Tetapi berbeda dengan Ramadhani. Ketulusan yang ditunjukkan oleh ibu mertuanya itu membuat hati Zafira merasa tenang dan juga nyaman. Seakan-akan dia mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu yang selama ini telah menghilang.
"Kenapa?" wanita paruh baya itu bertanya kepada menantunya.
Disaat bersamaan tiba-tiba pintu terbuka, Zafran ternyata sudah pulang dari kantor. Saat melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya, pemuda tampan itu sangat terkejut melihat sang ibu berada di dalam kamarnya.
"Ibu?" tanyanya tidak percaya. Ketiganya saling pandang, tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di rumah tersebut. Berbagai pertanyaan muncul di benak mereka masing-masing.
"Kenapa ibu ada di sini?" tanya Zafran.
"Itu-" ketika wanita paruh baya itu ingin menjelaskan alasannya berada di dalam kamar mereka tiba-tiba pintu diketuk.
Tok tok tok
Zafran beringsut mendekati pintu dan membukanya.
"Tuan besar, tuan besar jatuh pingsan!" ternyata yang berdiri di depan pintu adalah seorang pelayan. Dia menyampaikan berita yang mengejutkan semua orang. Zafran melupakan pertanyaannya kepada sang ibu, dia segera berlari keluar dari dalam kamar itu menuju ruangan kerja kakek Azhari. Ruangan kerja itu sudah ramai, Bruto berdiri tegak dengan wajah yang sangat sangar.
"Bawa tuan besar ke rumah sakit!" perintah Bruto. Semua orang bergerak cepat, pada pengawal berpakaian serba hitam segera melakukan tugas yang diperintahkan oleh pimpinan mereka yaitu Bruto. Zafran ingin membantu, tetapi gerakan tangannya di halangi oleh mereka. Saat Zafran ndak masuk ke dalam mobil yang membawa tubuh kakek Azhari juga dialami oleh mereka.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Bruto.
"Izinkan aku menemani kakek ke rumah sakit," pintanya. Bruto menatapnya tajam.
"Turun!" perintahnya.
"Tolong Bruto. Aku ingin menemani kakek. Aku harus memastikan bahwa kakek baik-baik saja. Kumohon padamu Bruto. Kisah kamu keberatan kamu bisa menghukum kunanti, namun sekarang tolong ijinkan aku pergi." Zafran mencoba memohon kepada Bruto agar pria itu mengijinkan yang pergi. Dia tidak tahu dari mana berasal semua kasih sayang yang ada di dalam hatinya. Zafran merasa bahwa kakek Azhari adalah orang yang sangat baik.
"Kumohon!" dia terus meminta. Sementara Bruto masih berdiri menatap pria itu. Dia mencoba menganalisa apa yang ada dalam pikiran Zafran saat ini. Dengan semua perlakuan kakek Azhari kepada dirinya, seharusnya Zafran membenci pria tua itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya, Zafran terlihat sangat peduli dengan pria yang terus memberikan siksaan kepada dirinya.
"Baik, cepatlah!" perintah Bruto. Dengan segera, Zafran masuk ke dalam mobil. Sementara Bruto juga ikut duduk di bangku bagian depan.
"Cepat!" perintah Bruto kepada sopir yang membawa mobil itu. Zafran meraih kepala kakek Azhari dan membawanya ke pangkuan. Bruto melihat semua itu, kini dia yakin bahwa apa yang anda dalam pikiran kakek Azhari benar. Wajar jika pria tua itu mengakui kehebatan Zafran. Ketulusan dan kebaikan hati pria itu sudah bisa dilihat oleh Bruto.
"Kek, bangun kek! Kakek." Zafran terlihat sangat cemas. Dia masih mencoba membangunkan kakek azhari dari pingsannya. Tetapi pria itu bergeming. Dia masih menutup kedua matanya dan tidak bergerak. Bruto bisa melihat kecemasan yang tampak di wajah Zafran. Sementara pemuda itu tidak peduli dengan semua keadaan di sekitarnya. Dia masih fokus kepada keadaan pria tua yang ada di pakuan nya. Harapannya hanya satu, agar pria tua itu bisa terbangun dan sehat kembali.
Zafran mondar-mandir di depan ruangan IGD. Dia sangat khawatir dengan kondisi kaki Azhari. Sudah berapa menit berlalu tetapi ruangan itu masih tertutup rapat.
"Aku membutuhkan dokter terbaik di dunia. Segera datang ke sini!" Bruto menghubungi seseorang melalui saluran telepon. Setelah berbicara dia kembali mematikan ponselnya. Pria itu meminta tim kesehatan yang terbaik untuk menangani masalah penyakit kakek Azhari. Belum ada yang mengetahui penyebab pingsan nya pria tua itu secara tiba-tiba.
Kakek Azhari sedang berada di dalam ruangan kerjanya. Seperti biasa, dia tidak akan mengijinkan siapapun masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun Bruto mencurigai hal buruk terjadi di dalam ruangan tersebut karena sudah beberapa jam berlalu, kakek Azhari tidak beranjak dari ruangannya. Dia juga tidak memanggil Bruto. Karena itulah Bruto mulai mencurigai kakek. Dia memberanikan diri masuk ke dalam ruangan tersebut untuk memeriksa keadaan. Dan alangkah terkejutnya Broto saat itu. Dia melihat pria tua yang selama ini dilayani tergeletak di lantai dan dalam keadaan tidak sadar akan diri.
Saat itu, Bruto mencoba memeriksa keadaan kakek Azhari, mungkin saja ada luka di tubuhnya yang membuatnya tidak sadarkan diri. Namun setelah diperiksa keadaan fisiknya baik-baik saja. Dia tidak bisa mengetahui alasan yang membuat pria tua itu pingsan seketika.
Tim kesehatan terbaik tiba di rumah sakit. Mereka mengenakan pakaian serba putih dan berjalan dengan cepat.
"Tolong lakukan yang terbaik!" perintah Bruto kepada mereka. Salah seorang dari mereka sudah terlihat tidak muda lagi. Dokter itu terlihat sangat profesional. Dia adalah dokter Samsul, dokter yang sebenarnya sudah pensiun tetapi kali ini dia turun langsung mengatasi penyakit sahabat lamanya.
"Tenanglah. Tanpa diminta, aku akan melakukan yang terbaik untuk sahabatku sendiri." dia berkata kepada Bruto.
Dokter samsul masuk ke dalam ruangan IGD. Zafran yang berada di depan ruangan tersebut hanya melihat dan memantau keadaan sekitar tanpa berbicara. Tetapi ada yang mengganjal dari semua peristiwa ini. Tidak ada satupun dari anak kakek yang hadir menemaninya. Apakah semua orang sedang sibuk sehingga tidak sempat sekedar berkunjung. Ataukah mereka tidak peduli sama sekali.
Hari sudah menjelang malam, Zafran merasa bahwa sesibuk apapun setiap anak dia memiliki tanggung jawab untuk menjaga orang tuanya. Seharusnya mereka berada di sini menemani ayah mereka yang sedang sekarat. Tetapi kenyataan berkata lain.
Pintu itu terbuka, namun yang keluar dari dalam ruangan tersebut bukanlah dokter melainkan pasien yang berada di atas ranjang dorong. Zafran dan Bruto menghampiri pasien sementara para pengawal yang berpakaian serba hitam berjaga di sekitar rumah sakit.
"Kakek?" panggil Zafran. Tetapi pria itu masih terdiam. Para petugas kesehatan terus melakukan tugasnya, mendorong ranjang di mana pasien sedang tertidur.
"Ikut Saya!" dokter berkata kepada Bruto. Zafran terdiam mendengarnya. Dari raut wajah yang ditunjukkan oleh pria tua itu, terlihat sangat jelas bahwa ada masalah yang serius.
Dokter tersebut berjalan menuju ruangannya diikuti oleh Bruto. Tanpa diminta, Zafran mengikuti langkah mereka. Namun tiba-tiba Bruto menghentikan langkahnya.
"Kamu mau ke mana?" tanyanya kepada Zafran.
"Aku juga ingin tahu apa yang terjadi kepada kakek?" jawabnya.
"Tidak! Pergi ke kamar. Jaga kakek di sana!" perintah Bruto. Ketika Zafran ingin menjawab, Broto menatapnya sambil menunjuk pisau yang ada di pinggangnya. Dia memberikan ancaman kepada Zafran mengikuti perintahnya.