Chereads / Goresan Cerita Gadis Kursi Roda / Chapter 25 - Surat Rahasia

Chapter 25 - Surat Rahasia

"Mereka tidak bersalah, Kek!" Jawab Zafira.

"Apa?" pria tua itu menatap wajah Zafira.

"Apakah Kamu lupa pada kesalahan mereka? Apakah kamu lupa pada Sonia? Bagaimana mungkin kamu bisa memaafkan mereka begitu saja," ucapnya begitu marah.

"Aku tahu kek, tetapi semua itu bukan kesalahan mereka. Jika pun mendapatkan hukuman, cukuplah suamiku yang mendapatkannya. Biarkan mas Zafran yang membayar semuanya," lanjut wanita itu masih dengan suara lembut. Kakek Azhari terdiam tanpa bicara. Itu artinya dia tidak ingin berbincang dengan cucunya. Zafira mengerti maksud kakeknya, dia pun kembali mengarahkan kursi roda menuju kamarnya.

Lelah, itulah yang paling dia rasakan. Wanita itu ingin menangis dan berteriak sekuat tenaga. Wanita itu sudah sangat lelah menghadapi semuanya. Menghadapi kebohongan, menghadapi tipu daya, menghadapi amarah, menghadapi sandiwara yang selalu menghiasi rumah besar tersebut.

Zafira kembali ke dalam kamarnya. Dia menutup pintu kamar kemudian menuju balkon dan memandang luas ke arah hamparan sawah yang membentang. Inilah satu-satunya hal yang bisa dilakukan di rumah besar itu. Satu-satunya kegiatan yang bisa membuat dia bertahan enggak aja lu menjemput.

***

Nabilah kembali berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil mewah. Dia berada di dalam fasilitas yang luar biasa. Fasilitas yang selama ini selalu dirindukan nya. Tetapi, setelah dia mendapatkan semuanya, dia tidak merasa senang. Tetapi dia juga tidak bisa menolak. Karena kehidupannya sekarang berada di tangan mereka yang memiliki kekuasaan.

Di dalam mobil itu, Nabila tempat cemberut. Keceriaan wajahnya menghilang saat dia mengetahui posisinya yang sebenarnya. Dia membiarkan dirinya hanya dalam kesedihan. Sementara mobil yang dia tumpangi terus melaju dengan kencang menuju sekolahnya. Mobil itu seketika berhenti, nabila turun dan berjalan perlahan. Tetapi dia terpaksa merubah karakter yang sama sekali dia benci. Dia berjalan dengan begitu angkuh menunjukkan kualitasnya sebagai orang yang berasal dari kelas atas. Dia mengabaikan semua orang yang ada di sekitarnya. Namun tidak ada yang tahu jika ekor matanya melirik seorang teman yang bernama lia.

Bisa bersamaan tiba-tiba lia berdiri di hadapan Nabila. Wanita itu sangat terkejut melihat sahabat baiknya menghadang jalannya. Secepat mungkin Diana menghadang gerakan Lia.

"Nabila, tolong katakan sesuatu kepada ku? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah bagimu sekarang aku sudah tidak memiliki arti?" dengan sangat lantang Lia berkata kepada Nabila. Wanita itu sudah berusaha menahan perasaan dan emosi yang ada di dalam hatinya. Seberapa pun dia berusaha menjelaskan kepada diri sendiri bahwa kehidupan sahabatnya saat ini sudah berbeda dengan apa yang dipikirkan tetapi hati kecilnya masih belum bisa menerima semua itu. Dia merasa ada yang tidak beres dari perubahan sikap sahabat baiknya.

"Hentikan! Anda tidak boleh berbicara kasar kepada nona Nabila. Jika anda masih melanjutkan ya kami tidak segan-segan memberikan hukuman kepada Anda!" Diana mendorong tubuh Lia dengan sangat kasar. Perlakuan diana, membuat hati Nabila sangat sakit. Dia tidak bisa terima perlakuan Diana yang merupakan asisten pribadinya kepada sang sahabat baik yang selama ini terus menemani dirinya.

"Hentikan!" tiba-tiba Nabila berteriak dengan sangat kencang. Diana dan Lia segera menghentikan gerakan mereka. Nabila berjalan dengan langkah tegas mendekati mereka berdua. Lia merasa senang akhirnya temennya kembali. Gadis itu yakin bahwa Nabila yang merupakan sahabat baiknya tidak akan membiarkan dirinya terluka. Lia menunggu saat Nabilah menghampiri dirinya.

Nabila terus berjalan dan kini dia dengan wajah penuh amarah berdiri tepat di depan Diana. Kedua matanya membulat dan membesar, kemarahan tampak sangat jelas menghiasi wajahnya. Sementara Lia merasa sangat senang mendapatkan pembelaan dari sahabatnya tersebut.

"Berani sekali kamu berbuat seperti itu kepada asisten pribadi ku!" disaat tamala itu keluar dari lisan Nabila wajahnya pun dialihkan kini menatap Lia. Gadis itu yang berpikir bahwa Nabila akan menumpahkan a marahnya kepada sang asisten pribadi justru berbalik kepada dirinya.

"Siapa Kamu? Apakah kamu masih tidak sadar, sekarang kita berada di kelas yang berbeda. Mungkin kamu mengenalku sebagai teman yang miskin. Tetapi nabila yang sekarang berada di hadapanmu berbeda dengan Nabila yang dulu menjadi temanmu. Aku tidak akan berteman dengan orang-orang rendah sepertimu. Kamu tidak perlu bertanya macam-macam. Saat nasib telah mengubah seseorang maka dia juga akan berubah menjadi kelas yang lebih tinggi. Kamu lihat aku, lihat pakaian mahal yang aku kenakan. Lihat mobil yang membawaku ke sekolah. Apakah kamu masih belum sadar? Kamu tidak perlu bermimpi untuk kembali bisa berteman denganku. Karena aku tidak akan pernah sudi menjadi temanmu!" Nabila dengan sangat kasar mendorong wanita yang telah menjadi teman baiknya bertahun-tahun lamanya hingga Lia terjatuh ke lantai akibat dorongan dari sahabatnya tersebut. Tangan wanita itu terluka, tetapi hatinya jauh lebih terluka. Dia tidak percaya jika Nabila siang ceria dan baik hati akan bersikap sangat kasar kepada dirinya. Dia tidak pernah jika sosok yang sedang berada dihadapannya saat ini adalah sang sahabat yang telah menghabiskan banyak waktu bersama dengan dirinya. Wanita itu terdiam tidak percaya, kedua matanya menatap tajam ke arah Nabila yang juga menatapnya dengan penuh luka. Dia terpaksa bertindak seperti itu karena jika tidak maka kakaknya yang akan menjadi korban. Dia terpaksa melakukan itu karena jika tidak keluarga kaya raya itu akan memberikan mereka hukuman.

Bagi Nabila, hukuman yang mereka dapatkan saat ini sudah sangat menyakitkan. Membiarkan ibunya menjadi pembantu di rumah tersebut. Membiarkan kakaknya selalu mendapatkan siksaan. Bahkan dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk berbincang dengan sang kakak. Meskipun mereka tinggal satu rumah. Nabila tidak ingin menambah penderitaan itu. Karena itulah dia terpaksa bersikap kasar kepada Lia yang sudah dianggap sebagai saudara kandungnya sendiri. Dengan kasar dia meninggalkan Lia, tetapi tidak ada yang mengetahui jika sudut matanya mengeluarkan air mata. Air mata yang iya coba untuk menahannya sekuat tenaga. Agar tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya sedang terluka.

Diana mengikuti langkah Nabila, wanita itu berjalan di belakang majikannya. Mereka meninggalkan Lia dalam tangisan penderitaan. Gadis itu menangis karena dia sudah kehilangan sahabat baiknya. Selama ini mereka terus menghabiskan waktu bersama. Kenangan indah saat mereka bersama kembali terbayang di pelupuk mata. Kenangan itu hanya akan menjadi cerita. Lia percaya bahwa semua yang ia rasakan sekarang adalah kenyataan yang harus dia terima. Nabila yang sangat baik kini telah berubah hanya karena dia memiliki status yang berbeda.

Lia berdiri, mencoba berjalan meninggalkan kenangan masa lalu. Mencoba bertahan dalam kepahitan hati dan luka. Dalam rasa sakit dia merogoh saku. Mencoba menyembunyikan luka di sana. Tetapi dia justru menemukan sesuatu, terdapat secarik kertas yang berada di sakunya. Gadis itu berfikir kertas apakah itu. Saat dia mengambilnya sebuah tulisan menyadarkan nya, dia kembali memasukkan kertas itu ke dalam sakunya.