Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 4 - 4. Ramyeon tengah malam

Chapter 4 - 4. Ramyeon tengah malam

"Kau.. kenapa kau tidur disini?"

"Memangnya kenapa? kamar ini juga bagian dari rumahku, tidak ada yang bisa melarangku tidur dimanapun!!" tidak diragukan lagi, ini benar Hyungtae pria menyebalkan pemilik rumah ini.

Bila suatu saat Aera mengalami lupa ingatan, setelah mendengar Hyungtae bicara pasti akan langsung sadar dan sembuh dari amnesia. Bagaimana tidak, ucapan arogan khas Kim Hyungtae itu tidak ada yang bisa menyainginya. Benar-benar melekat ke dalam pikiran Aera bahwa definisi sombong dan pamer adalah Kim Hyungtae.

"Baik tuan Kim, anda bisa sesuka hati untuk tidur di manapun. Tapi, bukankah kamarmu itu lebih mewah dan lebih nyaman dibandingkan kamar ini?" kita lihat bagaimana jawaban Hyungtae setelah mendengar pertanyaan Aera.

"Tentu saja, tidak ada kamar yang lebih mewah dari kamarku. Tapi tetap saja kau terlalu ikut campur tentang dimana aku harus tidur." jawab Hyungtae. Aera yang mendengar sudah cukup lelah hingga kantuknya kembali datang, namun dilema sebab perutnya benar-benar minta makan sekarang.

krrruyuk.. kruyukk..

Mata Aera melotot kaget, tangannya reflek menutupi perutnya berharap suara itu tidak terdengar jelas di rungu Hyungtae.

"Cepat kemari" Tangan Hyungtae meraih pergelangan tangan Aera dan diajaknya keluar ruangan. Yang di geret pasrah saja, karna menahan malu dan memang sudah tidak memiliki tenaga tersisa untuk mengelak, Aera tidak tau lagi harus bagaimana menahan rasa laparnya ini apalagi harus menyaksikan Hyungtae yang akan beraksi seperti apa lagi setelah menyeretnya dari dalam kamar.

"Duduk!" perintah Hyungtae, tidak kasar namun juga tidak halus. Yang pasti akan membuat objek yang mendengar akan mematuhinya tanpa sadar.

Lalu Hyungtae mulai mengambil panci kecil yang diisi air untuk direbus diatas kompor. "Kau sedang apa Kim?" tanya Aera penasaran, matanya mengikuti kemanapun tangan Hyungtae bergerak.

Srakk..

itu suara bungkus ramyeon. Baiklah,otak Aera sedikit bisa memahami apa yang Hyungtae lakukan. Tapi kenapa ia tiba-tiba mengajaknya ke dapur dan memasak ramyeon? tidak mungkin kan Hyungtae memasakkan Aera?

"Kau masak ramyeon untukku? kenapa?" padahal yang ditanya belum pasti akan mengiyakan tapi Aera yakin saja bahwa Hyungtae masak memang ditujukan untuk dirinya.

"Kau pikir telinga ku tuli? salahkan suara perut mu itu kenapa berbunyi keras sekali." Sarkas Hyungtae, benar-benar pria tsundere pikir Aera.

"Benarkah? jadi pria kaya raya seperti mu juga biasa makan ramyeon." ucap Aera polos, sepertinya ia mulai terbiasa dengan sikap kasar Hyungtae.

"Iya, tapi tidak sesering dirimu. Kau pasti hampir setiap malam makan ramyeon." sindir Hyungtae yang tidak mendapat sangkalan dari Aera, sebab memang perkataan Hyungtae benar. Aera tau, tidak sehat jika terlalu banyak makan ramyeon. Tapi kondisi finansial dan sibuknya kerja paruh waktu mengharuskan nya untuk mengonsumsi makanan bergelombang dan kenyal itu.

5 menit kemudian terciumlah aroma ramyeon yang sangat menggoda, terasa memanggil-manggil perut Aera yang ternyata sudah berada diatas nampan dan dibawa oleh Hyungtae.

"Kemarilah" ajak sosok jangkung disamping Aera, yang diajak pun mengikutinya kearah meja makan.

"waahh.. pasti lezat, terimakasih Hyungtae-ah" mata Aera membelalak karena rasa tidak sabar untuk segera mencicipi mie itu. Sebenarnya Aera sudah berulang kali meneguk salifa saat menunggu Hyungtae menyiapkan makanan untuknya.

"Tunggu, aku bertanya-tanya berapa usiamu. Kenapa kau bicara santai padaku?" cegah Hyungtae saat sumpit Aera sudah berada didepan mulut hanya berjarak 2 cm, mau berapa lama lagi Aera harus menahan salifa nya sungguh sangat menyiksa orang yang sedang kelaparan.

"Kau sendiri bagaimana? kau yang memulai bicara santai padaku, lalu aku harus terima begitu saja? baiklah, mari kita lihat siapa sebenarnya yang lebih tua disini. Awas saja kalau aku lebih tua, kau tidak akan kubiarkan." omel Aera, ia benar-benar jengkel karena selera makannya yang tinggi jadi terhambat gara-gara pria ini.

"Tentu, usia ku 25. Kau berapa?" Hyungtae menyebutkan lebih dulu

"Bohong sekali, kau terlihat lebih muda dari ku."

"Jadi maksud mu usiamu lebih muda kan dariku? sekarang panggil aku oppa" Hyungtae bersemangat, sampai lupa sekarang ini sudah tengah malam tapi kantuk Taehyung sama sekali sudah hilang. "Enak saja, kau kan belum tau berapa usiaku" elak Aera, yang membuat Hyungtae malah semakin penasaran. Jika tidak lebih tua, pasti Aera lebih muda darinya bukan?

"Sekarang kutanya kau lahir di bulan apa?" lihat bukankah ini terlalu jauh, dari pada nanti ribut Hyungtae pilih menjawab "Agustus, kenapa? apa kau berniat untuk memberiku kado lebih awal?" goda Taehyung.

"Ah, percuma aku bertanya sejauh ini. Sebenarnya aku lagi ngapain sih. Sudahlah, aku akan makan sekarang kalau kau menghalangiku lagi untuk makan aku tidak tau akan seberapa mengembang ramyeon ku ini." ramyeon yang awalnya menggoda untuk segera disantap sudah pergi, entah bagaimana berganti dengan makanan mengembang yang tampak seperti balon ini. Meskipun tidak secantik tadi, perut Aera lebih butuh asupan agar tidak memancing asam lambung yang sering menyapanya saat telat makan.

Di tengah-tengah menikmati ramyeon balon yang ternyata rasanya tidak begitu buruk, Aera baru menyadari bahwa Hyungtae hanya memasak satu porsi untuknya saja. Baiklah, mungkin Hyungtae sedang berbaik hati untuk membantu rakyat miskin sepertinya, fakta itu tidak begitu menyedihkan karna secara logika hal itu mungkin benar. Lalu mengapa sekarang Hyungtae belum juga pergi, Aera jadi takut tinggi hati jika memang benar Hyungtae tetap disini hanya untuk menemaninya makan.

"Kenapa kau masih disini?" tanya Aera ragu-ragu sembari mengunyah

"wahh, tidak sopan sekali. Aku sudah masakkan ramyeon untukmu, sekarang malah aku diusir dari dapurku sendiri?" Hyungtae tidak percaya seorang gadis sepertinya sangat tidak tau terimakasih.

"Hei, bukan begitu maksud ku. Kau kan tidak sedang makan, aku jadi tidak enak makan sendirian dan kau hanya melihat ku terus sedari tadi, lagi pula kenapa juga kau hanya masak satu porsi." sekarang ganti Aera yang marah-marah, bukankah tadi Hyungtae yang diusir. Hyungtae jadi teringat kata-kata temannya saat di club daerah busan, mereka bilang perempuan itu selalu benar, kalau memang perempuan sedang salah kembali lagi ke poin satu yaitu perempuan selalu benar dan itu mutlak adanya.

Bagi kalian yang merasa bingung saat membacanya, tidak apa-apa tenang saja kalian tidak sendirian. Author juga bingung dengan istilah yang memusingkan seperti itu.

"Kalau begitu suapi aku. Aaa.." Hyungtae membuka mulutnya lebar-lebar tanpa mendengar persetujuan dari pihak sebelah. "Tidak mau, ini makananku." Aera menarik mangkuk nya sejauh mungkin dari Hyungtae dan mengangkat sumpitnya tinggi-tinggi. "Cepat suapi aku atau aku yang akan menghampiri sumpit itu sendiri dan membuatmu menyesal."

"Dasar pemaksa" meskipun menggerutu pada akhirnya Aera sekali lagi tetap menuruti keinginan seorang Kim Hyungtae.

"Mmm.. enak sekali. Aera, siapa yang memasak ramyeon ini? kenapa rasanya aku sedang memakan makanan dari surga." puji Hyungtae berlebihan. Hal itu sontak membuat Aera ingin memuntahkan seluruh ramyeon yang terlanjur masuk kedalam perutnya.

"Kenapa? kau sedang mengejekku? kau pasti sedang mengutukku kan di dalam pikiran mu." mata tajam Hyungtae mendesak Aera tapi disisi lain pipinya menggembung lucu seperti bayi yang sedang marah.