"Apa yang sedang dia pikirkan? Masalah apa yang sedang dihadapi?' pertanyaan-pertanyaan itu muncul di dalam hati dan pikiran dan Zafira. Wanita itu merasa heran, mengapa suaminya masih terdiam di atas ranjang sementara hari sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Saatnya mereka sarapan bersama. Tidak seperti biasa, mereka selalu datang lebih awal di meja makan. Sudah menjadi kebiasaan bagi Zafran untuk mengangkat dirinya menuju ruang makan.
'Apakah dia lupa dengan jadwal sarapan?' tanyanya di dalam hati. Zafira in mengingatkan suaminya, karena dia tidak ingin pemuda tampan itu mendapatkan masalah baru dengan terlambat menghadiri sarapan pagi ini. Tetapi wanita itu tidak tahu bagaimana cara mengingatkan suaminya.
Tok... Tok... Tok...
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Firasat buruk masuk ke dalam hati Zafira. Dia takut masalah baru akan menimpa dirinya dan juga suaminya. Seperti terkejut, Zafran terbangun dari lamunan nya. Pemuda tampan itu baru menyadari kesalahannya. Masalah yang sedang dihadapi cukup menyita pikirannya sehingga dia tidak sadar tentang kondisi di luar tubuhnya. Setelah menatap sekilas sang istri yang juga menatap dirinya, pria itu mendekati pintu. Dia membukanya perlahan dengan hati berdebar.
Puar...
Sebuah tamparan mendarat di wajah Zafran begitu pintu kamar tersebut terbuka. Pemuda tampan itu terkejut melihat Bruto sudah berdiri di sana.
"Apakah kamu pikir kamu adalah tuan besar di rumah ini? Mengapa seenaknya saja kamu mengubah peraturan!" ucap Bruto. Semua kejadian yang ada di hadapannya membuat Zafira terenyuh. Dia iba kepada suaminya yang sudah mendapatkan hukuman bahkan dari seorang asisten pribadi kakeknya. Zafran segera menyadari kesalahannya, dia meminta maaf kemudian berbalik dan mengangkat tubuh istrinya. Mereka pun berjalan menuju ruang makan.
Zafira menatap wajah suaminya, ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul jauh di dalam lubuk hati wanita itu. Meski dia tidak menyadari, tetapi rasa sakit itu sangat menyiksa. Dia mengambil ujung kerudungnya kemudian mencoba menghapus darah segar yang terdapat di sudut bibir suaminya.
Langkah Zafran tiba-tiba terhenti melihat gerakan istrinya. Untuk beberapa saat dia menatap wajah wanita itu tanpa ekspresi. Namun selanjutnya dia kembali melangkahkan kaki.
Semua orang sudah menunggu di ruang makan. Semua orang belum menikmati sarapan pagi karena ulah Zafran yang terlambat. Semua orang menatap kearah mereka. Tatapan penuh kebencian. Zafira tidak mengerti mengapa orang-orang yang di rumah itu selalu membencinya. Tetapi kini yang lebih menyakitkan adalah bukan hanya dirinya yang dibenci tetapi juga suaminya.
Langkah Zafran kembali terhenti saat melihat ibunya menyiapkan meja. Zafira menyadari pria itu pasti sangat hancur melihat keadaan di hadapannya. Namun dia cepat menguasai diri dan kembali melanjutkan langkah kakinya.
Ekor mata Zafran terus mencoba melirik ibunya. Hatinya bertanya mengapa ibunya melakukan pekerjaan itu? Apakah ada yang menyuruhnya?
"Silahkan dinikmati!" ucap wanita itu mempersilahkan semua orang yang duduk di meja makan untuk menikmati makanan tersebut. Bukan hanya kehadiran sang ibu yang menyiapkan meja makan yang membuat Zafran merasa terkejut. Tetapi saat dia tidak melihat adiknya juga menjadi pertanyaan tersendiri di dalam hatinya. Zafran ingin bertanya kepada sang ibu, tetapi dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu.
"Besan, saya merasa tidak enak hati melihat anda melakukan semua ini. Semua ini bukanlah tugas anda," ucap kakek Azhari.
"Tidak apa-apa Tuan. Saya senang bisa membantu. Saya juga merasa bosan jika tidak melakukan aktivitas apa-apa," jawab Ramadhani.
"Baiklah jika demikian. Terima kasih kamu sudah menyiapkan makanan untuk kami," lanjut pria tua itu. Selanjutnya Ramadhani meninggalkan ruangan makan. Zafran berfikir bahwa langkahnya kan dihentikan karena seharusnya sang ibu juga menikmati makanan bersama dengan keluarga itu. Tetapi nyatanya tidak demikian, sepertinya semua sudah direncanakan. Secara tidak langsung keluarga besar itu memberikan pekerjaan kepada ibu kandung Zafran.
"Silahkan dimulai!" perintah kakek Azhari. Di dalam diam semua orang memulai menikmati sarapan yang disediakan oleh ibu kandung Zafran.
"Kecuali Kalian!" namun saat Zafran dan Zafira memulai aktivitas sarapannya tiba-tiba sang kakek menghentikannya.
"Kalian telah melakukan kesalahan, kalian tidak diperbolehkan menikmati sarapan!" ucap pria tua itu.
Pasangan suami istri itu segera menghentikan gerakannya. Ini adalah hukuman selanjutnya harus mereka terima. Zafran menatap sang istri dengan penuh penyesalan. Kesalahan ini dia buat sudah memberikan siksaan tersendiri bagi istrinya. Namun Zafira tersenyum menanggapi suaminya. Hatinya juga ikut terluka tetapi dia tidak ingin membuat hati suaminya semakin terluka karena melihat luka di wajahnya. Mereka berdua pun duduk hanya melihat semua orang menikmati semua sarapannya. Beberapa orang yang duduk di depan mereka tersenyum melihat penderitaan keduanya. Mereka merasa senang saat pasangan suami istri itu mendapatkan hukuman.
"Saya tidak akan mentolerir keterlambatan. Mereka yang terlambat akan mendapatkan hukuman." pria tua itu mengucapkan kata-katanya. Setelah itu mereka pun meninggalkan ruang makan bersama dengan Bruto. Setelah kepergian sang kakek akhirnya Zafran bisa bernafas dengan lega. Semua semakin sulit bagi dirinya. Keadaan benar-benar semakin mencekam.
Zafran mengantar istrinya kembali ke dalam kamar. Setelah itu berpamitan untuk pergi bekerja. Ada pekerjaan penting dan mendesak yang harus dilakukan. Pada permasalahan yang besar yang harus segera ditangani. Tanda tangan palsu nya berada pada dokumen penting. Sebuah proyek gagal yang menyebabkan banyak permasalahan terjadi.
***
"Bolehkah aku berbicara dengan kakek?" setelah suaminya pergi, untuk pertama kalinya Zafira keluar dari dalam kamar sendirian dengan menggunakan kursi roda miliknya. Dia melaju kursi roda tersebut menuju ruangan kakeknya. Bruto yang berdiri di sana merasa heran melihat kehadiran wanita tersebut.
"Sebentar, Nona!" ucapnya kemudian masuk ke dalam ruangan itu untuk memberitahu majikannya. Beberapa saat kemudian pria bertubuh besar itu kembali ke luar untuk menemui Zafira.
"Silakan masuk, Nona!" pria itu mempersilahkan.
"Tumben, ada masalah penting apa hingga membuat kamu menemui kakek?" tanpa basa-basi sang kakek bertanya kepada cucunya.
"Kek, selama ini aku tidak pernah meminta apapun dari kakek. Aku selalu menuruti permintaan kakek. Tetapi sekarang aku ingin menggunakan hak ku untuk meminta sesuatu," ucapnya kepada pria tua itu.
Kakek Azhari yang sedang bersiap untuk berangkat ke kantor memutar badan menatap kearah Zafira. Pria tua itu merasa heran karena selama ini gadis tersebut tidak pernah meminta apapun darinya. Dia selalu mengikuti menerima apa yang diberikan tanpa pernah meminta.
"Apa yang ingin kamu minta?" tanya sang kakek kepada cucunya.
"Tolong lepaskan keluarga mas Zafran. Jangan siksa mereka." Kedua alis pria tua itu terangkat. Tatapannya penuh dengan kecurigaan. Mencoba menyelidiki apa yang ada dalam pikiran cucunya. Mencari tahu alasan yang tersembunyi di sana.
"Kenapa?" tanyanya kemudian.