Hembusan angin dari luar jendela terasa sejuk menerobos masuk, mensterilkan udara dalam kamar Aera. Cahaya matahari menyilaukan mata, membuat sang pemilik kamar pun tersadar dari mimpinya, matanya berkedip berulang kali untuk berusaha terbuka. Aera ahirnya telah sadar sepenuhnya dan mulai meregangkan bagian-bagian tubuhnya agar lebih rileks, dengan bantuan sofa cantik berwarna ungu muda kaki kirinya ia gantungkan keatas lalu bergantian dengan kaki satunya lagi.
Tidak heran, mengapa Aera bisa mendapatkan tubuh yang ideal. Ia sangat rajin olahraga, tidak selalu olahraga yang berat-berat. Hanya beberapa latihan ringan didalam kamarnya secara rutin. Hal ini sudah menjadi kebiasaan nya sedari ia remaja, alhasil Aera bisa memiliki tubuh ideal yang di idam-idam kan oleh para wanita.
Kakinya yang jenjang dan juga langsing, dan area sekitar perut hampir tidak memiliki lemak jahat. Tingginya juga lumayan seratus enam puluh tujuh cm, tidak terlalu tinggi namun juga tidak pendek.
Meskipun ia kalah dalam hal finansial tapi kalau masalah fisik bolehlah di adu. Ketika ia masih duduk di bangku sekolah tak jarang ia mendapatkan hadiah dari senior laki-laki, maupun teman sebayanya. Saat waktunya makan siang di kantin, ia sering mendapatkan yoghurt atau susu pisang sekitar tiga atau empat buah. Ia digadang gadang menjadi siswa tercantik di sekolahnya saat SMA dan tentunya banyak siswi perempuan yang iri padanya sehingga tidak jarang ia mendapat sindiran atau bahkan teror dari senior perempuan disana.
Jadi, bisa dikatakan ia sudah tahan banting jika harus menghadapi bullying perihal percintaan. Ia biasa membalikkan kata-kata sang tersangka, saat dibully ia akan bertanya 'Memangnya aku pernah tebar pesona pada laki-laki yang kau sukai itu?' atau 'Kau siapanya sampai meluangkan waktu untuk melabrak ku, kau saja tidak pernah mengungkapkan perasaanmu kalau kau menyukai nya' kalimat semacam itulah kira-kira, dan itu memang berhasil untuk membungkam para gadis yang merasa sok berkuasa tapi menyedihkan sebab tidak diakui oleh crush nya.
••
"Selamat pagi ra." suara Hyungtae mengagetkan Aera yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kali ini menunya sederhana yang memang khas untuk sarapan pada umumnya, yaitu roti bakar sosis dan juga telur dadar favorit Aera. "Selamat pagi Kim, kau jangan disini pergi duduk sana." balas Aera, Hyungtae selalu saja merusuhi Aera saat sedang di dapur. Jadi ingat pertama kali Hyungtae melihat Aera didapur ia lari sempoyongan sebab takut Aera terluka oleh pisau atau benda panas seperti wajan dan juga panci.
"Tidak mau, aku ingin melihat mu menyiapkan sarapan untukku." Hyungtae mengeluarkan sifat manjanya lagi, ia hanya begini pada Aera saja. Tuan Park pernah bilang bahwa Hyungtae tidak kasar dan sebenarnya ia juga memiliki hati yang hangat dan selama ini sifat hangatnya hanya ia tunjukkan ketika bertemu anak kecil. Namun sekarang berbeda, bertambah satu lagi sifat yang telah Hyungtae sembunyikan sedari lahir sebab sebelumnya belum pernah ada yang melihatnya bertingkah seperti ini. Tidak di duga Hyungtae memiliki sifat manja.
Bahkan pada ibunya ia tidak pernah semanja ketika sedang bersama Aera. Memang benar kata orang Human is change. Manusia bisa berubah karena berbagai macam alasan, dan Hyungtae berubah karena seorang gadis. Fakta ini sangat menarik, karena selama ini Hyungtae berkencan hanya untuk bersenang-senang dan tidak pernah benar-benar menggunakan perasaannya. Mungkin karena ia sudah hafal, para gadis yang mendekati nya hanya mengincar hartanya meskipun beberapa memang terpesona oleh ketampanan dirinya.
Namun siapakah yang tidak tergiur untuk menyicipi kehidupan mewah dari seorang Kim Hyungtae, seorang CEO muda nan terkenal kaya raya. Semua gadis yang pernah berkencan dengannya tidak pernah bertahan lebih dari dua minggu sebab Hyungtae sendiri yang merencanakan. Ketika hubungan mereka menjelang hampir dua minggu Hyungtae pasti akan memberi penawaran 'putus denganku lalu kuberikan sebuah mobil atau tetap bersama tapi sama sekali tidak diberi uang sepeserpun'
Begitulah kira-kira cara Hyungtae membasmi orang bermata duitan dihidupnya. Sebenarnya ia muak dengan gadis-gadis seperti itu, namun kembali lagi niatnya berkencan hanya untuk bersenang-senang. Ia sudah sibuk bekerja maka tidak ada salahnya mengencani beberapa gadis untuk menjadi hiburannya.
••
"Lihatkan kau tetap ingin memasak meskipun tidak kuminta, aku tau kau itu baik ra." ucap Hyungtae sembari mengambil saus untuk sosisnya. "Baiklah aku kalah, tapi aku masak juga bukan sepenuhnya karenamu. Aku hanya terbiasa memasak sarapan ku sendiri, jadi jangan terlalu tinggi hati." jelas Aera, ia kemarin sudah memantapkan hati untuk jangan terlihat mudah dihadapan Hyungtae, ia harus pintar menjaga sikap. "Iyaa iyaa, lagipula aku bilang kau baik kan, jadi niatku membahas ini karena semata-mata hanya untuk memujimu."
Aera diam, tidak ingin menimpali lebih jauh. Ia memilih untuk diam sepanjang sarapan, alhasil Hyungtae juga tidak mengajaknya makan dan fokus saja pada sarapannya. Setelah hari yang mendebarkan kemarin sepertinya hari ini lebih senyap tidak ada cerita menarik dari mereka berdua.
Kim Hyungtae yang memiliki jadwal padat sibuk memfokuskan diri pada pekerjaan dan meeting sana sini, sampai ia tidak sadar bahwa Aera sedang menjaga sikapnya. Hal itu membuat Aera kesal sendiri, padahal dia yang ingin menjaga jarak tapi malah Hyungtae sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu dan tetap bekerja seperti biasanya.
Sekarang mereka sedang berada di ruangan Hyungtae, yang sekarang menjadi ruangan Aera juga. Aera bosan karena seharian hanya bermain ponsel dan membaca beberapa buku yang ia pinjam dari perpustakaan kantor. kakinya mengayun-ayun di bawah meja, kepalanya ia sandarkan pada meja beralaskan lengan kanannya. Matanya sedang menatap Hyungtae yang cukup diam sedari satu jam yang lalu, ia terlalu diam tidak seperti biasanya dan itu membuatnya kesal.
'Saat ia diam begini ia terlihat sangat tampan dan sangat keren. Kenapa aura mendominasi keluar dari tubuhnya dan hal itu malah membuat nya jadi semakin tampan. Ah, aku bisa gila.' tanpa sadar Aera membuat keributan dengan menghentak-hentak kan kakinya pada lantai yang membuat konsentrasi Hyungtae buyar.
"Kenapa ra, kau baik-baik saja?" tanya Hyungtae spontan setelah mendengar hentakkan berulang kali dari kaki Aera. Aera sendiri kaget kenapa ia seheboh itu, ingin sekali rasanya merutuki dirinya sendiri. "Tidak apa-apa, aku hanya bosan." balas Aera kemudian.
"Maaf ya, aku terlalu sibuk sampai tidak sadar mengabaikan mu, nanti kita pergi ke tempat yang kau mau bagaimana?" tanya Hyungtae, mukanya terlihat lelah dan juga menyesal.
"Tapi aku bosannya sekarang Kim." balas Aera lagi, ia sudah tidak tahan lagi untuk tetap diam dan tidak melakukan apapun diruangan ini. "Aku punya beberapa kaset film dilemari situ, kau bisa melihat-lihat lalu menonton nya." tawar Hyungtae sekali lagi, ia mulai cemas Aera akan tersiksa oleh rasa bosan. Kemudian Aera berdiri dan menghampiri lemari tempat kumpulan kaset yang ditunjukkan Hyungtae padanya.
"Ini apa." Aera bertanya-tanya melihat benda yang menyerupai sebuah buku berukuran tebal berada diantara kaset-kaset yang sedang ia pilih.