Pria itu meninggalkan ruangan kerja sang kakek lalu kembali ke dalam kamarnya. Hari sudah semakin gelap dan sebentar lagi akan diadakan makan malam. Kakek Azhari sudah memperingatkan Zafran bahwa tidak akan ada pelayan yang memanggilnya lagi. Zafran harus datang beserta istrinya tepat waktu atau jika tidak dia pasti akan mendapatkan hukuman. Langkah kakinya berjalan menuju kamar yang terletak cukup jauh dari ruang kerja sang kakek. Di dalam perjalanan itu dia mencoba memperhatikan dan mencari dimana keberadaan ibu dan adiknya saat ini. Karena dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Saat pandangannya tertuju pada ruang tamu di mana mereka sempat berkumpul zafran berhenti sesaat untuk memperhatikan ruangan tersebut. Dia berharap semoga bisa melihat ibu maupun adiknya tetapi harapannya tidak menjadi kenyataan karena tidak ada siapapun yang tampak disana. Kemanakah sebenarnya ibu dan adiknya pergi. Dia juga tidak tahu apa jawabannya.
Pemuda tampan itu masuk ke dalam kamar, ketika dia melangkahkan kaki di dalam kamar tersebut dia melihat istrinya berada di tempat yang sama. Setiap kali zafran pergi dan pulang dia selalu melihat sang istri duduk di balkon kamar mereka. Tanpa suara dan tanpa bicara. Zafran mendekati wanita itu mencoba memperhatikan apa yang terjadi kepada dirinya. Tetapi wanita itu bahkan tidak menoleh sedikitpun. Dia hanya fokus pada buku yang ada di tangannya dan juga pada pemandangan yang ada di hadapannya. Melihat kejadian itu zahran beralih kembali masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri. Setelah selesai dia pergi ke balkon lalu menggendong tubuh istrinya untuk dibawa ke ruang makan.
Ramadhani dan juga putrinya menunggu kehadiran Zafran kembali ke ruang tamu tersebut. Namun setelah lama menunggu zafran tetap tidak menghampiri mereka. Justru seorang wanita cantik yang menggunakan pakaian resmi menemui mereka.
"Ibu dan adik silahkan ikut saya!" ucap Veronica kepada Ramadhani dan juga putrinya. Kedua wanita itu saling pandang sebelum mereka pun melangkahkan kaki mengikuti langkah kaki veronica. Wanita yang menggunakan sepatu hak tinggi itu berjalan dengan teratur. Langkah kakinya seakan dibuat sedemikian rupa agar terlihat rapi. Dia terus menelusuri sebuah koridor menuju rumah belakang di mana para pelayan tinggal. Ramadhani dan juga putrinya mengikuti langkah itu tanpa berani mengajukan pertanyaan. Mereka benar-benar takut berada di rumah itu tetapi mereka juga tidak memiliki keberanian untuk meninggalkan rumah tersebut akhirnya mereka hanya bisa pasrah pada setiap keadaan.
Setelah melewati beberapa ruangan tiba-tiba Veronica berhenti. Wanita itu membalikkan wajahnya dan menatap kearah Ramadhani dan juga Nabila.
"Ini adalah kamar kalian! Jam 08.15 adalah waktu untuk makan malam. Anda tidak boleh terlambat! Apakah kalian berdua mengerti?" wanita itu berkata dengan nada sopan tapi ada ketegasan yang tersembunyi dari setiap kata-kata yang ucapkan olehnya. Ramadhani dan nabila hanya bisa saling pandang dan terdiam. Mereka mengganggu kan kepalanya kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar tersebut. Saat pintu itu dibuka alangkah terkejutnya kedua wanita itu. Kamar itu sama besarnya dengan rumah milik mereka. Nabila bertanya-tanya bagaimana keluarga ini yang bisa memiliki rumah sebesar itu. Bahkan kamar mereka terlihat begitu istimewa. Nabila merasa senang karena dia berfikir bahwa saat ini hidupnya akan mulai berubah. Kebahagiaan akan mulai mendekati dirinya.
"Ibu, apakah itu artinya kita sudah menjadi orang kaya? Aku sangat senang bu! Apakah mungkin aku akan bisa kembali ke sekolah?" Nabila bertanya dengan raut wajah penuh kebahagiaan. Kebahagiaan itu terpancar jelas menghiasi wajahnya. Dia pernah membayangkan dan bermimpi bahwa dia akan tinggal di istana mewah yang memiliki banyak sekali pelayan. Menjadi seorang permaisuri adalah cita-cita Nabila dan hari ini dia berpikir di dalam hatinya sendiri mungkinkah semua mimpi yang selama ini hanya terbayang di benaknya telah menjadi nyata.
"Kamu jangan terlalu bahagia, keluarga kaya raya tidak bisa ditebak. Mereka punya banyak rahasia, mereka punya banyak cara untuk membuat orang tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Karena itu kamu tidak boleh terpesona dengan begitu mudah," wanita paruh baya itu berkata kepada putrinya. Saat dia melihat keadaan di hadapannya wanita itu mulai menganalisa bahwa ada hal yang tidak beres yang sedang terjadi. Ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Ada bahasa yang tersembunyi yang tidak bisa dipikirkan oleh orang lain tetapi ramadhani mengerti bahwa keluarga kaya raya memang memiliki tabiat seperti demikian.
"Kenapa Bu? Lihatlah sekarang kita tinggal dirumah mewah. Kamar kita saja sama luasnya dengan rumah yang selama ini kita huni. Kenapa ibu bisa berpikiran seperti itu?" nabilah yang tidak mengerti apa yang dikatakan ibunya mengajukan pertanyaan. Dia tidak tahu maksud dari kata-kata yang baru saja disampaikan oleh wanita paruh baya itu.
Tok... Tok... Tok...
Ketika mereka sedang berbincang tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Nabila mendekati pintu itu dan membukanya.
"Ini surat-surat nona yang ingin kembali ke sekolah. Anda akan pergi dan pulang cepat waktu, di rumah ini tidak bisa men toleransi keterlambatan," Veronica menyerahkan daftar sekolah kepada nabila. Betapa bahagianya hati gadis belia tersebut. Dia menatap ibunya kemudian mengangkat sebelah alisnya menyampaikan kepada ibu melalui syarat mata bahwa apa yang dikatakan ibunya salah dan apa yang dipikirkan bener.
"Di sekolah, seorang asisten akan terus menemani anda. Dan anda harus mengikuti semua kata-katanya," Nabila semakin terpesona. Dia seorang gadis dari desa membayangkan ditemani oleh seorang asisten di dalam sekolah dan di dalam kehidupannya. Ini adalah hal yang paling membanggakan dan membahagiakan bagi dirinya. Wanita itu sudah bisa membayangkan bagaimana dirinya ditemani oleh seorang asisten yang selalu setia menjaga dan mengikuti dirinya ke manapun ia pergi.
Setelah berkata seperti itu, Veronica segera meninggalkan kamar tersebut. Nabila berteriak dengan kencang ketika Veronica menghilang dari pandangan matanya. Dia melompat dan menarik ke sana kemari karena rasa bahagia yang ada di dalam hatinya. Sementara ramadhani mengerutkan keningnya. Hatinya bertanya-tanya dan mulai menganalisa mengapa mereka memberikan seorang asisten kepada putrinya. Perasaannya mulai tidak enak, seakan ada masalah baru yang akan mereka dapatkan.
"Lihatlah Bu! Aku akan sekolah di sekolah berkelas. Tidak akan ada lagi orang-orang yang menghina dan merendahkan aku di sana. Mereka juga memberiku seragam yang sangat bagus. Bukankah ini hebat bu?" Nabila terus memamerkan apa yang dia punya. Dia terus menunjukkan rasa bahagianya di hadapan sang ibu. Wanita paruh baya itu ingin menyampaikan perasaan yang ada di dalam hatinya. Tetapi melihat kebahagiaan sang putri membuat wanita tersebut mengurungkan niatnya. Selama hidup dia tidak pernah melihat kebahagiaan yang begitu nyata dari wajah sang putri karena itulah dia tidak ingin merusak kebahagiaan tersebut. Akhirnya ramadhani hanya bisa terdiam menatap putrinya dengan perasaan iba. Betapa menyedihkan nya nasib ramadhani yang bahkan tidak bisa membahagiakan putri satu-satunya. Air matanya pun mulai menetes membasahi wajahnya yang sudah menua.
***