Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 5 - 5. Tanggung jawab

Chapter 5 - 5. Tanggung jawab

"Kau pasti sedang mengutukku kan didalam pikiran mu."

"Iya, benar sekali. Untungnya kau bisa menyadari hal itu dengan cepat, jadi kedepannya aku tidak perlu menyembunyikan nya lagi didalam fikiran ku." ceplos Aera santai.

"Kenapa mulutmu enteng sekali bicara seperti itu. Kau pikir sedang berada di wilayah siapa? aku tidak akan memudahkan mu lagi."

"Benar, mari kita bicarakan hal ini sekarang. Kapan aku bisa keluar dari rumah ini Kim?" Aera baru ingat kalimat yang sudah ia lafalkan sedari pagi tadi, karena saking penasaran nya kenapa ia harus terjebak didalam rumah seorang pria yang bahkan belum pernah ia kenal sebelum nya, terlepas dari kejadian kecelakaan mereka.

"Kenapa ingin cepat-cepat pergi dari sini? kau kan belum bertanggung jawab padaku." Hyungtae tidak tau, kenapa ia ingin sekali menahan gadis ini dirumahnya. Agaknya ia sendiri kebingungan melebihi bingungnya Aera.

"Maka cepat sebutkan hal apa yang harus kulakukan untukmu Kim Hyungtae-shi.. jangan berputar-putar terus, aku capek mendengar jawabanmu yang tidak pasti." ujar Aera gemas, karena Hyungtae tidak segera memberinya kejelasan. Kalau begini terus bisa-bisa selamanya ia harus tinggal dirumah Hyungtae. Tanpa sadar Aera telah menghabiskan seluruh isi mangkuknya hingga tak tersisa barang setetespun kuah ramyeon. Sebenarnya Aera masih lapar, tapi lebih baik menahan diri untuk tidak menanggapi lebih jauh rontaan nafsu makannya.

Hyungtae yang tengah mendapat omelan dari Aera hanya terdiam sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Berlagak seperti sedang berpikir keras untuk menanggapi pertanyaan Aera. Lama, lama sekali ia berfikir hingga Aera melayangkan sendok ramyeon nya ke kepala Hyungtae. Aneh rasanya seperti Dejavu pikir Hyungtae.

"Aw, kenapa kau suka sekali memukul orang?? buang kebiasaan buruk mu itu. Dasar gadis jahat." Hyungtae meringis sembari menggosok-gosok titik dimana kepalanya terpukul.

"Ini seperti kekerasan dalam rumah tangga, aku bisa melaporkan mu." ancam Hyungtae. Yang diancam malah semakin mengeluarkan sungutnya, asap seperti keluar dari kedua sisi telinganya. Hyungtae benar-benar membangunkan banteng yang sedang tidur. "Jangan mengalihkan pembicaraan, cepat jawab aku harus apa Kim agar aku bisa segera pergi dari sini. Aku tidak tahan lagi berurusan dengan pria seperti mu."

"Bukankah kata-kata mu itu berlebihan, kau berkata begitu seperti aku orang paling jahat di dunia saja. Tidak lupa kan aku yang memasakkan makanan untukmu barusan? siapa yang bisa mendapatkan hal mulia dengan gratis seperti ini dariku?" cerocos Hyungtae tidak Terima, ia merasa seperti dituduh sebagai tersangka kejahatan sekarang.

"Baiklah aku ralat, anggap saja aku tidak berkata hal lain selain apa yang harus kulakukan." Aera setuju tentang ramyeon, ia mungkin tidak berani kedapur untuk mencari makanan dirumah orang asing dan akan berakhir sakit lambung besok.

"Bagus, aku juga sudah menemukan ide tentang apa yang harus kau lakukan untukku."

jawab Hyungtae.

"Apa? cepat katakan, aku akan berusaha melakukan apapun yang kau inginkan." Aera bersemangat, inilah saat-saat yang ditunggu setelah menghabiskan banyak waktu hanya untuk beradu argumen yang tidak penting dengan Hyungtae. "Kau harus menemaniku kemanapun aku pergi, entah itu kerja maupun aku sedang ada acara diluar." ucap Hyungtae santai.

"Itu saja? hanya menemani? aku tidak harus melakukan apapun?" tanya Aera penasaran, ia tidak mengerti mengapa ia harus menemani Hyungtae kemanapun. "Iya itu saja, memangnya kau ingin melakukan apa lagi?" goda Hyungtae wajahnya benar-benar seperti ahjussi mesum yang pernah Aera temui saat kerja paruh waktu di restoran samgyeopsal milik bibi minhye. "Sepertinya kau juga harus membuang kebiasaan buruk mu yang mesum itu Kim." sarkas Aera matanya berputar 45 derajat kearah lain.

"Jadi bagaimana kau setuju tidak? sebenarnya aku tidak butuh persetujuan mu, kau juga bilang akan melakukan apapun yang kuinginkan." jeda Hyungtae lalu melanjutkan kalimat nya "Kau tidak mengantuk? ini masih tengah malam, sebaiknya kau kembali tidur aku akan kembali ke kamarku."

"Sebenarnya aku belum ngantuk lagi, mungkin karna efek terbangun jadi susah untuk tidur kembali. Kalau begitu kau kembalilah ke kamarmu." mata Aera sangat lebar sekarang tidak menunjukkan rasa kantuk sama sekali, karena sekarang masih jam 01.30 Aera bingung bagaimana ia harus menghabiskan waktu sampai kembali mengantuk. Sebenarnya ada satu hal dalam kepala Aera yang ingin ditanyakan pada Hyungtae "Eum.. Kim apa kau tidak mempunyai pencuci mulut? seperti es krim misalnya." ahirnya Aera mengatakan hal mengganjal dalam kepalanya.

"Tentu saja ada, tapi bukankah para gadis cenderung mempertimbangkan hal-hal seperti jangan makan tengah malam atau jika memang mendesak makan sedikit saja." tentu saja apapun tersedia dirumah Hyungtae, apalagi perihal makanan. Disini sudah seperti super market pribadi milik Kim Hyungtae karena selain kekayaannya yang seperti tidak akan pernah habis mengingat ia merupakan seorang CEO muda nan hebat di korea, tuan Park asisten Hyungtae selalu mengordinir para pelayan agar selalu menyediakan bahan-bahan makanan secara lengkap tak terkecuali kudapan ataupun makanan pencuci mulut.

"Tapi sayangnya aku bukan termasuk golongan dari mereka, apapun yang ingin kumakan selagi ada pasti kumakan. Berat badanku juga tidak mudah naik. Yaa.. syukurlah setidaknya aku tidak perlu pusing memikirkan hal lain selain menghasilkan uang." jelas Aera, mendengar ucapan gadis ini membuat Hyungtae semakin ingin mengenalnya. Sepertinya Aera memiliki pesona yang bisa membuat pria kaya sepertinya ingin mengetahui lebih dalam tentang hidup Aera.

Sangat jarang bagi Hyungtae merasakan perasaan seperti sekarang ini, sudah lama sekali rasanya ia tidak merasakan gelenyir aneh didalam tubuhnya. Gawat, pertanda apa ini, apa yang telah gadis ini lakukan padanya. Sepertinya akan ada hal lain, yang membuat gadis ini harus bertanggung jawab lagi terhadap Hyungtae.

"Bagus, aku lebih suka gadis yang suka makan. Ayo ikut aku, akan kutunjukkan seperti apa surga makanan itu." Hyungtae menggandeng tangan Aera dan diajaknya kearah samping dapur, ternyata disana terselip pintu yang tertutup tirai berwarna biru. Jika Hyungtae tidak mengajaknya kesana kemungkinan besar Aera tidak akan menyadari bahwa di belakang dapur terdapat ruangan yang benar-benar tidak Aera duga.

Ternyata didunia ini ada tempat menakjubkan seperti ini, segala macam kudapan berjejer rapih di rak sebelah kanan, dan di rak sebelah kiri ada bermacam-macam minuman yang beberapa belum pernah Aera temui. Ruangan ini lebih besar dari minimarket tempat Aera biasa membeli gimbap. Di disudut ruangan sebuah kulkas besar seakan memanggil jiwa Aera yang menampakkan sejejer es krim dari berbagai merk dan berbagai rasa.

"Wah, kau yakin tidak sedang mengajakku ke supermarket Kim? kenapa banyak sekali makanan disini." teriak Aera kagum, padahal niat hati tidak ingin makan lebih banyak, makanya berlagak mencari es krim, juga karna ia masih sedikit memiliki sungkan pada Hyungtae. Tapi lihat keajaiban apa yang sedang Hyungtae tunjukkan padanya, bukankah itu artinya Aera boleh makan beberapa ronde lagi?