Chereads / Goresan Cerita Gadis Kursi Roda / Chapter 7 - Seperti Patung Yang Cantik

Chapter 7 - Seperti Patung Yang Cantik

Ketika masuk ke dalam kamar itu Zafran melihat barang-barangnya sudah berada di dalam kamar tersebut. Dalam keraguan Zafran melangkahkan kakinya kemudian membersihkan diri di kamar mandi. Dia mencoba melirik istrinya yang sedang tertidur, ternyata wanita itu benar-benar sudah terlelap. Setelah selesai membersihkan diri, Zafran membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur tepat di sebelah sang istri.

Pemuda tampan yang baru saja menjadi pengantin baru mencoba memejamkan kedua matanya. Dia ingin melupakan semua masalah di dunia. Tetapi masalah itu tidak bersedia meninggalkan pikirannya. Masalah itu terus datang menggerogoti pikiran Zafran hingga membuat otaknya terluka. Setiap masalah bergelantungan di antara ribuan saraf yang menyatu di dalam kepalanya. Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang di telinganya seperti pasukan demo yang sedang meminta kenaikan gaji. Tetapi Zafran tidak bisa melakukan apapun terhadap semua masalah tersebut. Semakin dia bertanya semakin dia tidak mendapatkan jawabannya. Semakin dia bertanya justru pertanyaan lainnya semakin muncul. Dia berada dalam keadaan yang tidak berdaya.

***

Ketika kedua matanya terbuka Zafran mencoba menganalisa sekitarnya. Dia melihat ke sebelah kiri di mana istrinya tertidur semalam. Tetapi pria tampan itu tidak melihat sosok wanita itu berada di sana. Dia mencoba mencari keberadaan istrinya, setelah mengedarkan pandangan tatapannya berhenti saat melihat sosok sang istri sedang bersujud beribadah kepada tuhan. Tanpa disadari Zafran memperhatikan gerak-gerik wanita tersebut. Bagaimana dia sujud dan rukuk dalam posisi duduk karena dia tidak bisa berdiri. Setelah Zafira menyelesaikan ibadahnya dia mencoba bangkit dan naik ke atas kursi roda sendiri. Sungguh sulit bagi seseorang yang tidak bisa berjalan untuk melakukan pekerjaan ringan tersebut.

Hati sang pemuda tampan tersebut tersentuh melihat perilaku istrinya. Bahkan dalam keadaan susah seperti itu dia masih menunaikan kewajibannya. Sementara Zafran yang sempurna dan juga dalam keadaan sehat masih enggan melakukan sholat. Ibadah yang sebenarnya wajib dilakukan oleh seseorang. Tetapi dia sering sekali meninggalkan ibadah penting tersebut. Karena itu dia kagum dengan sikap dan perilaku istrinya. Zafran terus memperhatikan gerakan demi digerakkan yang dilakukan oleh wanita itu. Tiba-tiba sebuah rasa penasaran muncul di dalam hatinya. Apakah sebenarnya sayang ada dalam pikiran Zafira. Mengapa wajahnya menunjukkan luka yang sangat dalam. Pertanyaan tersebut mulai muncul di dalam hatinya, dan sang pemuda tampan mulai terpengaruh dengan kehadiran Zafira di dalam kehidupannya.

Setelah bersusah payah akhirnya Zafira mampu naik ke atas kursi roda tersebut. Saat dia menatap Zafran, pemuda tampan itu berpura-pura tidak melihatnya. Dia kembali menutup mata. Setelah menunaikan sholatnya, Zafira pergi menuju balkon kamar tersebut. Sehari-hari wanita itu menghabiskan waktunya dengan duduk di sana. Dia mencoba mengalihkan perhatian dengan memandang hamparan sawah yang terbentang luas di hadapannya. Meski rasa sakit yang ada di dalam hatinya tidak bisa terobati dengan memandang pemandangan indah tersebut namun setidaknya dia memiliki aktivitas yang berguna. Bahkan setelah menikah dia tidak peduli dengan sosok laki-laki yang kini ada di dalam kamar bersama dengan dirinya. Dia tidak tahu apakah laki-laki itu merupakan suami yang baik atau buruk. Atau mungkin Zafira sudah tidak peduli.

Tok tok tok terdengar suara pintu kamar diketuk. Seorang pelayan tampak berdiri di depan kamar tersebut.

"Ada apa?" tanya Zafran kepada pelayan wanita itu. Pemuda tampan itu sudah selesai membersihkan diri. Dia berdiri di hadapan pelayan yang datang menemui mereka di dalam kamar.

"Anda diminta membawa Nona Zafira untuk sarapan bersama!" ucap pelayan tersebut.

"Baik!" meski Zafran tidak mengerti tetapi dia mengiyakan permintaan dari pelayan tersebut karena jika tidak maka masalah baru akan kembali muncul. Zafran menutup pintu kamar itu dan mulai berjalan menuju balkon di mana istrinya berada. Untuk beberapa saat pemuda tampan itu hanya bisa berdiri di belakang Zafira tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu bagaimana cara memulai komunikasi dengan wanita yang sudah menjadi istrinya.

"Ehem.." pemuda tampan itu berdehem mencoba mencari perhatian dari Zafira tetapi usahanya gagal karena Zafira masih mengabaikan dirinya.

"Anu, pelayan mengatakan kita harus ikut sarapan bersama!" akhirnya Zafran memberanikan diri menyampaikan maksudnya kepada sang istri. Namun Zafira masih berdiam diri tidak merespon apa pun yang dikatakan oleh pemuda tampan tersebut.

"Zafira, Aku tahu kita memang tidak saling mengenal. Aku juga tahu bahwa kita menikah karena perjodohan. Tetapi aku bingung bagaimana cara menghadapi hidup baru ku sekarang, bahkan tidak mengerti apa yang harus aku lakukan," Zafran berkata kepada istrinya. Berharap wanita itu mau mendengarkan curahan hatinya. Tetapi Zafira masih berdiam diri.

Tok tok tok

Pintu kamar mereka kembali diketuk, Zafran sudah mulai ketakutan karena jika dia melakukan kesalahan dia pasti akan mendapatkan hukuman seperti tadi malam. Dia mencoba berjalan mendekati pintu kamar dan membukanya perlahan. Tampak seorang pria bertubuh besar yang sudah dikenal. Bruto berdiri dengan tatapan yang menakutkan.

"Apakah Anda tidak mendengar panggilan Tuan besar?" Bruto bertanya kepada Zafran.

"Saya tahu, tetapi Zafira masih berada di balkon. Apa yang harus aku lakukan?" Zafran merasa bingung dengan tindakan apa yang harus dilakukan.

"Aku tidak peduli, Anda harus segera datang ke ruang makan atau jika tidak Tuan besar pasti akan marah," ucap Bruto. Ucapan itu bukan hanya membuat tubuh Zafran bergetar tetapi juga membuat jantungnya berdegup kencang. Apa yang harus dilakukan saat ini. Bagaimana cara Zafran memaksa istrinya untuk ikut sarapan bersama dengan keluarga. Setelah Bruto pergi, Zafran kembali menemui istrinya yang sedang duduk di balkon.

"Zafira, aku mohon tolonglah aku. Jika kamu tidak bersedia pergi denganku maka hidupku akan hancur. Kakek Azhari pasti akan menyiksa diriku!" Zafran mencoba membujuk istrinya tetapi sepertinya wanita itu tidak ingin meninggalkan tempat duduknya. Pemuda tampan tersebut ke hampir kehabisan akal tetapi dia tidak bisa mengelak begitu saja. Zafran harus melakukan sesuatu dia pun akhirnya menemukan ide cemerlang. Dia sudah tidak bisa menunggu lebih lama. Dia sudah berusaha membujuk istrinya tetapi wanita itu masih terdiam di tempat semula tanpa memperdulikan semua kata-kata yang disampaikan oleh dirinya. Zafran bahkan sudah memohon kepada wanita itu, tetapi Zafira seperti sebuah patung yang tidak mendengarkan sebuah kata-katanya. Dia harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Akhirnya, Tanpa berkata pria tampan itu segera mengangkat tubuh Zafira. Wanita yang sedang duduk di kursi roda merasa terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Zafran kepada dirinya.

"Apa yang kamu lakukan?" Zafira bertanya sambil berteriak seraya kedua tangannya terus memukul tubuh suaminya. Zafran tidak menjawab pertanyaan dari istrinya. Seakan dia ingin membalas perbuatan wanita itu. Sementara Zafira terus berontak, dia memukul tubuh suaminya dan meminta agar pria itu menurunkan dirinya namun Zafran tidak peduli.