Galaksi malah tertawa, dan tawanya berhasil menggelitik leher Helena. "VC aja gimana? Biar jelas."
Helena membelalak. Terlalu panik, sampai cermin kecil di tangannya jatuh ke lantai karena buru-buru merebut ponsel dari tangan Galaksi. "Galaksi!!" desisnya, sementara Galaksi masih tertawa.
"Astaga, beneran dong dia lagi sama cewek. Gue dengar suaranya," ujar Gista terkejut. "Gal, lo tuh ... Hadeuuuhhhh."
"TUh, kan. Gue pikir lo udah insyaf waktu lihat lo deketin Helena kemarin!" suara Jessy terdengar membentak. "Awas ya lo kalau berani macam-macam sama Helena nanti!"
Sisa kekeh Galaksi masih terdengar, ponsel itu kembali ke tangannya. "Iya, iya." Dengan tangan yang menjauhkan ponsel, dia berbisik. "Dia nggak tahu kalau gue udah lebih dari macam-macam sama temennya." Kekehan terdengar lagi.
"Ya udah, kita tungguin di sini. Tapi janji jangan lama, ya!" ujar Jessy tegas.
"Iya, Nyonya Kaivan. Iya," sahut Galaksi, mengalah.
Helena bangkit dari sofa dan berjalan ke arah meja bar. Dia meraih paper bag yang berisi hadiah pemberian mamanya. "Oke. Sekarang anterin gue pulang, habis itu lo ke rumah Kai terus--Duh , apa lagi, ya?" Mata Helena memendar, dia mengingat-ingat barang apa saja yang ditinggalkannya di apartemen itu.
"Iya."
"Pokoknya. Lo cari cara supaya mereka nggak pergi sekarang." Setelah merasa semua barang-barangnya sudah terkumpul di tas, Helena berjalan ke arah rak sepatu untuk meraih sepatunya yang tadi disimpan di sana. "Jessy pasti ngira gue masih sama nyokap gue deh."
Galaksi bangkit ketika Helena menaruh sepatunya di dekat sofa, lalu kembali duduk di sana untuk mengenakannya. "Gue ambil kunci mobil dulu," ujar Galaksi.
"Kok mobil, sih? Motor, dong!"
Langkah Galaksi terhenti. "Lo pakai rok. Gimana ceritanya naik motor?"
"Nggak apa-apa. Nnati roknya bisa gue tarik."
"Nggak, nggak," tolak Galaksi.
"Gal, udah deh. Ikutin apa kata gue aja!"
Galaksi mendnegkus kencang. Langkahnya berbalik, kembali menghampiri Helena.
Helena masih duduk di sofa, baru saja selesai mengenakan sepatunya. Sesaat sebelum bangkit dari sofa, Galaksi tiba-tiba membungkuk di depannya, wajahnya mendekat, mencium bibir Helena sampai membuat Helena terkesiap dan kembali duduk.
Galaksi berjongkok di depan Helena. Dia menghela napas panjang sebelum berbiacar. "Nggak usah panik gini, bisa?" tanyanya. "Gue akan antar lo pulang pakai mobil. NGGak ada bantahan lagi," putusnya tegas. Dua tangannya terulur, membenarkan kemeja Gelena di bagian pundak dan merapatkan dua sisinya. "Dan ...," Dua tangan Galaksi bergerak mengancing kemeja Helena satu per satu. "Jangan keliaran di apartemen gue dalam keadaan kemeja yang kebuka kayak gini." Baru tiga kancing yang benar-benar terpasang. "Lo nggak mau kan gue tarik lagi ke sofa?"
****
Helena sudah berada di dalam mobil, di sisi Galaksi yang kini tengah mengendara untuk mengantarnya pulang. Sejak tadi, dua tangannya saling bertaut, gugup karena tidak tahu perkembangan rencana teman-temannya.
Sudah sampai mana mereka? Sudah merencanakan apa? Atau jangan-jangan sudah sampai di depan rumahnya?
Helena akan tetap aman kalau mereka belum bergeak ke rumahnya dan masih menunggu kedatangan Galaksi di rumah Kai.
"Helen?"
Suara Galaksi membuatnya menoleh. "Hm?"
Galaksi menggerakkan lengan kirinya untuk mendorong dada Helena ke belakang, sampai bersandar ke jok. "Nah, gini. Lo tegang banget dari tadi."
Helena melenguh pelan. Bagaimana bisa dia tidak tegang dan gugup? Bisa dibayangkan kalau sekarang semua teman-temannya sudah berada di depan pagar rumah, menunggunya datang, sementara dia baru muncul bersama Galaksi.
Dan semuanya menyaksikan itu.
Helena diantar oleh Galaksi ketika waktu sebentar lagi menyentuh jam dua belas, dan sekarang Helena tahu rasanya menjadi Cinderella yang takut denga dentingan jam tepat di tengah malam.
"Nih." Galaksi memberikan ponselnya pada Helena. "Bua aja grupnya, biar lo bisa tahu dan bisa mengira-ngira mereka udah sampai mana sekarang."
Helena menggumamkan kata terima kasih sambil segera meraih ponsel Galaksi. Dia bisa langsung mengakses ponsel itu tanpa repot dengan segala macam kunci layar yang Galaksi gunakan. "Ini sopan nggak, sih?" gumamnya seraya menoleh lagi pada Galaksi. "Gue buka-buka HP lo gini?"
"Kan, gue yang kasih izin."
Oke. Sepertinya tidak apa-apa. Perhatian Helena kembali beralih pada layar ponsel di tangannya yang sudah menyala, lalu membuka menu pesan dan hanya menemukan satu-satunya notifikasi dari grup "Tim Sukses depan Pager" yang ... Sumpah chat-nya banyak banget!
Ibu jari Helena terus bergerak untuk membaca pesan-pesan yang ada di sana, da semakin ke bawah, dia semakin panik karena ternyata teman-temannya itu membutuskan untuk berangkat dari rumah Kai tanpa Galaksi.
Pesan terakhir adalah pesan dari Arjuna yang berisi, "Kita tunggu di rumah Helena aja ya, Gal. Jessy sama Gista udah tantrum. Pusing banget pala gua."
Keputusan itu dibuat dalam waktu panjang dan alot karena Galaksi yang tidak kunjung merespons pesan-pesan di grup.
"Mereka udah berangkat, Galaksiiii!" Helena mengerang frustasi sambil menangkup dua sisi kepalanya dan menjatuhkan ponsel Galaksi ke pangkuannya begitu saja.
"Baru berangkat kali."
"Nggak. Mereka udah berangkay sejak dua puluh menit yang lalu." Sesuai dengan pesan terakhir yang di kirim ke grup itu.
"Kita akan sampai lebih cepat kok, kita berangkat lebih cepat dari mereka." Galaksi masih saja terlihat santai, padahal Helena sejak tadi ingin sekali membantunya menginjak gas.
Helena hanya mengembuskan napas kecil, lalu duduk bersandar dengan dua tangan yang kembali menggenggam ponsel Galaksi. Dia tidak lagi mengungkapkan kepanikannya karena sejak tadi Galaksi mencoba menenagkannya.
Sampai akhirnya mobil itu memasuki komplek rumahnya dan melewati pos satpam. "Pak, udah ada yang masuk belum ya teman saya?" Galaksi mengucakan digit-digit plat nomor mobil Kai.
Setelah mengecek data di monitornya, sekuriti itu menjawab, "Nggak ada, Mas." Dia melongokan sedikit wajah dari lubang kaca jendela ruangannya.
"Siap. Makasih, Pak," ujar Galaksi sebelum kembali melajukan mobilnya. "Udah bisa tenang sekarang?" tanyanya seraya melirik Helena.
Helena menatap Galaksi dengan mata memicing. Oke, mungkin sekarang dia bisa tenang karena teman-temannya tidak sampai lebih dulu, tapi kekhawatiran Helena ternyata masih tersisa. Tentang satu sosok di sampingnya itu, Galaksi, dia malah khawatir laki-laki itu tidak bisa diajak bekerja sama untk tidak membocorkab apa-apa di depan teman-temannya nanti.
"Kenapa?" Galaksi bertanya setelah menaik rem tangan, dia sudah memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Helena.
"Lo bisa dipercaya utuk nggak bocorin apa pun di depan anak-anak, kan?"
"tentang apa? Tentang gue yang udah ngucapin ulang tahun lebih dulu atau tentang kita yang udah tidur bareng?" Galaksi melepas seat belt, lalu ibu jarinya bergerak mengusap sudut mata Helena. "Ini maskara lo sampai ke sini-sini."
*
*
*