Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 8 - 8. Piyama Couple

Chapter 8 - 8. Piyama Couple

"Aku kan sedang memuji masakanmu, haruskah sikapmu sekasar itu ra. Yasudah kalau tidak mau tinggal bilang saja. Tidak usah sampai memukul segala." Ujar Hyungtae, wajahnya dimelas-melas kan. Sambil memandangi mangkuk nya yang sudah bersih tak tersisa satu butir nasi pun. Aera samapai berpikir Hyungtae telah mencuci bersih mangkuk nya tanpa sepengetahuan Aera tadi.

"Sekarang kita harus siap-siap, aku akan suruh pelayan menyiapkan semuanya." Hyungtae berdiri lalu menghampiri tuan Park, memberitahunya agar pelayan segera menyiapkan yang Hyungtae minta sebelumnya.

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi."

"Kau mau mengajakku kau mana Kim? kenapa aku tidak tau apapun?" Aera heran karena tuan Park juga tidak memberitahu apapun padanya. "Sudahlah kau duduk saja, kita tidak akan pergi ke mana-mana, kenapa muka mu panik begitu." Hyungtae mencoba menenangkan Aera yang terlihat seperti orang hilang sekarang. "Baiklah, awas saja kalau sampai macam-macam." ancam Aera, sekarang ia jadi was-was memikirkan apa yang Hyungtae ingin lakukan.

Aera diajak masuk ke kamar Hyungtae, pria itu sudah berjanji akan menjaga sikapnya, jadi Aera mencoba percaya dan mengikutinya dari belakang. Ia juga penasaran sebenarnya apa yang sudah Hyungtae siapkan untuk nya.

Tadi Hyungtae bilang ingin menunjukkan sesuatu padanya.

Saat pertama kali menginjak kan kaki ke dalam kamar Hyungtae, pandangannya langsung menuju ke layar lebar berwarna putih tepat di depan kasur menempel pada dinding kamar. Lalu ada sekitar 4 box besar berjejer yang membuat Aera penasaran barang apa kira-kira yang tersembunyi di dalamnya. Bukan hanya itu, ada sepasang bean bag ukuran jumbo disana, sebuah sofa yang menyerupai bantalan besar berisi styrofoam pasti nyaman sekali ketika diduduki, bean tersebut berwarna coklat muda bersanding manis tepat di pertengahan antara ranjang dan box-box misterius tadi.

"Untuk apa kau memasang layar lebar seperti ini Kim?" tanya Aera penasaran, ia tau bahwa layar lebar berguna untuk menonton film namun yang ia bingung kan kenapa sekarang terbuka lebar begitu padahal Hyungtae tidak sedang menonton film. Tunggu...

"Kau mau mengajakku menonton film?"

"Benar sekali, aku dengar kau ingin sekali pergi ke bioskop seperti kebanyakan remaja-remaja lain. Tapi karena di tuntut pekerjaan kau tidak bisa melakukan nya."

Hyungtae mendapat berita itu dari tuan Park, setelah mendengar hal itu Hyungtae langsung sigap menyuruh tuan Park untuk menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk menonton film layaknya di bioskop.

'Ah, dasar tuan Park, kenapa mulutnya ember sekali' ujar Aera dalam hati.

Antara kesal dan bahagia yang tengah Aera rasakan saat ini. Pasalnya ia bukan sosok gadis yang suka di kasihani, namun juga bahagia karena masih ada seseorang yang peduli jika dirinya menginginkan sesuatu. "Jadi kau menyiapkan semua ini hanya karena aku ingin nonton film?" Aera cukup takjub, sepertinya ia sedang menang lotre sekarang. Selama ini ia hanya bisa memendam ketika menginginkan suatu hal. Tentu saja ia pernah pergi ke bioskop namun itu sudah lama sekali sejak dua atau tiga tahun lalu, ketika ia masih tingga di rumah orang tuanya. Dan sekarang ia sudah tidak memiliki waktu untuk menyenangkan diri sendiri sebab jadwal kerja patuh waktunya yang padat.

Aera menggarap tiga pekerjaan paruh waktu dalam sehari, pagi, sore, dan malam. Ia sudah sangat bekerja keras demi menghiduoi dirinya sendiri, namun tampaknya kerja keras Aera tidak terlalu membuahkan hasil. Apa yang bisa ia harapkan dari gaji kecilnya itu, pasti hanya cukup untuk membayar uang sewa, makan sehari-hari dan kebutuhan lainnya. Terkadang jika masih sisa, ia akan menyimpan uangnya sehingga bisa ia tabung untuk kehidupannya dimasa depan maupun untuk biaya darurat.

"Tentu saja, apa yang tidak bisa kulakukan untukmu? mulai sekarang kau tidak boleh memendam keinginan mu seperti itu lagi, karena aku akan selalu mengabulkannya untuk mu." Hibur Hyungtae, ia tidak tau persis bagaimana perasaan Aera sebab ia tidak pernah merasa kekurangan dalam hal materi, tapi yang ia tau Aera membutuhkannya.

"Kenapa? kenapa kau mau mengabulkan semua keinginan ku? bukankah aku yang dari kemarin kau suruh-suruh layaknya pelayan?" jawab Aera bercanda. Ia tidak munafik, mendengar perkataan Hyungtae barusan membuat hatinya sedikit menghangat. "Sudah tidak usah dibahas lagi, sekarang kau pilih mana yang kau suka." Hyungtae mengarahkan perhatian Aera pada tiga pelayan yang masing-masing tengah mem gang baju piyama.

"Kau menyuruh ku mengenakan ini?" tanya Aera ingin memastikan, rasanya aneh ditawari bebarapa piyama oleh seorang pria seperti ini, terlebih mereka sekarang berada di dalam kamar Hyungtae. "Iya, cepat pilih. Sebelum aku yang memilih kan untukmu." desak Hyungtae dengan wajah tengilnya sambil alis kanan nya ia gerak-gerak kan keatas dan kebawah.

Hal itu sontak membuat Aera fokus dan segera memilih mana yang akan ia kenakan setelah ini. Pasalnya mata Hyungtae sudah mengarah ke dress piyama yang hanya sepanjang paha, dengan atasan yang terbuka. Bukankah konyol jika Aera akan memakainya malam ini, terlebih di depan Hyungtae.

"Yang iniii." pilih Aera cepat. Tangannya langsung mengambil piyama yang dipegang oleh pelayan nomer dua, pilihan Aera jatuh pada piyama kotak-kotak berwarna putih dan kuning yang tampak cozy dan manis secara bersamaan. "Benar yang itu? tidak mau memikirkan nya lagi?" ucap Hyungtae dengan nada yang masih terdengar menggoda, lebih tepatnya mengejek Aera.

"Bisa tidak mulut mu jangan banyak bicara lagi, aku akan ganti pakaianku dulu kalau begitu." entah keberanian dari mana Aera menutup mulut Hyungtae dengan tangan kanannya, dengan piyama berada di tangan kirinya. Karena shock Hyungtae hanya bisa terdiam dan membiarkan Aera pergi begitu saja.

Pintu kamar mandi Hyungtae dibukanya perlahan, sebenarnya ia sendiri yang memilih untuk berganti baju dikamar Hyungtae, tapi ia tidak menyangka akan segugup ini. Kamar mandi nya pun terlihat sangat mewah, lebih mewah dari rumah Aera dan itu membuat nya mengingat lagi posisi dirinya hanya sebatas penumpang dirumah ini.

Di tempat lain Hyungtae sedang berusaha menghentikan degupan jantung nya yang tidak karuan, kejadian tadi adalah pertama Aera menyentuh Hyungtae. Selama ini hanya Hyungtae yang menarik-narik tangan Aera, lalu menyadari ternyata akan sejauh ini perbedaan siapa yang memegang terlebih dahulu. Hyungtae jadi berfikir bagaimana yang dirasakan hati Aera saat Hyungtae dengan mudahnya memegang tangannya sesuka hati, apakah sama dengan yang Hyungtae rasakan?

"Kim aku sudah selesai, kita mau menonton apa?" teriak Aera saat kembali dari kamar mandi. Tak disangka yang ia ajak bicara mengenakan piyama yang sama dengan yang ia pakai, jadi bisa dikatakan mereka memakai piyama couple untuk menonton bioskop pribadi.

Aera memperhatikan pribadi yang tanpa berdiskusi tiba-tiba memakai piyama sama dengan nya sedang duduk santai di atas bean bag dengan menyilang kan kedua kakinya. Pandangan nya kosong, terlihat sedang melamun.

Perlahan Aera mendekat tanpa membuat kakinya bersuara. Hingga berada satu meter dari samping Aera mengambil ancang-ancang untuk mengagetkan Hyungtae yang sedang melamun.

satu..

dua..

tiga..