Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 2 - 2. Pria aneh

Chapter 2 - 2. Pria aneh

Aera melihat sebuah kotak pandora tengah terbuka. Kotak itu mengeluarkan sinar yang sangat terang sampai-sampai membuat silau mata Aera. Rasa penasaran menariknya untuk melihat lebih dekat.

Kakinya bergerak perlahan, langkah demi langkah kaki Aera mantap mendekat ke kotak tersebut.

Aera merasa aura yang dikeluarkan sang kotak sangatlah kuat hingga menarik perhatiannya, bagai dahaga di tengah padang pasir ia dibuat gemas karena semakin kakinya mendekat maka kotak itu semakin menjauh, rasa penasaran terus meracuni pikirannya agar terus mengejar dan meraihnya sampai dapat.

Hingga beberapa langkah kemudian Aera mulai merasa lelah dan berakhir menyerah untuk mengejar. Ia merelakan kotak pandoranya menjauh begitu saja. Sekeras apapun Aera berusaha mengejar, si kotak tetap saja tidak berada dalam jangkauannya.

Tepat lima detik kemudian. Setelah aera menyerah, malah dengan santainya kotak itu perlahan-lahan menghampirinya.

Seketika itu, muncul lah sebuah benda asing yang samar-samar terlihat. Tangan Aera spontan terulur bermaksud meraih benda asing itu.

Belum sempat tangannya menyentuh benda itu, tiba-tiba terdengar sebuah suara mengganggu pendengarannya, tapi Aera memilih untuk menghiraukan suara itu "Tetap fokus dan segera ambil benda itu Aera." ia meyakinkan diri sendiri.

"Kau sudah bangun? " suara deep yang begitu merdu menyadarkan Aera. Matanya terbuka perlahan. Kepalanya berat dan teramat pusing.

Aera masih berusaha mengumpulkan seluruh kesadaran, tangannya memegang kening yang tengah berkerut keriput karena rasa pusing yang menyerangnya.

Terlihat sosok pria tampan tengah bersender di meja sebelah ranjang. Kaki yang jenjang dan dada yang bidang, sungguh proporsi tubuh yang sempurna. Coba perhatikan rahang tajamnya yang begitu menawan, menakutkan sekaligus menggoda.

"Oh tidak, apakah sudah saatnya aku bertemu malaikat maut?" tanya Aera dalam hati.

"Kau benar-benar sudah bangun sekarang?" suara pria itu kembali menyadarkan Aera, sesadar-sadarnya. Membuat Aera yakin bahwa dirinya masih hidup. Jadi pria ini bukan malaikat, melainkan manusia seperti dirinya?

"Apa yang terjadi? kenapa aku bisa berada disini?" jedanya sembari mendongak, matanya memicing menusuk pria dihadapannya.

"Bajuku.. dimana bajuku, siapa yang memakaikan baju ini padaku?"

Aera panik, sontak mengangkat kedua tangannya menutupi dada.

Disisi lain, sebenarnya Aera lumayan menyukai pakaian yang sedang ia dipakai. Dress warna kuning muda berhias manik-manik kecil di perpotongan lengan dan dada, membuatnya terlihat manis.

Sangat nyaman dipakai namun terlalu sungkan karena selama hidupnya ia belum pernah memakai baju secantik ini.

"Kau mengalami kecelakaan, parah sekali." Hyungtae berusaha terlihat seserius mungkin.

Kalian menginginkan respon seperti apalagi dari Aera, tentu saja ia sangat terkejut. Bola matanya melotot hampir melompat dari tempatnya.

Hyungtae sebisa mungkin menahan tawanya, mukanya dibuat terlihat cool seperti khasnya Kim Hyungtae.

"Perihal baju, kau tenang saja. Bibi Lee asisten dirumah ini, yang membantu mengganti bajumu. Meskipun, kau mungkin berharap aku yang menggantinya." jelas Hyungtae dengan rasa percaya diri yang tinggi mengalahkan tingginya menara Burj khalifa, membuat Aera ingin sekali memukul perut Hyungtae sekeras-kerasnya.

"Kakimu terluka." jeda Hyungtae

"Ah, tidak-tidak. Kakimu lumpuh. kau akan bagaimana sekarang? " tanyanya begitu serius, sepertinya ia harus ikut seleksi casting drama setelah ini.

Mendengar pernyataan Hyungtae, Aera spontan membuka selimut yang menutupi seluruh badannya,

kewarasannya sedang di uji sekarang. Bibirnya yang bergetar berusaha menimpali ucapan Hyungtae.

"Ba-bagaimana mungkin, ss semalam aku masih bisa berlarian keliling kota.. huaaa. "

Dengan tangan gemetar ia membantu kakinya bergerak, takut-takut ia memberanikan diri mengecek keadaan kaki kesayangannya.

Dan.. Bergerak..

Hei kakiku bisa digerakkan..

Aera berdiri diatas ranjang putih yang ia tiduri tadi. Lompat kanan, lompat kiri, berputar. Dengan gembira ia menggerakkan tubuhnya sesuka hati sampai lupa bahwa didepannya ada seorang pria yang tengah menyaksikan kehebohannya.

Sebentar..

Aera tidak merasakan sakit di kakinya, juga dibagian tubuhnya yang lain. Ia harusnya benar-benar lega sekarang, karena organ tubuhnya lengkap tanpa merasa sakit sedikitpun.

"JADI, KAU MENIPUKU YAA!!" Teriakan Aera sangat memekakan telinga, keras sekali bisa-bisa membangunkan bayi tetangga yang sedang tertidur pulas.

Hyungtae ingin berlagak akting lagi, namun ia tak kuasa menahan tawanya melihat reaksi gadis ini.

"Dasar penipu!!" Teriak Aera kesal.

"Apa? kau masih berani tertawa setelah membuat orang lain berada dalam ambang keterpurukan? "

Bantal pun melayang meninju muka tampan Hyungtae yang tidak memiliki kesempatan untuk menghindar.

Bisa-bisanya dia bercanda mengenai hal yang tidak lucu seperti ini. demi susu pisang yang sedang ada diskon di minimarket, Aera benar-benar membenci pria ini.

"Hei hei, tenanglah dulu kau jangan mengamuk begitu" suara Hyungtae terdengar berat dan gelagapan.

"Kemarilah, kau mau menggodaku ya berdiri atas diranjang terus-menerus?"

Perlahan Aera kembali duduk. Tanpa sadar ia menuruti ucapan pria didepannya, padahal niat awal ingin menghabisi muka sok tampannya itu kenapa malah dengan mudahnya menuruti ucapannya.

"Sekarang kau harus minta maaf padaku" itu suara Hyungtae.

"Hah, apa kau gila kenapa juga aku harus minta maaf setelah semua kejadian yang menimpaku" bibir Aera mencebik sambil memutar bola matanya kearah lain. Geram sekali rasanya, setelah menipu ia bahkan tidak tau diri menyuruh Aera meminta maaf.

'Sial, kenapa menggemaskan sekali' ucap Hyungtae dalam hati.

"Baiklah, lalu siapa yang akan bertanggung jawab betapa shocknya aku semalam? Sekarang, keadaan jantungku bisa saja sedang tidak aman."

Aera terdiam tak percaya akan apa yang ia dengar barusan, bukankah ia yang jadi korban disini?

"Kenapa kau tadi malam berada di tengah jalan? kau pasti sengaja kan agar pria seperti ku tertipu oleh rencanamu."

Oh Tuhan apalagi ini, memangnya dia pria seperti apa, lalu untuk apa juga aku melakukan hal bodoh semacam itu.

Hufft, sungguh melelahkan. Berhadapan dengan orang aneh sepertinya benar-benar menguji kewarasan.

"Terserah saja padamu tuan, kalau kau mau aku minta maaf baiklah aku akan minta maaf. sekarang aku mau pulang" pasrah nya sambil mencari dimana letak pintu ruangan ini.

"Tidak bisa, kau tidak bisa pergi begitu saja setelah semua kejadian ini" tahan Hyungtae, tangannya terlipat didepan dada dengan mimik yang di angkuh-angkuhkan.

"Yaampun tuan, kenapa kau rumit sekali. aku tidak tau salahku dimana. Kau menyuruhku meminta maaf, aku minta maaf. Sekarang aku mau pergi pun masih tidak boleh? " percayalah Aera mengucapkannya tanpa jeda nafas sedikitpun, sekarang kepalanya kembali pusing karena ucapan konyol pria dihadapannya ini.

'Baik, ku tarik kembali pujian-pujian yang pernah ku lontarkan dalam hati bahwa ia sangat tampan. Tidak, sedikit tampan. Dan proporsi tubuhnya yang bagus. Ku tarik semuanya, karena semua telah tertutup oleh sikap anehnya itu.

Aku harus segera pergi dari sini, atau aku akan benar-benar gila setelah ini.'

Hyungtae diam, dan pergi begitu saja meninggalkan Aera sendirian didalam kamar.

'lihat, kenapa jadi aku yang ditinggal pergi. Harusnya aku yang langsung pergi dari sini dengan keren kan?'

Sudahlah, Aera tak mau bergelut lagi dengan pikirannya sendiri. Syukurlah ia selamat dan tidak mengalami kecelakaan seperti yang pria itu katakan tadi.

Mata Aera melihat sekeliling kamar, tidak sadar bahwa sedari tadi ia berada di ruangan yang sangat mewah.

Ruangan nya didominasi oleh warna putih dan silver, membuat kamar ini terlihat elegan namun nyaman secara bersamaan.

Lemari-lemari besar berjejer rapih yang entah terdapat barang apa saja didalamnya, atap kamarnya berwarna putih dengan lampu besar di tengah dan beberapa lampu kecil sebagai pemanis disekitarnya. Dan lagi lantai tempat Aera menapakkan kaki terbuat dari marmer berwarna silver membuat ruangan tampak minimalis dan mahal.

Di dekat pintu ada sebuah guci yang sangat besar berwarna hijau muda, berkilau dan terlihat sangat berkelas. Pasti gaji Aera selama setahunpun tidak cukup untuk membeli guci itu.

Aera heran dengan hobi orang-orang kaya, kenapa mereka harus membeli barang-barang mahal yang hanya akan berakhir menjadi pajangan. Membuat jiwa kemiskinan Aera meronta-ronta saja.

Ada satu benda lagi yang menarik perhatian Aera, yaitu lukisan Abstrak yang didominasi oleh warna biru dan kuning. Cocok sekali dengan kepribadian pemiliknya yang juga sama-sama Abstrak. Terlihat ada beberapa tulisan kecil dipojok kanan bawah lukisan, namun telah sedikit memudar. Pasti usia lukisan ini sudah sangat tua melebihi usianya.

Tangan Aera terulur ingin menyentuh lukisan. Tiba tiba terdengar suara lelaki paruh baya mengagetkan Aera, membuat tangannya urung bergerak.

"Nona, kata Tuan Kim Hyungtae kau belum sarapan. Silahkan, biar saya mengantar anda ke ruang makan"

itu suara tuan park, ketua pelayan dirumah besar ini.

"Ah, iya terimakasih." jawab Aera sopan.

Lalu Aera pun mengikuti tuan park dari arah belakang.

'Jadi nama pria itu Kim Hyungtae, dari segi nama lumayan juga. Tapi sifat bodohnya tetap saja tidak tertolong'

••

Bukan main, kenapa rumah ini memiliki banyak sekali ruangan. Apakah tidak ada kasus orang tersesat didalam rumah sebesar ini. Sebenarnya ini lebih terlihat seperti istana dibandingkan rumah. Benar, istana modern. Karena gaya dan seluruh perabotan yang ada disini sangatlah modern dan berkelas. Entah mengapa membuat Aera merasa kecil berlama-lama dirumah ini.

"Kenapa bengong? cepat duduk. Disini dilarang membayangkan hal seperti itu" Hyungtae yang sedari tadi menunggu Aera duduk, entah yang ditunggu malah melamun memikirkan apa.

"Aduh kagett, jangan tiba tiba bersuara seperti itu Kim. memangnya aku membayangkan apa? simpan sendiri pikiranmu itu jangan menuduh yang bukan-bukan." bicara dengan begitu arogan tapi menurut saja saat disuruh duduk.

"Memangnya apalagi yang ada dipikiranmu, pasti pria tampan sepertiku sedang berlarian di otak kecilmu itu."

goda Hyungtae, rasanya senang sekali mempermainkan gadis ini. semakin Aera kesal maka semakin lucu dimata Hyungtae.

tukk..

"Aw, apa yang kau lakukan?"