"Turunkan aku! Berani sekali kamu menyentuh tubuhku seperti ini! Aku bilang turunkan aku sekarang!" Zafira sangat marah dan kesal dengan tindakan berani yang dilakukan oleh Zafran.
"Pernikahan ini tidak akan terjadi jika bukan karena Sonia. Aku benar-benar membencimu! Aku sangat membencimu!" ucap Zafira berulang kali. Zafran tertegun mendengar kata-kata dari Zafira. Sekali lagi dia mendengar nama Sonia. Siapakah sebenarnya wanita itu dan apa hubungan Sonia dengan keluarga ini juga dengan dirinya. Satu hal yang bisa Zafran ambil kesimpulannya bahwa keluarga itu menjodohkan dirinya dengan Zafira karena ingin membalas kan dendam Sonia.
Semua orang yang berada di ruang makan menatap kearah tangga di mana Zafran sedang menggendong tubuh Zafira. Tidak ada yang bisa percaya dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka saat ini. Zafira dikenal sebagai wanita yang dingin dan pendiam, tidak ada satu orang pun yang berhasil berkomunikasi dengan wanita itu. Sejak kecelakaan Zafira bahkan tidak pernah ikut sarapan ataupun makan bersama dengan keluarganya tetapi hari ini semua anggota keluarga tercengang saat melihat Zafran menggendong tubuh wanita tersebut.
Pemuda tampan itu tidak peduli dengan semua tatapan keheranan dari seluruh anggota keluarga. Dia terus berjalan membawa Zafira lalu dia meletakkan tubuh Zafira di atas kursi kosong. Wanita cantik itu tidak bisa berbuat apa-apa saat berada di depan seluruh keluarganya. Selanjutnya Zafran juga duduk di sebelah Zafira.
"Karena semuanya sudah berkumpul, mari kita mulai sarapan bersama!" ucap kakek Azhari. Tanpa menjawab semua orang pun mulai menikmati sarapan di atas meja makan. Begitu pula dengan Zafran. Tetapi tidak begitu dengan Zafira, wanita itu masih duduk diam tanpa menyentuh makanan sama sekali. Hatinya dipenuhi dengan rasa kesal karena tidak ada suaminya. Wanita itu benar-benar marah kepada pria itu. Semua orang yang berada di ruangan tersebut juga bisa melihat apa yang dilakukan oleh Zafira, tetapi mereka berpura-pura tidak mengetahui apa apa.
Sarapan di ruang makan tersebut terasa berbeda, ini juga merupakan kali pertama bagi Zafran menikmati sarapan bersama dengan keluarganya. Selama ini dia hanya diperbolehkan untuk sarapan di dalam kamar dan tidak ada yang mengijinkan nya keluar dari dalam kamar tersebut. Sarapan yang dilakukan oleh Zafran saat ini sangat berbeda dengan sarapan yang selama ini biasa dilakukan dengan keluarga besarnya. Tidak ada yang memulai percakapan, semua orang hanya terdiam dalam kaku. Zafran yang berada di sebelah Zafira melirik orang-orang yang ada di sekitarnya dengan ekor matanya. Dia dapat menyimpulkan bahwa semua orang yang berada di meja makan merasakan hal yang sama. Tidak ada yang bahagia, semua orang merasa tertekan seakan ingin meninggalkan tempat tersebut dengan segera.
'Sungguh keluarga yang aneh!' batin Zafran. Bagi Zafran seharusnya menu makanan yang ter hideung di atas meja sungguh menggugah selera. Jika meja makannya di rumahnya yang sederhana berisi menu mewah seperti itu pasti akan terjadi keributan karena dia dan Nabila sering sekali berebutan makanan saat mereka sedang menikmati sarapan bersama. Jangankan makanan mewah, sekedar telur akan menjadi makanan yang sangat istimewa bagi keluarga sederhana tersebut. Namun Zafran merasakan kebahagiaan saat dia dan adiknya saling berebut sebutir telur yang digoreng oleh sang ibu. Mereka akan tertawa gembira dan bahagia ketika menikmati hari hari tersebut.
Sangat berbeda jauh dengan keluarga kaya yang bahkan memiliki banyak uang tapi tidak bisa menikmatinya. Yang bahkan ter sidang begitu banyak makanan namun tidak ada yang merasa bahagia. Zafran ingin sekali kembali kepada kehidupannya yang lalu. Dia ingin kembali ke meja makan sederhana saat telur menjadi makanan yang sangat mahal dan berharga.
"Mulai saat ini, Zafran akan menjadi bagian dari keluarga Azhari. Dia adalah menantu keluarga ini. Tempatkan dia di posisinya. Saya tidak ingin mendengar ada permasalahan yang muncul!" ucap kakek Azhari di ruang makan tersebut. Setelah dia menyelesaikan sarapannya.
"Baik kakek!" jawab seluruh anggota keluarga hampir bersamaan.
"Bruto, berikan dia fasilitas sebagai seorang menantu keluarga Azhari! Berikan juga dia hadiah dari keluarga ini!" perintah kakek kepada Bruto yang berdiri di ruangan tersebut.
"Baik Tuan!" ucap bruto sambil menundukkan kepalanya.
Sarapan pagi itu selesai, kakek Azhari segera meninggalkan ruang makan kemudian dia berjalan menuju kamarnya. Sementara keluarga lainnya masih ada di ruangan tersebut.
"Apakah kamu berpikir bahwa kamu akan aman berada di rumah ini?" tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang duduk tepat di hadapannya mendekati Zafran. Pemuda tampan itu mengerutkan kening, bukankah kakek Azhari baru saja mengatakan bahwa dia tidak ingin mendengar masalah tetapi wanita itu sudah membuat masalah dengan mengancam dirinya.
"Jika kamu ingin tetap hidup, maka kamu harus mengikuti semua kata-kataku?" lanjut wanita paruh baya tersebut. Zafran melihat Bruto yang berdiri di belakangnya mencoba mencari penjelasan apa sebenarnya maksud dari wanita paruh baya itu. Tetapi Bruto justru memalingkan wajahnya.
Brakkk...
"Apakah kamu mengerti!" wanita itu kembali berkata sambil memukul meja.
Dia adalah Tasmania, wanita dengan rambut pendek dan terlihat tangguh. Setelah berhasil mengancam Zafran dia pergi meninggalkan ruang makan. Begitu juga dengan anggota keluarga lainnya. Zafran menatap wajah istrinya yang masih terdiam. Tetapi tidak ada ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita itu. Pemuda tampan itu pun mendengus kesal.
"Antarnya Nona Zafira ke dalam kamarnya, setelah itu temui saya di ruang kerja saya!" perintah Bruto. Lalu pria itu pun pergi begitu saja. Zafran semakin bingung apa sebenarnya status dan kedudukannya. Bahkan seorang pengawal seperti Bruto berani memberi perintah kepada dirinya. Zafran semakin menyadari bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan di rumah besar tersebut.
Pemuda tampan itu segera melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh Bruto. Dia kembali mengangkat tubuh Zafira dan membawanya menaiki tangga.
Zafran terus berjalan membawa sang istri masuk ke dalam kamar kemudian dia meletakkan wanita itu di atas kursi roda. Tidak seperti semula, kali ini wanita itu tidak memberontak sama sekali. Dia juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya diam diri membiarkan suaminya mengangkat tubuhnya lalu meletakkannya di atas kursi roda tersebut.
"Aku akan menemui Bruto. Kamu tunggulah di sini sebentar!" ucap Zafran kepada istrinya kemudian dia pun melangkahkan kaki meninggalkan kamar tersebut.
Pok!!!
Pemuda tampan itu menepuk jidatnya sendiri, "Kenapa aku justru berpamitan kepada nya?" Zafran bertanya kepada dirinya sendiri. Ada hal baru yang tiba-tiba masuk ke dalam hatinya saat dirinya menggendong tubuh istrinya. Dia tidak tahu perasaan apakah itu. Perasaan ingin tahu terhadap Zafira, perasaan ingin melindungi wanita itu, perasaan bahwa Zafran tidak ingin ketika Zafira terluka.