"Kamu harus meninggalkan keluarga ini! Jangan pedulikan ibu atau Nabila. Biarkan kami menderita, tetapi kamu harus hidup bahagia," Ramadhani benar-benar merasa bersalah karena terjadinya pernikahan putra kesayangannya dengan putri keluarga Azhari. Dia khawatir pernikahan itu akan memberikan penderitaan kepada sang putra. Karena itulah dia terus berusaha membuat pernikahan itu dibatalkan.
"Ibu, aku tidak bisa lari sekarang. Aku sudah menjadi suami seseorang, tetapi tolong bu! Setidaknya beritahu aku alasan di balik pernikahan ini. Agar aku tidak mati karena rasa penasaran yang menusuk hati dan pikiran aku," Zhafran ingin mengetahui rahasia dibalik pernikahan yang sudah dia lakukan.
"Tuan muda, apa yang Anda lakukan di sini?" saat Ramadhan ingin menceritakan masalah sebenarnya, tiba-tiba Bruto datang dan memanggil Zafran.
"Mari ikuti Saya Tuan muda!" Perintah Bruto.
"Tunggu, aku ingin berbicara sebentar dengan ibuku," Zafran memohon agar Bruto memberinya sedikit waktu untuk berbicara dengan sang ibu.
"Tidak bisa tuan muda. Kita harus pergi sekarang juga! Semua tamu undangan sudah menunggu," lanjut Bruto yang tidak memberikan kesempatan kepada pemuda tampan itu untuk sekedar berbincang dengan ibu kandungnya sendiri. Zafran yang enggan melangkahkan kaki dari hadapan ibunya ditarik paksa oleh pengawal sekaligus asisten pribadi kakek Azhari. Zafran tidak bisa menolak perintah dari Bruto. Meski dirinya masih ingin berbincang dengan sang ibu dan adiknya tetapi dia tidak memiliki waktu dan kesempatan. Bruto memandang Zafran dengan tatapan yang sangat tajam. Pemuda tampan itu tidak memiliki keberanian untuk menolaknya. Akhirnya dia meninggalkan sang ibu dan juga adik kesayangannya di sana. Dia pergi membawa banyak pertanyaan di dalam pikirannya.
Zafran mengikuti langkah Bruto, ternyata pria itu membawanya untuk naik atas pelaminan. Pandangan Zafran tiba-tiba berhenti saat melihat sesosok wanita cantik yang sudah duduk di sana. Wanita yang sangat cantik itu adalah istrinya. Zafran memandangi wajah wanita tersebut. Wanita yang hanya menundukkan kepalanya. Tidak ada senyuman yang menghiasi wajah tersebut. Yang ada hanyalah keputusasaan dan juga penderitaan.
"Duduk! Jangan berdiri dan berbicara apa pun!" ucap Bruto. Pemuda tampan tersebut hanya bisa mengikuti kata-kata dari pria bertubuh besar itu. Dia duduk di pelaminan bersama dengan seorang wanita. Wanita yang telah menjadi istrinya. Wanita yang akan hidup bersama dengan dirinya menghabiskan sisa usia. Tetapi wanita itu seperti tidak menerima dirinya. Dia ibaratkan patung yang tidak bisa bergerak dan tidak memiliki perasaan.
Para tamu mulai naik ke atas panggung. Mereka ingin mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin yang baru saja menikah. Pada saat itu tanpa sengaja Zafran berdiri. Namun istrinya tetap duduk ditempatnya. Sang pemuda tampan baru mengingat pesan yang diberikan oleh Bruto bahwa dia tidak boleh berdiri dan tidak boleh berbicara. Zafran kembali duduk di kursinya. Meski Zafran merasa sangat heran. Mengapa istrinya tidak berdiri menyambut para tamu undangan. Mengapa dia hanya duduk diam juga tidak memberikan senyuman. Sang pemuda tampan yang baru saja menikah itu bertanya-tanya di dalam hatinya.
Ada pemandangan yang tak biasa. Tempat duduk mereka berada di tempat yang lebih tinggi dari pelaminan pada umumnya. Sehingga meski mereka tidak berdiri para pengantin bisa menyambut kehadiran para undangan tanpa memiliki sedikit pun masalah. Wanita itu yang merupakan istri dari Zafran bersalaman kepada para tamu undangan wanita. Sementara jika tamu undangan pria datang dia menyatukan kedua tangannya lalu meletakkannya di dada. Dia hanya mengangguk pelan tanpa ekspresi apalagi senyuman. Begitulah pesta pernikahan itu berlangsung. Banyak hal-hal yang tidak wajar dilihat oleh pemuda tampan tersebut. Tetapi dia masih diam karena tidak tahu kemana dia harus mengajukan pertanyaan.
Setelah pesta selesai seorang pria menghampiri mereka. Dia adalah kakek Azhari. Pria tua itu mendekati Zafran dan juga cucu kesayangannya.
"Cepat gendong Zafira dan bahwa dia ke dalam kamar!" perintah kakek Azhari kepada Zafran. Tanpa bertanya pemuda tampan itu segera melakukan perintah yang diucapkan oleh pria tua tersebut. Tanpa mengetahui alasannya dia menggendong tubuh Zafira dan membawanya menaiki tangga. Lalu berjalan menuju kamarnya.
"Kamarku di sana!" tetapi ketika Zafran berjalan menuju kamarnya tiba-tiba terdengar suara dari Zafira. Wanita itu menunjuk ke arah yang berbeda. Ini adalah kali pertama Zafran mendengar suara istrinya sendiri. Tanpa berkata apa-apa dia segera membawa wanita itu masuk ke dalam kamar seperti yang ditunjukkan oleh Zafira. Dalam perjalanan menuju kamar mereka, Zafran terus mencoba memandangi wajah istrinya. Wajah itu terlihat sangat cantik dan istimewa. Meski garis-garis kesedihan dan luka tampak jelas menghiasi wajah tersebut. Tetapi tetap kecantikannya tidak bisa disembunyikan.
'Jika gadis ini begitu sempurna, dia juga cantik seperti gadis pada umumnya, lalu kenapa keluarga ini harus memakannya menikah denganku? Bukankah seharusnya dia bisa menemukan pasangannya sendiri. Seorang pria yang mencintai dirinya. Apa sebenarnya yang sedang disembunyikan oleh keluarga ini dariku? Apa sesungguhnya alasan ke atas pernikahan yang sudah terjadi?' Zafran bertanya di dalam hatinya sendiri.
Saat tiba di kamar, Zafran meletakkan tubuh Zafira di atas ranjang. Kemudian dia berbalik ingin pergi menuju kamarnya. Namun tiba-tiba pandangannya berhenti saat melihat sebuah kursi roda berada di kamar tersebut.
'Kursi roda milik siapakah itu?' batin Zafran bertanya. Pikiran pemuda itu mulai melayang, semua ini seperti memiliki keterkaitan satu sama lain. Dia membalikkan tubuhnya menatap seorang wanita yang kini sudah menjadi istrinya duduk di atas ranjang. Hati dan pikirannya bertanya-tanya apakah wanita itu adalah seorang wanita cacat yang duduk di kursi roda.
"Tolong bawakan kursi roda ku kemari!" kata-kata yang diucapkan oleh Zafira telah menjawab pertanyaan yang ada di dalam hati Zafran. Pemuda tampan itu terdiam saat mengetahui bahwa istrinya adalah seorang wanita cacat yang tidak memiliki kemampuan untuk berjalan. Semuanya menjadi masuk akal, itulah kenapa mereka menyembunyikan calon istri kepada dirinya selama ini. Inilah alasan kenapa Zafran dipaksa menikah sementara mereka berasal dari keluarga kaya raya. Seharusnya mudah bagi mereka untuk bisa mencarikan pasangan dari golongan yang sama dengan mereka tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka mencari pria miskin yang tidak berdaya untuk menjadi menantu dari putri mereka yang cacat. Zafran merasa terpukul karena kebohongan yang dia dapatkan. Ingin sekali dia marah, tetapi kepada siapakah dia harus marah? Bukankah dia sendiri yang setuju untuk menikah dengan Zafira tanpa bertanya lebih lanjut siapa wanita itu sebenarnya. Apa yang diharapkan Zafran dari pernikahan tersebut? Bukankah pernikahan ini memang hanyalah sebuah paksaan demi menyelamatkan nyawa dan kehidupan keluarga yang ia sayangi. Bukankah di harus menerima apapun yang terjadi, pernikahan sudah terjadi dan dia tidak bisa lari dari tanggung jawabnya sebagai seorang suami.