satu..
dua..
tiga..
Sebuah tangan tiba-tiba menarik tubuh Aera lalu mendaratkan pada kedua kakinya. Posisi Aera duduk menghadap ke tubuh Hyungtae dan saling berhadapan. Aera terkejut bukan main, sehingga berteriak keras memekakan telinga Hyungtae. Padahal niat hati ingin mengejutkan Hyungtae malah dirinya sendiri yang terkejut, dasar Aera.
"Kim turunkan aku!!" Aera meronta ingin segera terlepas dari tangan Hyungtae. Tapi tenaga Hyungtae jelas berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan dengan dirinya. Kedua tangan Hyungtae menahan lengan Aera dan menguncinya hingga badan Aera tidak bisa di gerak kan sama sekali. "Kau mau menjahili ku kan? sekarang aku harus menghukum mu." ujar Hyungtae yang tengah memergoki Aera. "Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi oke? sekarang turunkan aku tuan Kim yang baik hati." Aera yang ketauan seketika nyengir lalu cepat-cepat mengganti ekspresi wajahnya sekelas mungkin supaya mendapat maaf dari pria yang sedang menahannya ini.
"Baiklah karena kau terlihat menyesal aku akan memaafkan mu, tapi aku tidak akan melepaskan mu begitu saja. Panggil aku oppa." Hyungtae tidak bisa menyembunyikan senyumnya, melihat gadis yang berada dalam dekapannya sekarang salah tingkah bahkan pipinya bersemu merah, ingin sekali Hyungtae memegang pipinya namun ia harus menahannya demi kedamaian dunia.
"Kau ini selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan ya. Baiklah oppa, cepat turunkan aku." ucap Aera cepat. Ia tidak ingin menolak permintaan gila itu karena ingin segera dilepaskan. "Dimana ada orang memohon dengan nada galak begitu." Hyungtae masih menggodanya, apakah tidak cukup dengan membuatnya mengucapkan kata m nggelikan seperti itu pada Hyungtae?
"Oppa.. tolong lepaskan tanganku yaa.. lenganku sakit sekali sampai aku ingin menangis." bujuk Aera dengan aegyo yang mematikan yang seketika memunculkan semburat merah juga pada pipi Hyungtae.
Perlahan tangan Hyungtae melepaskan cengkraman nya pada lengan Aera, sebenarnya ia secara tidak sadar melakukan itu karena tubuhnya masih setengah sadar setelah mendengar dan melihat dengan mata kepalanya sendiri Aera bersikap manis padanya. Rasanya dada Hyungtae ingin meledak, tidak kuat ahirnya ia spontan berdiri dan berlagak ingin mengambil air minum di dapur. Aneh sekali padahal biasanya ia hanya cukup menyuruh tuan Park saja, tidak seperti dirinya yang biasa pikir Aera.
"Dasar pria sialan, lengaku jadi sakit. Awas saja kalau dia sudah kembali." Aera mencak-m ndak sendiri. Melihat beberapa kudapan yang di sediakan untuknya ia dengan semangat memakannya, sebenarnya sedari tadi matanya tidak bisa menghiraukan botol berisi cairan merah itu, iya Aera penasaran dengan botol wine yang ada di meja samping nya. Selama ini ia tidak pernah merasakan bagaimana rasa yang ada dalam cairan memabukkan itu, melihat keadaan keuangan nya hal itu sangat mustahil untuk mencobanya barang setetes pun.
Hanya orang kaya yang bisa merasakannya, sebab harga yang di bandrol mahal bukan main. Tangan Aera perlahan mengambil botol itu, ia penasaran sejak tadi setidaknya meskipun belum pernah meminumnya sekarang ia sudah bisa memegang botolnya terlebih dahulu. Kalau dilihiat-lihat sepertinya wine jenis ini sangat mahal hanya untuk kalangan yang benar-benar berada diatasnya.
Kira-kira harga wine ini mungkin bisa untuk membayar kontrakan nya selama bertahun-tahun.
Hembusan nafas besar keluar dari mulut Aera. "Beruntung sekali para konglomerat tidak harus kelabakan mencari uang hanya untuk membayar kontrakan seperti ku, malah bisa membeli minuman seperti ini berulang kali." keluh Aera. Sedari jauh Hyungtae memerhatikan Aera yang sedang berdialog sendiri sambil memutar berulang kali botol yang ada di tangannya.
"Mau mencoba nya sekarang?" tanya Hyungtae tiba-tiba. Aera yang mendengar sangat terkejut hampir saja wine berharga jutaan itu meluncur dari genggaman nya. "Kaget aku. Bisa tidak kau jangan datang tiba-tiba begitu kim. Jantung ku sampai mau copot." Aera mengomeli Hyungtae lagi untuk yang ke sekian kali, sepertinya akan mulai jadi hobi barunya.
"Kau sih asik sendiri dengan pikiran mu, padahal aku sudah memanggilmu berulang kali. Bagaimana mau minum sekarang?" tanya Hyungtae sekali lagi
"Ah tidak, aku tidak ingin meminumnya. Ini kan milikmu, aku tidak berani meminum minuman yang harga nya selangit ini." tolak Aera ragu-ragu.
"Kau pikir aku membawa ini kesini hanya untuk kuminum sendiri?" Aera hanya diam mendengar kan. "Ini ku sediakan untukmu Aera. Mulai sekarang kau harus terbiasa dengan kehidupan mewah. Kau kan hidup dengan seorang Kim Hyungtae." lanjutnya kemudian.
"Baiklah-baiklah aku akan minum ini, kau itu cerewet sekali. Ingin menggantikan sosok ibuku ya?" jawab Aera asal. Padahal kan ia hanya merasa tidak pantas dan juga tidak tega untuk meminumnya. "Gadis pintar. Sekarang mau menonton genre apa? sana kau pilih dulu. Aku akan menuangkan wine ini untukmu." Hyungtae menunjuk box-box yang berjejeran tadi.
"Memilih? jadi isi box ini semua kumpulan film yang kau punya Kim? Luar biasa, apa yang tidak kau miliki sebenarnya. Kenapa kau punya banyak sekali." oceh Aera tidak mengharapkan balasan dari pria disamping nya sebab tubuhnya sedang berfokus untuk memilih film apa yang hendak mereka tonton. "Kalau kau suka genre yang seperti apa Kim?" tanya Aera tanpa menoleh pada pribadi yang ia tanya.
"Sebenarnya tidak ada genre yang aku suka secara spesifik, tapi kalau kau mau aku menyarankan horor." ucap Hyungtae santai, ia penasaran dengan jawaban Aera berikutnya. Apakah Aera setuju untuk memilih horor atau tidak.
"Yasudah ini saja." tangan kanan Aera mengangkat satu kaset bergenre horor.
"Kau yakin?" tanya Hyungtae.
"Tidak terlalu yakin sih, tapi karena sudah lama tidak menonton film, aku jadi bingung untuk memilih. Apa lagi banyak sekali pilihan yang ada." jelas Aera kemudian memberikan kaset yang ia pilih tadi pada Hyungtae.
Cepat setelah lima menit film segera dimulai, dan dimeja sebelah Aera sudah tersedia segelas wine yang tadi Hyungtae siapkan untuk nya.
"Wah sudah mulai, aku jadi ingin makan pop corn." ucap Aera asal. tak lama kemudian tuan Park menghampiri Aera dan memberikan satu wadah pop corn jumbo rasa keju padanya. "Silahkan nona pop corn anda." tuan Park menyerah kan pop corn itu dengan ramah.
"Wahh terimakasih tuan Park, kau memang yang terbaik." Aera tersenyum manis lalu memberi wink dengan satu matanya pada tuan Park.
"Hei apa yang kau lakukan. Menurut mu siapa yang memesankan pop corn itu untukmu. Kenapa kau malah genit padanya?" Hyungtae kesal niat baiknya dicuri oleh tuan Park. Dasar pria tua itu mengambil kesempatan darinya.
"Benarkah? tapi kan yang menyiapkan dan mengambil kan tetap tuan Park." ujar Aera, lalu tersenyum lagi pada tuan Park.
"Tuan Park cepat keluar, jangan ada orang yang masuk lagi setelah ini." ujar Hyungtae kesal, pada ahirnya ia jadi mengusir tuan Park. "Jangan terlalu keras Kim, temperamen mu pada pelayan sangatlah buruk."
"Biarkan saja, kenapa kau ikut campur? mereka pelayan ku."