••
Matahari telah menyembunyikan diri dibalik cakrawala, berganti posisi dengan rembulan yg tak kalah terang menyinari setiap sisi sungai Han, cahayanya begitu manis mengambil alih semburat senja yang begitu indah sore tadi.
Sekarang tepat pukul tujuh malam.
entah mengapa Aera terpaku hanya di satu tempat selama beberapa jam. Para mahasiswa terlihat menikmati pemandangan Sungai Han sambil berbincang dan saling bertukar candaan. tepat dibangku sebelah Aera terdapat sepasang kekasih yang terlihat begitu mesra mengenakan baju warna coklat senada. Aera iri pada mereka saling pandang dan tertawa bersama, betapa bahagianya memiliki seseorang yang mau menjadi pendengar seluruh ceritamu, entah itu kisah sedih maupun bahagia, entah menyenangkan untuk didengar maupun hanya lelucon membosankan.
Tidak, Aera tidak hanya iri pada mereka melainkan pada seluruh manusia yg pernah ia temui dimuka bumi ini. Sambil berangan-angan dan menyusun kisah bahagia dalam pikirannya, Aera memakan eskrim rasa coklat yang ia beli lima menit lalu di minimarket dekat sungai. Tanpa sadar melemparkan pandangan pada sungai yang begitu tenang, berhiaskan lampu dan lentera warna kuning gading di berbagai sisi.
Sepertinya takdir senang sekali mempermainkan dirinya, serasa ia pernah melakukan dosa besar pada takdir hingga ia mendapatkan karmanya. Ibarat sedang menjahili bocah SD dijalan dengan merebut kudapan di tangan mereka, lalu tidak lama ia mengalami pencopetan.
jangan dibayangkan, begitulah cara Aera menangibaratkan hidupnya. selalu simple dan tidak bisa ditebak.
Meskipun begitu, ia lebih tegar dari apa yang kalian pikirkan, nyatanya ia tetap berusaha menjalani hidup dengan baik tanpa melakukan hal hal bodoh diluar sana, seperti.. mencari sugar dady misalnya. Ia tidak diinginkan oleh siapapun, tidak ada yang peduli padanya. ayah, ibu, terlebih lagi sang adik. memang benar Aera hanyalah anak angkat dikeluarganya, orang tua yang pilih kasih dan sang adik yang begitu arogan.
Ahh, rasanya ingin memberi penghargaan pada keluarga itu, mereka hidup bahagia dengan menyiksa salah satu anggota keluarganya sendiri.
Dasar, keluarga cemara. begitulah Aera melabeli keluarganya.
••
Aera lahir di panti asuhan, tinggal bersama bayi bayi tidak beruntung lainnya. hingga ketika ia berusia tiga tahun, sepasang suami istri dari keluarga choi datang menjemput Aera dengan tujuan ingin mengadopsinya. mereka telah lama menikah namun istri tuan choi tak kunjung mengandung. keluarga choi dikenal sebagai pasangan berkecukupan yang memiliki segalanya namun tidak sepenuhnya bahagia, kehidupan pernikahan mereka tidak berwarna karena mendambakan sosok malaikat kecil yang dapat meramaikan suasana rumah megah mereka.
Setelah satu tahun mengadopsi Aera, keluarga choi mendapatkan berita bahagia. ahirnya saat saat yang ditunggu pun tiba sang istri mulai mengandung untuk pertama kalinya. sebentar lagi Aera akan mendapatkan seorang adik, Aera sungguh bahagia karena akan segera memiliki teman bermain.
Selama ini Aera hidup bahagia dalam keluarga choi, ia termasuk anak yang beruntung dikalangan tempat tinggalnya. semua orang di komplek menyukainya, bayangkan seorang bocah berusia 5 tahun dengan wajah yang manis dengan pipi bulat menggemaskan membuat setiap orang yang melihat ingin mencubit nya saja, bagaimana kalian bisa tidak menyukai putri kecil yang imut itu. Ia juga seorang putri yang baik serta ramah pada setiap orang.
Ketika Aera melewati satpam penjaga komplek, ia tak segan-segan untuk menyapanya dengan wajah yang riang dan penuh keceriaan, dan setiap ia bertemu dengan jooni Ahjussi yang notabene nya adalah preman paling dihormati oleh preman preman lainnya di Gang melati tempat Aera tinggal, ia pun dengan sumringah melambaikan tangan kecilnya sambil memamerkan gigi kelincinya yang menggemaskan itu, lalu berteriak "Anyeong... joon joon ahjussi"
lihatkan, betapa ramahnya dia. tidak ada yang tidak takluk dengan kegemasan Aera.
*Anyeong= sapaan orang Korea/Halo
*ahjussi= panggilan untuk seorang laki laki tua/paman.
Di keluarga choi Aera mendapatkan fasilitas dan kasih sayang yang begitu luar biasa besar dari kedua orang tuanya. apapun yang diinginkannya akan selalu mereka turuti, meskipun tidak banyak yang Aera inginkan, karena ia bukan tergolong anak yang menginginkan banyak hal seperti anak anak TK pada umumnya,
Aera hanya menginginkan makanan dan mainan secukupnya. satu hal yang paling sering ia minta pada orang tuanya yaitu es krim coklat, mau berapa banyak es krim yang ia makan, ia tidak akan pernah bosan. es krim rasa coklat bagaikan belahan jiwanya kata Aera.
Namun, bencana besar sepertinya mulai menampakkan diri ketika sang adik lahir, hampir seluruh perhatian dan kasih sayang orang tuanya teralihkan pada sang adik.
Tidak, ini bukan sekedar berbagi kasih sayang. tetapi Aera benar benar harus hidup mandiri diusianya yang masih begitu kecil. diusia lima tahun ia harus mengurus seluruh kebutuhannya seorang diri, mulai dari makan hingga belajar.
Orang tuanya sibuk dengan dunia mereka yang baru, seolah Aera tidak pernah ada. tidak ada yang peduli apakah Aera sudah makan dan ketika ia mendapatkan nilai A+ dari gurunya. hingga yumi, sang adik mulai duduk di bangku sekolah perbedaan sikap kedua orang tuanya benar benar melampaui nalar manusia normal.
Yumi mendapatkan fasilitas lebih banyak dari Aera, ia mendapat berbagai macam les yang tidak Aera dapatkan. mulai dari les menggambar, les ballet dan masih banyak lagi. berbedaan itu yang membuat yumi semakin tinggi hati dan menjadikannya sosok yang manja dan sombong.
Yumi tidak pernah bersikap baik pada Aera, selalu memandang rendah dan memberi penegasan bahwa ia adalah anak kandung sedangkan Aera adalah anak angkat. bahkan kedua orang tuanya tak segan segan melakukan kekerasan entah karena Aera yang salah atau bahkan saat memiliki masalah dikantor mereka akan melampiaskan amarahnya pada Aera.
Berbeda dengan yumi, apapun yang ia lakukan selalu benar dimata orang tuanya, tidak peduli ia melakukan hal yang salah atau bahkan menyakiti Aera secara fisik maupun verbal. Begitulah bagaimana mereka membentuk jiwa seorang monster pada anak kesayangannya.
••
Sudah tiga puluh menit Aera meninggalkan bangku sungai han, ia terlalu lama merenungi nasibnya yang kelam dan menyedihkan. Berjalan menyisiri pinggiran jalan kota seoul, setidaknya cuaca malam ini tidak seburuk suasana hatinya. terdapat ribuan bintang tersebar di langit yang terlihat tidak rapih namun tampak indah, bulan yang tengah mengintip aera dari balik awan, dan ada ratusan orang berlalu lalang dijalanan dengan wajah cerah tengah menikmati indahnya malam natal bersama orang terdekat, sedikit menghibur suasana hati Aera.
"kenapa mina harus pulang kerumah orang tuanya sih?" pertanyaan itu tidak benar benar mengharapkan jawaban, karena normal saja berkumpul dengan keluarga dihari natal seperti ini. "Huh, aku jadi harus keliling kota sendirian seperti orang bodoh." pernyataan itu sukses menimbulkan hembusan nafas kesal.
Ditambah heels yang dipakainya tiba tiba merajuk karena diajak berkelana mengelilingi kota seoul sedari tadi siang, ujung heels nya yang patah sukses membuat Aera frustasi, sambil mencak mencak ia berjongkok melihat keadaan kakinya yang terkilir karna adegan heelsnya tadi yang kelewat menyebalkan.
tiiiiin..... tiinn... tiinn..
Sebuah mobil melaju kencang dari arah berlawanan menuju tempat Aera yang tengah berkutat dengan heels nya. mendengar suara klakson tersebut membuat ia shock dan sontak mengubah pandangannya kedepan, otaknya belum bisa memproses keadaan ia bingung harus bagaimana dan harus apa.
Ketika mobil jadi lebih dekat.. semakin mendekatt.. dan...
Tubuh Aera pun mulai melemah, matanya meredup hingga kesadaran berangsur-angsur meninggalkannya sendirian dipinggir jalanan kota.
Bersambung