"Apakah kamu tidak bisa mendengar? Aku memintamu untuk membawakan kursi roda itu kepadaku?" suara Zafira kembali terdengar. Suara itu membangunkan Zafran dari lamunan nya. Dia menatap wanita yang duduk di atas ranjang kemudian mengambil kursi roda seperti perintah wanita itu. Kemudian dia meletakkan kursi roda tepat di samping istrinya. Setelah itu tanpa berbicara apapun dan tanpa berkata dia meninggalkan kamar pengantin ingin kembali ke dalam kamarnya.
Hati dan pikiran Zafran sedang runyam. Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa terjebak dalam kondisi yang sangat sulit untuk dijelaskan. Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa berada di tempat itu dan tidak mampu melakukan apa pun. Dia ingin lari tapi tidak tahu kenapa dan bagaimana. Dia ingin memberontak dan bertanya tetapi tidak tahu kepada siapa.
"Anda telah dilarang kembali ke kamar ini Tuan muda!" seorang pelayan yang berjaga di agar di pintu kamarnya melarang Zafran untuk kembali ke kamar tersebut. Pemuda tampan itu mengurutkan kening. Hatinya bertanya-tanya, rencana apalagi yang sedang mereka buat sekarang.
"Lalu aku harus kemana? Bukankah ini kamarku? Aku ingin tidur di sini!" Zafran berkata kepada pelayan yang berdiri di sana.
"Anda sudah menikah dengan Nona Zafira karena itu Anda harus tinggal di kamarnya!" jawab pelayan itu.
"Apa?" ucap Zafran sambil mengangkat tangannya. Hampir saja dia memberikan pukulan kepada pelayan tersebut tetapi untunglah dia cepat sadar dan kembali menguasai dirinya sendiri. Dia menahan semua marah dan emosi yang ada di dalam dirinya. Zafran juga tidak tahu kenapa dia melakukan hal tersebut. Tetapi saat ini dia hanya bisa mengikuti semua peraturan yang ada di rumah itu. Pemuda tampan itu kembali berjalan meninggalkan kamarnya menuju kamar pengantin di mana seorang istri yang baru saja ia nikahi.
Ketika pemuda tampan itu mulai melangkahkan kakinya kembali menuju kamar pengantin hatinya bener benar dirundung rasa gelisah.
"Bagaimana aku bisa kembali ke sana? Bagaimana aku bisa tinggal di kamar itu? Tetapi bukankah aku adalah suaminya? Bukankah seorang suami harus tidur bersama istrinya? Kenapa aku bisa menikahi nya?" Zafran terus bertanya kepada dirinya sendiri. Tetapi dia tidak memiliki pilihan lain. Zafran berjalan ingin pergi ke kamar istrinya. Namun ketika di dalam perjalanan dia berpapasan dengan kakek Azhari.
"Kakek, apakah aku boleh berbicara dengan kakek sebentar?" Zafran mengajukan permintaan kepada pria tua tersebut. Pria tua itu menatap wajah Zafran dengan sangat tajam. Tatapan tersebut bahkan menghujam menembus ulu hati Zafran. Hati pemuda tampan itu sampai bergetar melihat tatapan yang ditunjukkan oleh pria tua tersebut. Zafran hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Ikuti aku!" perintah kakek Azhari. Kemudian dia berjalan menuju ruangan kerja yang terletak di sudut rumah tersebut. Zafran mengikuti langkah pria tua itu. Mereka berdua masuk ke dalam sebuah ruangan yang tertutup rapat. Tidak semua orang diperbolehkan masuk ke ruangan itu secara sembarangan. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melangkahkan kaki ke dalam ruangan tersembunyi tersebut. Zafran mengikuti langkah pria tua itu, kedua pengawal yang selalu menemani kakek Azhari berdiri di pintu.
Zafran berdiri tepat di belakang pria tua yang juga berdiri di hadapannya. Untuk beberapa saat semuanya hanya dilewati dengan diam, karena tidak ada satu orang pun yang berani mengeluarkan suara. Tubuh Zafran tiba-tiba bergetar hebat, atmosfer ruangan itu tiba-tiba berubah mencekam. Zafran mencoba melihat ke kanan dan ke kiri. Mencoba menetralisir rasa takut yang menyerang hatinya. Setelah diam dalam beberapa saat tiba-tiba pria tua tersebut membalikkan tubuhnya.
Puarr... pria tua itu memberikan tamparan tepat di wajah Zafran. Pemuda tampan itu terkejut saat mendapatkan tamparan secara tiba-tiba. Dengan spontan dia memegang pipinya yang terasa sakit. Apakah sebenarnya kesalahanmu yang sudah diperbuat oleh Zafran sehingga dia mendapatkan tamparan dari pemilik rumah besar itu.
"Berani sekali kamu bertingkah seperti orang penting di rumah ini! Sekali lagi kamu bertindak seperti itu aku akan memastikan kamu berada dipinggir jalan dalam keadaan tidak bernapas!" ucapan pria tua itu membuat hati Zafran semakin bergetar. Dia tidak tahu kesalahan apa yang sudah dia berbuat hingga membuat kakek Azhari marah kepada dirinya. Zafran hanya ingin bertanya apa sebenarnya masalah yang terjadi diantara keluarganya dan juga keluarga istrinya. Zafran hanya ingin tahu kenapa tiba-tiba dia dinikahkan dengan putri keluarga tersebut.
"Kamu tahu, semua ini adalah kesalahan ayahmu! Aku tidak akan bisa memaafkan kesalahan ayahmu yang telah menyakiti Sonia," lanjut kakek Azhari sambil terus menatap tajam ke arah Zafran. Ada goresan luka yang terlihat begitu jelas menghiasi wajah pria tua itu. Luka yang tidak bisa dikatakan oleh kata-kata. Luka itu terlihat sangat dalam, meski tak terlihat tetapi Zafran bisa merasakan luka besar itu.
"Aku yakin Sonia juga tidak akan pernah mau maafkan kalian!" lanjut pria tua tersebut seraya mengalihkan pandangan.
"Kakek, apa sebenarnya kesalahan yang sudah diperbuat oleh ayahku? Dan siapa Sonia?" Zafran mengumpulkan keberanian nya untuk kembali mengajukan pertanyaan. Dia sudah terlanjur berada di dalam lubang buaya karena itu dia harus siap mendapatkan resiko apapun yang harus dihadapi.
Puarr...
Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Zafran. Kedua pipinya telah mendapatkan tamparan dari pria tua yang ada di hadapannya.
"Berani sekali kamu menyebut nama Sonia dengan mulut kotormu!" kakek Azhari menarik kerah kemeja Zafran. Suara napasnya bahkan bisa didengar oleh pemuda tampan tersebut. Desakan tubuh sang kakek membuat Zafran tidak bisa bernapas dengan baik. Pemuda itu tidak mengerti, kali ini sebenarnya kesalahan apa yang sudah dia berbuat.
"Sekali lagi kamu menyebutkan nama Sonia maka kamu tidak akan pernah bisa berbicara lagi!" ancam kakek Azhari.
Zafran semakin bingung dengan keadaan yang harus dihadapi, setiap hari dia melihat keadaan aneh dan mencurigakan di rumah besar tersebut. Sebenarnya siapakah Sonia sehingga dia bahkan tidak boleh menyebut nama tersebut.
"Pergi ke kamar pengantin! Tetapi ingat, jika Kamu menyakiti Zafira kamu akan mendapatkan hukuman," ucap kakek Azhari. Zafran tidak memiliki pilihan kata dari pria tua tersebut. Kedua orang pengawal yang berada di dalam ruangan itu segera membukakan pintu kemudian mereka membiarkan Zafran meninggalkan ruang kerja kakek Azhari.
Dalam kebingungan pemuda tampan tersebut melangkahkan kakinya. Tujuannya hanya satu yaitu kamar pengantin. Dia sudah tidak memiliki kemampuan untuk berbicara apa lagi untuk bertanya. Meski langkah itu terasa berat tetapi kakinya terus berjalan. Dia berdiri di depan kamar pengantin di mana istrinya berada. Perlahan dia membuka pintu kamar tersebut lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar itu. Dia melihat seorang wanita sedang terbaring di ranjang. Wanita itu adalah istrinya, tetapi karena pernikahan yang tidak diinginkan oleh kedua pengantin maka merekapun mulai merasa canggung satu sama lain.