Zafran yang memang tampan berubah menjadi seorang pangeran yang sangat mempesona. Setelah selesai dengan semua ritual itu para pelayan kembali meninggalkan dirinya di kamar. Zafran ingin mengajukan pertanyaan tetapi dia mengurungkan niatnya karena percuma sebab mereka tidak akan memberikan jawaban. Dia hanya bisa menunggu di dalam kamar saat instruksi selanjutnya dimulai.
Setelah beberapa menit menunggu tiba-tiba seorang pria bertubuh kekar masuk ke dalam kamar bersama dengan beberapa pengawal dengan pakaian yang masih sama. Pria itu adalah Bruto, seorang asisten pribadi kakek Azhari. Dia juga lah yang datang ke rumah Zafran dan menyiksa ibu serta adiknya. Melihat wajah pria itu, membuat Zafran ingin memberikan pukulan di wajahnya. Tetapi entah demi apa, pria itu mencoba menahan emosinya.
'Apakah mereka tidak pernah ganti baju?' batin Zafran saat melihat pria itu masih mengenakan pakaian yang sama. Pakaian serba hitam yang menjadi kebanggaan mereka.
"Mari ikut Kami Tuan muda!" ajak pria bertubuh besar tersebut. Zafran segera melangkahkan kaki meninggalkan kamarnya mengikuti langkah Bruto sementara beberapa pengawal berbaris di belakang Zafran mencoba mengawal dirinya. Dia terus berjalan keluar dari dalam kamar namun alangkah terkejutnya Zafran saat melihat pemandangan di luar. Ternyata rumah itu sudah ramai dengan para pengunjung dan tamu undangan yang ingin menghadiri pesta tersebut. Saat Zafran berjalan pandangan semua tamu menuju ke arah yang sama yaitu pengantin pria yang berjalan mendekati ruangan utama. Zafran berjalan menuruni tangga, semua mata menatap dengan penuh pesona. Mereka semua kagum dengan ketampanan pria itu. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa pengantin pria tampan tersebut sedang menyimpan kesedihan.
Pemuda tampan itu mengedarkan pandangannya, memandang satu persatu orang yang ada di sana. Namun tiba-tiba pandangannya terhenti saat melihat sosok sang ibu dan juga adik kesayangannya. Bukan hanya tatapannya yang berhenti tetapi langkahnya juga ikut terhenti tanpa sadar. Bruto mengingatkan Zafran dengan menyentuh pundak pria itu dan akhirnya Zafran kembali melangkahkan kakinya perlahan.
Ingin sekali Zafran menemui sang ibu, tetapi kondisinya tidak memungkinkan. Akad nikah akan segera berlangsung. Tidak ada kesempatan bagi seorang putra untuk menemui ibu kandungnya sendiri. Dia hanya bisa melirik dari kejauhan, berharap semoga ibunya dalam keadaan baik baik saja. Bruto membawa pengantin pria menuju meja yang sudah disiapkan. Kakek Azhari sudah duduk diantara meja tersebut. Dia akan bertindak sebagai wali nikah dari pernikahan Zafran dan juga cucu kesayangannya.
Tetapi ada hal yang tidak wajar, karena bahkan sampai detik ini Zafran bahkan tidak melihat calon istrinya. Bukankah seharusnya dia harus melihat calon pengantin pria sebelum pernikahan itu terjadi. Tetapi meski dia sudah mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan wanita itu, dia masih belum bisa menemukannya. Sepertinya wanita itu tidak berada di ruangan di mana akad nikah akan berlangsung. Zahran ingin melakukan pemberontakan untuk setiap perbuatan dan sikap mereka yang masih menyembunyikan calon istrinya. Namun apa yang bisa dia lakukan, berada di hadapan orang-orang seperti itu Zafran sama sekali tidak memiliki kekuatan. Dia hanya seorang pria tak berdaya, yang harus mengikuti semua perintah mereka.
Zafran diminta duduk di sebuah kursi yang sudah disiapkan. Proses akad nikah akan segera dimulai. Pemimpin acara sudah memulai acara tersebut. Kakek Azhari juga sudah menggenggam tangan Zafran dengan erat.
Kata-kata sakral itu sudah terucap dari lisan pria tua itu, dan disambut oleh Zafran dalam keraguan. Satu-satunya yang Zafran tahu dari calon istrinya hanyalah nama. Wanita yang akan menjadi istrinya bernama Zafira Fernanda Azhari. Selebihnya dia buta. Dia bahkan tidak bisa melihat foto perempuan itu. Seperti apakah wajahnya? Apakah dia wanita yang normal? Ataukah dia wanita cacat yang tidak bisa melihat? Atau dia tidak memiliki wajah? Pertanyaan-pertanyaan itu sudah menghantui Zafran sejak dia tinggal di villa besar tersebut.
Proses akad nikah telah selesai diselenggarakan. Kini Zafran sudah resmi dan sah menjadi istri dari Zafira. Seorang wanita yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. Seorang wanita yang bahkan tidak pernah ia lihat wajahnya. Tetapi wanita misterius itu sudah menjadi istri sah dari pemuda tampan tersebut. Zafran memang tidak mengenali istrinya, dia bahkan tidak pernah melihat wajahnya. Tetapi ketika dia mengucapkan hijab kabul di hadapan semua orang dan terutama di hadapan Tuhan, hati pria itu bergetar hebat. Ada tanggung jawab yang meski tidak ya sengaja harus dipikul dengan sepenuh hati. Ada rasa yang meski tidak ia mengerti tetapi masuk ke dalam hatinya. Hijab kabul bukanlah kata-kata biasa saja, hijab kabul adalah kata-kata sakral yang diucapkan di hadapan Tuhan. Ada janji yang terselip melalui beberapa kata yang terucap itu. Saat sebuah tanggung jawab berpindah dari tangan orang tua menuju tangan pria lain yang tidak memiliki hubungan darah dengan wanita. Kini tanggung jawab Zafira Fernanda Azhari, ada di tangan Muhammad Zafran Alfaris. Seperti ilmu yang diketahui dan dimengerti oleh Zafran, saat seorang pria mengucapkan kalimat sakral yaitu hijab kabul, maka dia akan pertanggung jawab sepenuhnya terhadap wanita yang sudah ia nikahi. Mulai dari kebutuhan lahir dan juga batin wanita itu. Dan seorang suami bertanggung jawab mendidik istrinya menjadi wanita solehah. Tetapi bagaimana pemuda tampan itu bisa melakukan tugasnya, sementara dia bahkan tidak bisa melihat wajah istrinya. Atau mungkin pernikahan ini hanya sandiwara semata. Dan dia tidak akan pernah melihat wajah sang istri selamanya. Kepala Zafran terasa semakin sakit saat mengingat semua itu.
Setelah proses akad nikah selesai semua tamu dipersilahkan untuk mencicipi hidangan nya. Zafran menjadikan kesempatan itu untuk bertemu dengan ibu dan adik kesayangannya. Dia masuk di antara tamu tamu yang berkumpul untuk menemukan keluarganya. Setelah mencari ke sana kemari akhirnya Zafran bisa menemukan keberadaan ibu yang sangat ia rindukan. Pemuda tampan itu segera mendekati wanita tersebut.
"Ibu?" bisik Zafran di telinga sang ibu. Wanita yang juga sedang mencari keberadaan putranya terkejut mendengarkan bisikan di telinganya. Dia membalikkan tubuh dan melihat sosok putranya yang gagah berdiri tepat di hadapannya. Wanita itu segera memeluk putra yang sangat ia rindukan seumur hidupnya. Begitu juga dengan Nabila, gadis belia itu juga sangat merindukan kakaknya. Mereka bertiga pun saling berpelukan. Bahkan setelah 10 tahun berpisah barulah mereka bisa saling melepaskan rindu di dalam pelukan mereka. Zafran menarik ibu dan adiknya keluar dari kerumunan pesta untuk berbincang bersama.
"Apa yang sebenarnya terjadi bu? Siapa mereka? Kenapa mereka memaksa aku menikah dengan putri keluarga ini? Lalu kenapa mereka menyiksa ibu dan juga Nabilah? Ayah di mana bu? Apakah ayah baik-baik saja? Tolong jelaskan semuanya kepadaku Bu?" ketika mendapatkan kesempatan, Zafran segera mengajukan banyak pertanyaan kepada ibunya. Wanita itu hanya bisa menatap wajah putranya dengan rasa bersalah. Ramadhani sudah berusaha agar menghindarkan pernikahan antara putranya dan juga putri keluarga Azhari. Tetapi ternyata dia tidak berhasil, karena Zafran pulang tidak tepat pada waktunya.