnya lalu membuangnya perlahan. Itu ia lakukan tiga kali sebelum akhirnya membuka pintu hendak ke kamar mandi.
Begitu melewati ruang tamu, ia terkejut bukan main. Ternyata suara tawa yang bersama Ibunya adalah Altan; kekasihnya. Mereka sedang menonton kartun di TV.
"Altan?"
Si empunya nama menoleh dan tersenyum dan melambaikan tangan padanya.
"Kamu ngapain disini?" Anna menghampiri Altan. Wajahnya tampak terkejut sekaligus kesal.
"Khawatir sama kamu, abis aku telpon, aku chat, gak dibales-bales," jawab Altan seadanya.
"Aku ketiduran. Kan udah aku jawab," lontar Anna.
"An, sana, kamu mandi dulu. Katanya Altan mau ajak kamu main, kasian loh, dia dari sore kesini nungguin kamu bangun tidur," ucap Anita lemah lembut.
Ingin rasana Anna menyindir sifat Ibunya yang sok perhatian ini. Tapi, ia menahannya karna ada Altan. Walau lelaki itu juga sebenarnya tau sifat asli Anita, ia berusaha tak peduli dan fokus pada kepura-puraan ini.
"Iya, An, aku udah lama banget nunggu kamu. Cepet mandi sana."
"Mau ajak aku kemana?"
"Mandi dulu, An," ucap Anita lembut diiringi senyum.
'Ck. Senyum palsu,' batin Anna sambil menatap sinis Ibunya.
"Hem," deham Altan menatap Anna. Anna mengerutkan dahinya bingung. "Buruan, aku nahan laper dari tadi,loh."
Anna menatap wajah Altan yang seperti mengodenya. Anna melirik pada Ibunya yang tersenyum.
"Aku mandi dulu," ucap Anna ketus lalu pergi ke kamar mandi.
"Nanti pulangnya jangan malam-malam, ya, Nak Altan," ucap Anita lembut yang masih Anna dengar.
"Iya, tante."
_____
"Kamu liat 'kan, Al, gimana munafiknya Mamaku?" adu Anna sewot ketika Altan baru saja duduk dikursi kemudi. Ya, Anna dan Altan sudah di dalam mobil Altan yang terpakir diluar gang.
"Tapi tadi Mama kamu baik, An. Mungkin—"
"Itu karna ada kamu. Kalo gak ada, ya keluar deh munafiknya," potong Anna kesal.
Altan diam tak menjawab. Ia mulai memasang sabuk pengamannya dan memasangkan milik Anna. Ia percaya pada cerita Anna karna ia pernah mendengar bahkan melihat Anna dipukul di depan rumah, padahal saat itu banyak tetangganya melihat.
"Aku juga tadi sempet ngira kamu salah satu bajingan itu," gerutu Anna mengeluarkan kekesalannya. Hanya pada Altan ia bisa menceritakan semuanya, dan lelaki itu sangat tulus mendengarkan tanpa membela siapa pun.
"Sumpah, ya, kalo tadi kamu bajingan itu, aku pengen marah-marah tau gak?"
"An—"
"Ayo, jalan. Katanya mau ajak aku makan," potong Anna ketus.
Altan menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Tangan kirinya memegang lembut tangan kanan Anna.
"Kenapa?" sungut Anna menatap Altan sinis.
"An, kamu lagi dapet, ya?" tanya Altan pelan sambil menyalakan mesin mobilnya.
"Iya."
"Pantesan," ucap Altan senyum, lalu mulai melajukan mobilnya.
Diperjalanan, Anna terus melontarkan kekesalannya. Menceritakan yang terjadi padanya waktu sepulang sekolah pada Altan. Lelaki itu tidak memberi komentar, ia hanya diam mendengarkan. Tapi terkadang, ia tertawa mendengar cerita Anna yang menurutnya lucu.
"Sumpah, ya, Al, aku tuh rasanya mau cabik-cabik bajingan itu! Aku pengen bunuh—"
Altan mengerem mendadak membuat Anna tertarik ke depan.
"Kenapa, sih, Al?" tanya Anna menatap Altan kesal.
Altan menatap Anna dalam diam. Tatapannya memancarkan ketulusan dan sayang. Sekejap, Anna merasa malu dan wajahnya terasa panas.
"Apa, sih, Al—"
Cup.
Altan mengecup singkat bibir Anna. Wajah Anna semakin memanas dan sangat malu. Altan terkekeh melihat wajah merah Anna.
"Gemes banget, sih, An." Altan mencubit kedua pipi Anna.
"Apaan, sih! Tadi kenapa ngerem ngedadak?" kesal Anna dengan wajah ngambeknya.
"Kita udah sampe." Altan melihat ke luar jendela mobil. "Tadi aku hampir nabrak pembatas."
Anna melihat keluar jendela. Altan keluar lebih dulu lalu memutar membukakan pintu mobil untuk Anna.
"Ayo, turun," ajak Altan sambil mengulurkan tangannya. Anna masih diam dan menatap Altan. Semakin lama, rasanya semakin panas wajahnya.
"Mau aku kiss lagi?" tawar Altan dengan senyum menggodanya.
Anna salah tingkah lalu turun. Bukannya menerima uluran tangan itu, ia malah menabrak Altan.
"Ayo, buruan. Aku laper," ajak Anna.
Altan menghampiri Anna dengan senyum lalu merangkul gadis itu posesif.
"Kapan-kapan, aku mau lagi," bisik Altan diiringi senyum. Anna menatap Altan kesal sekaligus malu.
Gadis itu berusaha melepaskan rangkulan Altan, tapi lelaki itu semakin mengeratkan rangkulannya.
"Kalo lepas, nanti aku ilang, loh," goda Altan membuat Anna berhenti berontak. Sedikit risih, tapi yasudahlah.
"Selamat datang, Tuan Putri," ucap Altan senyum sambil mempersilakan Anna masuk duluan ke dalam ala-ala pelayan caffe.
"Makasih, Pangeran," sahut Anna senyum. Sebenarnya Anna risih dan malu, tapi, Altan adalah segalanya baginya. Jadi mau tak mau, ia mengikuti, bahkan menjadi gila sekali pun.
Ketika Anna hendak duduk, ia melihat sosok lelaki yang sepertinya tak asing baginya.
"Kaya pernah liat," ucap Anna pelan, ia juga tampak mengingat.
"Apanya?" tanya Altan yang sudah duduk di depan Anna.
"Enggak. Lupain aja." Anna tak acuh lalu duduk. Sedangkan Altan sudah sibuk melihat menu.
Mata Anna masih melihat lelaki itu karna penasaran. Lelaki itu melihat balik ke arahnya dan tersenyum ramah.
'Eh, dia senyum ke aku?' batin Anna sambil melihat sekitar dan belakangnya.
Tbc ...