"Lepaskan mereka!" pria bertubuh besar itu memberikan perintah kepada anak buahnya. Sontak mereka pun mendengarkan perintah dari atasan mereka. Mereka melepaskan Ramadhani dan juga Nabila. Lalu mereka menangkap Zhafran dan pergi meninggalkan rumah sederhana itu. Di dalam dekapan orang-orang bertubuh besar Zafran mencoba menoleh ke arah belakang menatap ibunya yang terus menangis dan memanggil manggil dirinya.
Kebahagiaan yang terbayang di benak pemuda tampan tersebut menghilang, impiannya untuk membuka usaha kecil dan berbahagia bersama keluarga itu kini telah sirna. Impiannya untuk menikah dengan sang pacar juga telah menghilang, semuanya berubah menjadi kepedihan dan juga kesakitan yang tidak terukur. Zafran yang bermimpi untuk membahagiakan kedua orang tuanya kini telah sia-sia. Perjuangan yang selama 10 tahun hancur di tangan pria pria berpakaian hitam yang entah siapa.
Sebenarnya Zafran bisa saja melawan semua orang itu, dengan kemampuan yang dimiliki sekarang dia bisa mengalahkan mereka semua. Tetapi Zafran tidak tahu masalah apa yang sedang dilanda oleh keluarganya. Dan masalah yang paling besar adalah bukan hanya dini yang akan menjadi korban tetapi ibu dan juga adik kesayangannya. Karena itulah Zafran hanya bisa pasrah saat digiring masuk ke dalam mobil.
Mobil yang ia tumpangi cukup mewah, pemuda tampan itu yakin bahwa pemilik mobil tersebut adalah orang yang sangat kaya. Dan juga memiliki pengaruh yang besar. Orang-orang tersebut bukanlah orang orang biasa. Semuanya tampak jelas dari penampilan dan juga cara berbicara mereka. Tetapi Zafran masih tidak mengerti kemana dia akan pergi. Dia juga masih tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Ribuan pertanyaan muncul di kepala pemuda tampan tersebut, tetapi dia tidak tahu kemana harus mencari jawaban dari semua pertanyaan itu. Pria tampan itu hanya bisa terdiam membiarkan mobil mewah membawanya pergi meninggalkan ibu dan juga adiknya.
Setelah berjalan beberapa menit mereka tiba di sebuah rumah yang sangat mewah. Rumah itu ibarat villa yang berada di tengah-tengah sawah yang membentang luas. Ketika melihat mobil masuk dua orang penjaga pintu gerbang segera membuka kan gerbang besar tersebut untuk memberikan izin kepada dua mobil masuk ke dalam lingkungan rumah besar itu. Zafran mencoba melihat apa yang ada di luar mobil yang sedang ia tumpangi. Bisa dilihat dengan jelas sebuah bangunan super mewah terpampang di hadapannya. Seumur hidup dia belum pernah melihat rumah yang sangat mewah seperti itu.
Mobil pun berhenti. Orang-orang merupakan hitam menarik tubuh Zafran dan membawanya masuk ke dalam rumah besar tersebut. Pemuda tampan itu tidak melihat apa pun selain para pelayan yang juga menggunakan pakaian seragam berkeliaran di sekitar rumah besar tersebut.
Saat tiba di rumah besar tersebut para pengawal yang berpakaian serba hitam merubah sikap dan perilakunya. Mereka tidak lagi bersikap kasar kepada Zafran, namun justru sebaliknya. Mereka tiba-tiba bersikap lembut kepada sang pria membuat Zafran semakin merasa heran.
"Selamat datang di villa Dahlia!" tiba-tiba seorang wanita cantik dengan pakaian seragam menyapa Zafran dan memberi hormat kepada pemuda itu. Dia adalah Veronica seorang kepala sekretaris keluarga Azhari. Zafran merasa heran dengan sambutan yang diberikan oleh orang-orang yang berada di villa istimewa tersebut.
"Antar tuan muda ke dalam kamarnya! Dan layani dia seperti seharusnya!" Veronica memberikan perintah seberapa pelayan yang berdiri di sana. Mereka terdiri dari dua laki-laki dan juga dua perempuan. Keempat orang itu akan bertugas melayani dan menjaga semua kebutuhan Zafran.
Pelayan tersebut segera menjalankan perintah yang telah diberikan kepada dirinya. Dia mengajak Zafran untuk mengikuti langkahnya. Orang-orang itu berjalan di belakang Zafran, sementara seorang dari mereka memberikan arah kepada sang pemuda tampan tersebut. Mereka berjalan masuk ke dalam ruang tamu yang sangat luas dan juga mewah. Zafran beberapa kali merasa kagum dengan penampilan rumah mewah bagai istana.
Tanpa banyak bertanya Zafran hanya bisa jalan mengikuti langkah pelayan menaiki tangga besar yang melingkar menuju lantai 2. Dia terus melangkah kemudian masuk ke dalam sebuah kamar yang sangat istimewa. Ketika pintu kamar itu dibuka, untuk kesekian kalinya Zafran kembali berperangah saat melihat pemandangan di dalam kamar tersebut. Ini bukanlah kamar biasa melainkan istana megah yang penuh dengan kemewahan.
"Tuan muda, ini adalah kamar Anda. Sebelum pernikahan terjadi Anda akan tinggal di kamar ini. Jika Anda membutuhkan sesuatu Anda boleh memanggil Kami, kami semua akan berjaga 24 jam di depan pintu kamar," ucap seorang pelayan kepada Zafran. Sementara Zafran hanya bisa mengangguk kan kepala menjawab kata-kata dari mereka.
Pemuda tampan itu berjalan menuju jendela besar yang terdapat di ke dalam kamarnya. Dia membuka layar jendela dan tampak lah hamparan sawah yang luas yang menyejukkan setiap mata yang memandang. Zafran membuka pintu kaca, kemudian berjalan menuju balkon kamar tersebut.
'Ini benar-benar luar biasa. Siapakah sebenarnya pemilik rumah ini? Siapakah sebenarnya wanita yang akan menikah dengan dirinya? Mengapa semua orang di sini memanggil dirinya sebagai 'Tuan muda'? Apakah sebenarnya statusku di dalam rumah besar ini?' Zafran bertanya di dalam hatinya sendiri. Matanya memandang jauh ke hamparan sawah yang membentang. Tetapi hatinya terasa sangat sempit dan kecil. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia lihat sekarang.
Kemewahan villa Dahlia berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang terluka. Terbayang tangisan seorang ibu yang melepaskan kepergian nya. Terbayang tangisan seorang adik yang mendapatkan pukulan dan tamparan dari orang-orang asing di rumahnya. Terbayang rumahnya yang sederhana namun dihiasi dengan kebahagiaan yang melimpah. Apa sebenarnya yang terjadi? Pertanyaan itu bagaikan virus yang menggerogoti hati dan pikiran Zafran. Sebuah pertanyaan yang ingin sekali ia temukan jawabannya tetapi dia tidak memiliki kemampuan untuk itu.
"Tuan Muda, kami sudah menyiapkan makan siang untuk Anda. Tuan besar mengatakan bahwa Anda harus makan di dalam kamar sebelum pernikahan," tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri Zafran yang sedang berdiri di balkon. Diikuti oleh beberapa pelayan yang ada di belakangnya. Mereka membawakan makanan yang terlihat sangat lezat. Mereka meletakkan makanan tersebut di atas meja kemudian pergi meninggalkan Zafran sendirian.
Makanan yang mereka siapkan begitu menggugah selera, rasa lapar yang dirasakan oleh Zafran sudah sampai ke tenggorokan. Seakan dia mampu menghabiskan semua makanan yang telah dihidangkan. Karena sejak turun dari pesawat, pria itu belum mengisi perutnya sama sekali. Karena itulah dia diserang oleh rasa lapar namun saat pemuda tampan tersebut ingin menikmati makanan itu tiba-tiba nafsu makannya menghilang. Dia tidak bisa menyentuh makanan mewah saat bayangan ibu dan adiknya kembali terbayang di dalam pikiran. Zafran mengurungkan niatnya untuk menikmati makanan tersebut. Dia kembali ke dalam kamar kemudian duduk di atas ranjang.
"Pelayan!" panggil Zafran.