Chereads / Flowers of Battlefield / Chapter 8 - Alstroemeria (1)

Chapter 8 - Alstroemeria (1)

"Al... Al..."

"UWAHH!" Alvaros terbangun.

"Lagi-lagi mimpi itu..."

Alvaros melihat sekelilingnya, ia masih sendirian di sel. Ia mencoba untuk mengingat-ingat kejadian sebelum ia pingsan..

Tiba-tiba ada seorang prajurit masuk ke sel Alvaros.

"Ada yang mau bicara denganmu."

Kemudian seorang pria Ceres, nampaknya dia adalah salah seorang penyihir.

"Kau yang bernama Alvaros?" Tanyanya.

"...Ya." Jawab Alvaros.

"Baik." Katanya.

Setelah itu orang tersebut berbicara kepada prajurit yang bertugas di situ.

"Kau dibebaskan."

Prajurit itu mengeluarkan Alvaros dari sel. Alvaros yang masih kebingungan pun menurut dan berjalan mengikuti pria tadi.

"Anu... Apakah anda yang membebaskan saya?" Tanya Alvaros.

Pria itu hanya melihatnya dan tak berkata apapun.

Mereka berdua keluar dari penjara dan pergi menuju sebuah rumah.

Di dalam ternyata sudah ada kawan-kawannya.

"Hei Alvaros, lama sekali kau!" Sapa Cliff.

"Cliff... Jim... Oliver... Apa yang...?" Alvaros kebingungan dengan apa yang sedang terjadi.

Pria yang tadi menjemputnya lalu tersenyum.

"Kenalkan, ini Agim. Kami dulu adalah teman yang cukup dekat sampai perang dimulai." Cliff mengenalkan pria itu.

Pria itu membungkuk memberi salam pada Alvaros.

"Jadi..."

"Ya, kalian dibebaskan olehnya. Tapi kita tetap tidak boleh terlihat mencolok setelah ini." Kata Cliff.

Alvaros masih kebingungan mendengarnya.

"Ehem... Jadi begini, sesuai dengan apa yang Cliff ceritakan, aku memang teman dari Cliff. Dulu kami sering main bersama saat orangtuaku berkunjung ke Castella." Jelas Agim.

"Kami bertemu tadi malam. Ia bercerita padaku kalau teman-temannya ditangkap. Memang sebagai penyihir Ceres tindakanku ini melanggar aturan, tapi aku lebih memilih untuk menolong orang yang memang ingin menyelidiki kebenaran di balik perang ini." Tambahnya sambil tersenyum.

"Lagipula, aku juga tidak bisa mengabaikan permintaan orang yang meminta pertolongan sambil menangis dengan ingus yang melambai-lambai, bukan?" Lanjutnya lagi dengan nada mengejek sambil menoleh ke arah Cliff.

"Iya, iya! Kali ini kau memang benar-benar menolong kami. Suatu saat kalau perang sudah usai, biar aku membalas kebaikanmu itu." Balas Cliff.

Mereka lalu tertawa.

"Baik." Agim lalu mengambil sebuah kursi dan duduk dengan mereka berempat.

"Sekarang aku ingin bertanya sesuatu. Apa maksud kalian bahwa Dragnite tidak mencuri artefak Ceres? Dan kalian ini sedang menyelidiki kejanggalan ini?" Tanyanya.

"Begini. Kami juga tidak bisa serta merta menjamin bahwa Dragnite benar-benar mencuri. Tapi sejauh yang kami tahu, Dragnite tidak pernah mencuri apapun dari Ceres. Bahkan bukankah saat Ceres mengadukan hal itu ke Dragnite, pihak Dragnite juga ikut menyelidiki siapa yang mencurinya? Saat itu aku juga ikut menyelidiki beberapa petinggi kami soalnya." Jawab Oliver.

"Aku juga ditugaskan untuk menginvestigasi Goudell saat kami diberitahu kalau ada lambang keluarganya di dekat tempat artefak disimpan." Kata Jim.

Agim manggut-manggut.

"Dari pihak kami, justru kami lalu mencurigai ini adalah akal-akalan dari Ceres sendiri. Makanya kami diutus ke Strondum untuk menyelidiki petinggi di situ. Tapi, sebelum kami mendapatkan informasi berguna, kami harus keluar dari Strondum karena ada sedikit masalah." Tambah Oliver.

"Hmm..." Agim terlihat berpikir sejenak.

"Kalau dari kami justru kalian lah yang memang ingin menjajah kami dengan mengambil salah satu sumber energi kami. Kalian tahu kan, sihir kami ini mengambil energi alam? Tanpa artefak itu, tentu saja energi alam yang terus kami gunakan lama-lama akan habis. Kalau habis, jangankan sihir, tumbuhan pun tidak mampu tumbuh di tanah Ceres." Jelasnya.

Mereka lalu terdiam.

"Baiklah, daripada kita saling menyalahkan. Aku menyerahkan ini semua pada kalian. Aku juga tidak ingin ada peperangan antara Ceres dan Dragnite, ada beberapa kenalanku juga di Dragnite. Anggaplah itu sebagai balasan kalian karena aku membebaskan kalian." Kata Agim.

Setelah beristirahat malam itu di rumah Agim, mereka berempat berpamitan lalu melanjutkan perjalanan.

"Aku harap kalian bisa sukses dalam mengungkap kebenaran di balik perang ini. Maaf aku tidak bisa membantu banyak dalam penyelidikan kalian. Semoga dewa memberkahi kalian." Kata Agim saat melepas kepergian mereka.

"Terima kasih, bantuanmu semalam sungguh sangat berarti. Serahkan pada kami, kami pasti akan menuntaskan kasus ini." Kata Cliff.

Mereka lalu berlalu.

"Nah, dari sini kita tinggal ke arah selatan. Kalau lancar, sekitar 2 hari kita akan sampai perbatasan." Oliver memeriksa rute perjalanan mereka.

Mereka memulai perjalanan kembali. Rambut Cliff sudah kembali seperti semula, namun yang lain masih berwarna.

"Kenapa rambut kalian masih berwarna sih?"

"Akui saja, kau cuma menelan sedikit kan?"

Cliff menelan ludah mendengarnya. Ia ingat pada saat mereka berempat minum, dirinya menelan ramuan itu hanya sedikit, sisanya ia buang.

"Itu akibatnya kalau kau menolak perintah."

Mereka tertawa mengejek Cliff.

"Kalau begitu, nanti saat sudah sampai perbatasan kita harus menempuh jalur lain. Tentunya jalur ini lebih sulit karena kita harus berenang." Kata Oliver.

Seketika aura Jim dan Alvaros berubah menjadi aura membunuh.

"Gara-gara kau kan." Kata Alvaros.

Cliff memalingkan muka, wajahnya terlihat kesal.

"Iya, iya. Ini salahku, maaf."

Seketika Jim menghentikan langkahnya.

"Cliff... Kau..."

Jim berlari dan melompat ke arah Cliff.

"Kau bisa minta maaf! Kita harus rayakan ini!"

"H...Hei! Lepaskan! Apa-apaan!?"

Mereka kembali tertawa melihat tingkah Jim dan Cliff.

...

Sementara itu di Strondum...

"Kau mengerti kesalahanmu?"

"Iya pak."

"Baiklah kalau begitu, sebagai hukumannya kau akan ikut ditugaskan ke Castella. Kuharap kau bisa lebih bijak lagi dalam bertindak, terutama kepada musuh."

"..."

"Aku tak mendengar jawaban."

"S...Siap pak!"

Rashuna keluar dari ruangan kepala divisi penyihir di Strondum. Ia menghela napas panjang.

"Hari yang berat..." Gumamnya pelan.

Rashuna berjalan ke lapangan, terlihat beberapa prajurit sedang berlatih di situ.

Tiba-tiba ia dihampiri oleh seorang kepala pasukan.

"Siang, Nona Rashuna." Salamnya sambil memberi hormat.

"Ah, selamat siang Komandan Mevid. Ada yang bisa saya bantu?" Balas Rashuna sambil memberikan hormat juga.

"Saya dengar anda akan diikutsertakan ke Castella, benar?"

"Ya, itu benar. Baru saja saya mendapat perintahnya."

"Kalau begitu, silakan ikut saya."

Rashuna mengikuti Mevid ke sebuah ruangan.

Ketika masuk, di dalam ada 4 orang yang duduk mengitari sebuah meja besar.

"Silakan duduk, Nona Rashuna." Mevid mempersilakan Rashuna duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Selamat datang, Nona Rashuna. Kami sedang melakukan rapat untuk pembagian dan pengiriman pasukan ke Castella." Ujar salah seorang kepala pasukan di situ.

"Ah, iya. Mohon bantuannya karena saya masih hijau juga dalam pertempuran." Kata Rashuna.

"Baiklah, mari kita lanjutkan."

Rashuna mengikuti rapat para komandan, pembahasannya dikhususkan mengenai pengiriman pasukan ke Castella.

"Jadi, bagaimana menurut anda? Haruskah kita menggunakan mesin teleportasi?" Tanya seorang kepala pasukan pada Rashuna.

Rashuna berpikir sejenak.

Mesin teleportasi merupakan teknologi yang masih baru, sehingga belum begitu sempurna. Risikonya besar apabila hendak mengirim pasukan menggunakan itu. Tapi, akan memakan waktu lama juga apabila harus berjalan menuju Castella, belum lagi persediaan makanan juga harus banyak sementara panenan tahun ini tidak terlalu baik karena banyak penduduk desa yang berkurang sehingga tenaga untuk mengurus ladang juga berkurang. Selain itu juga beberapa wilayah mulai tandus tanahnya akibat energi alam yang terus berkurang.

"Aku rasa kita coba dulu menggunakan mesin teleportasi itu, tapi jangan langsung banyak orang. Pergilah satu persatu, itu akan lebih mengurangi risikonya." Kata Rashuna.

"Baiklah, aku akan bicara pada beberapa ilmuwannya." Kata salah seorang kepala pasukan sembari beranjak dari kursinya.

"Tunggu, aku saja." Sahut Rashuna.

"Memangnya kau paham apa yang harus disampaikan?" Kata kepala pasukan tersebut.

"Aku memang bukan ahli dalam mesin, tapi untuk urusan sihir aku cukup paham. Lagipula, di akademi juga sudah sedikit disinggung mengenai sihir teleportasi." Kata Rashuna.

"Hmm... Mungkin akan lebih bagus Nona Rashuna saja yang menyiapkannya, lagipula ia lebih mengerti soal sihir daripada kita yang hanya mengurusi masalah militer. Baiklah, silakan Nona Rashuna untuk pergi menghubungi para ilmuwan. Kami akan melanjutkan rapat ini. Untuk hasilnya segera beritahu kami." Kata Mevid.

Rashuna mengangguk lalu keluar ruangan.

Ia pergi menuju ruangan penelitian. Di dalam terdapat beberapa orang. Ia mendekati seorang ilmuwan di situ.

"Pak Leuwell, bagaimana dengan mesin teleportasinya?" Tanya Rashuna pada ilmuwan itu.

"Oh, Nona Rashuna! Sebelah sini." Kata Leuwell mengajak Rashuna ke sisi lain ruangan itu.

"Besar sekali." Komentar Rashuna.

"Memang besar, karena energi yang dibutuhkan juga besar. Mau digunakan untuk apa alat ini?" Tanya Leuwell.

"Kami berencana untuk mengirim pasukan ke Castella dengan ini. Karena kalau berjalan kaki akan memakan waktu dan logistik lebih banyak." Jawab Rashuna.

Mendengar itu, Leuwell sedikit terkerjut. "Kalian yakin? Alat ini belum stabil lho. Aku tidak bisa menjamin seluruh pasukan akan selamat."

"Kalau begitu, apa yang sebenarnya menjadi masalah?" Tanya Rashuna.

"Dalam pemindahan suatu obyek, energi yang dibutuhkan sangat besar, sementara untuk penyerapan energi alamnya, mesin ini masih belum optimal. Seringkali energi yang diserap tidak tersalurkan ke perangkat teleportasinya. Kalau energi yang dibutuhkan kurang, itu berisiko pada obyeknya, entah obyek akan terpotong, berpindah ke tempat lain, atau malah obyek tidak berpindah sama sekali." Jelas Leuwell.

Rashuna ikut memutar otak, bagaimana cara agar energi sihir bisa dialirkan secara sempurna ke dalam mesin ini.

Tiba-tiba ia terpikirkan sebuah ide.

"Bagaimana kalau kita menggunakan kristal kelahiran?" Usul Rashuna.

Kristal kelahiran merupakan kristal yang dimiliki oleh setiap orang Ceres. Kristal inilah yang berfungsi sebagai penyalur energi alam untuk digunakan sebagai sumber kekuatan sihir. Kristal ini merupakan cerminan dari potensi kekuatan si pemilik yang terbentuk sesaat setelah si pemilik yang bersangkutan lahir.

"Itu mungkin bisa, tapi terlalu berisiko bagi pemilik kristalnya. Kalau pecah, si pemilik tidak bisa menggunakan sihir lagi bukan? Lagipula, kalau kristal itu tidak memiliki kapasitas yang besar akan lebih rawan untuk pecah. Kami tidak bisa serta merta menggunakan kristal milik sembarang orang." Kata Leuwell.

"Kalau begitu, pakai punyaku. Kau lihat sendiri kan, kristal kelahiranku cukup besar?" Kata Rashuna sambil menunjuk kristal kelahirannya yang terpasang di bawah lehernya.

"Anda yakin?" Tanya Leuwell.

Rashuna mengangguk sambil mencopot kristal kelahirannya.

"Kuserahkan padamu, hati-hati menggunakannya. Kembalikan kalau sudah selesai nanti." Katanya sambil menyerahkan kristal kelahirannya yang berwarna ungu gelap kepada Leuwell.

"... Baiklah, Nona Rashuna. Kami sangat berterima kasih. Saya akan sangat berhati-hati dalam menggunakannya. Beri kami waktu sampai besok, kami akan mencoba memasangkannya ke mesin teleportasi." Kata Leuwell sambil menerima kristal kelahiran Rashuna.

"Baik kalau begitu, aku tunggu kabar baiknya besok."

Keesokan harinya, mesin teleportasi itu sudah siap dipakai. Mesin teleportasi itu kemudian dipindahkan ke lapangan benteng.

"Seluruh prajurit Ceres yang terhormat!" Mevid memberikan pidato kepada seluruh pasukan sebelum dikirm ke Castella.

"Saat ini pasukan kita dari Acharn telah berhasil menduduki salah satu kota Dragnite. Kota itu adalah Castella! Salah satu dari kota pertahanan terkuat Dragnite. Pertempuran yang sengit di sana memang membuahkan hasil yang sangat cemerlang, namun harganya tidaklah murah! Banyak dari saudara-saudara kita yang gugur di sana, dibunuh oleh para manusia biadab yang ada di Dragnite!"

Kata-kata Mevid disambut oleh sorakan dari seluruh pasukan.

"Sekarang, kita akan membantu saudara-saudara kita di sana! Kita keluarkan seluruh kekuatan kita, kita tunjukkan bahwa Ceres bukanlah sebuah negara yang bisa dipermainkan!"

Lagi-lagi para pasukan bersorak.

"Lihatlah mesin teleportasi ini! Sebuah karya agung dari ilmuwan Ceres! Sebuah penemuan yang bisa membantu kita dalam melawan kebiadaban Dragnite! Dengan ini, kita tidak perlu lagi berjalan jauh selama berhari-hari, kita tidak perlu kelelahan lagi, kita bisa menjaga stamina sampai medan pertempuran!"

Para pasukan bersorak lagi.

"Nah, silakan Pak Leuwell dan Nona Rashuna untuk mempersiapkannya."

Leuwell maju ke hadapan para pasukan.

"Ahem... Apakah ada yang pernah ke Castella sebelumnya?" Tanya Leuwell.

Beberapa prajurit mengangkat tangan.

"Bagus, silakan 3 orang untuk maju kemari."

3 orang dari beberapa prajurit yang angkat tangan tadi lalu maju.

"Sebelum kita mulai, akan kuperingatkan terlebih dulu. Mesin ini sebenarnya belum stabil. Meski untuk penyerapan energinya sudah bisa lebih optimal karena bantuan Nona Rashuna, tapi mesin ini masih memiliki kemungkinan untuk malfungsi. Selain itu, kita juga tidak bisa melihat apakah obyek yang dikirim selamat sampai tujuan atau tidak. Jadi, yang bisa kita lakukan hanyalah terus mengirim obyek ke koordinat yang sudah ditentukan."

Mendengar pernyataan Leuwell, para prajurit mulai ramai berbisik-bisik karena khawatir.

"Tenanglah! Ini bukanlah pengorbanan yang seberapa dibandingkan saudara-saudara kita yang sudah gugur! Kita masih belum mencobanya, maka dari itu jangan takut!" Kata Mevid mencoba menyemangati pasukannya.

Leuwell memasangkan alat kepada tiga prajurit yang maju tadi.

"Setelah ini, kalian ingat-ingat betul lokasi Castella ada di mana, jangan pikirkan yang lain."

3 prajurit itu menurut apa yang dikatakan Leuwell.

"Koordinat sudah didapat, mulai penyaluran energinya."

Mesin itu mulai bersinar.

"Sudah stabil, siapa yang mau melakukannya pertama?" Tanya Leuwell.

Tidak ada yang berani mengajukan diri.

"Baik, kirim aku duluan." Kata Rashuna mengajukan diri.

"A... Anda yakin, Nona Rashuna? Lalu, bagaimana dengan kristal kelahiran anda?"

"Berikan ke yang terakhir masuk. Toh juga sejak awal aku akan pergi. Akan sama saja hasilnya mau aku yang pertama atau yang terakhir."

"A... Anu... Saya kira anda akan tetap tinggal di sini... Kalau kristal anda dicopot maka mesin akan kembali seperti kemarin. Saya takut itu justru akan gagal dalam pengirimannya dan malah mengirim orang terakhir yang membawa kristal anda entah ke mana." Kata Leuwell khawatir.

"Sudah, lakukan saja apa yang kukatakan." Kata Rashuna dengan tatapan tegas.

Melihat mata Rashuna, Leuwell akhirnya menurut.

"B.. Baiklah kalau begitu..."

Rashuna berdiri di tempat pengiriman obyek pada mesin teleportasi.

"Mulai penyaluran energi kembali! Jangan lupa stabilkan!" Kata Leuwell pada tim nya.

"Energi stabil! Lakukan!"

Terlihat listrik menyambar-nyambar dari mesin teleportasi. Orang-orang di sekitarnya segera mundur menjauh dari mesin teleportasi.

Tubuh Rashuna mulai menghilang dari tempatnya semula.

Dari tempat Rashuna berdiri keluar cahaya yang sangat terang diikuti oleh tubuh Rashuna yang menghilang.

"Yak, Nona Rashuna sudah berpindah tempat. Siapa selanjutnya?" Kata Leuwell.

Rashuna seperti terlempar ke sebuah lorong berbentuk lingkaran dan ia melaju dengan sangat cepat. Tak lama kemudian, ia keluar dan mendapati dirinya ada di sebuah reruntuhan bangunan dengan beberapa prajurit Ceres di situ.

Prajurit yang tiba-tiba melihat Rashuna di situ terkejut dan tertegun.

"Alat itu berhasil." Katanya dalam hati.

"Ah... Maaf, aku dari Strondum. Aku kemari menggunakan mesin teleportasi, jadi maaf kalau mengejutkan kalian. Jenderal yang memimpin pasukan ini di mana ya? Aku hendak menemuinya." Kata Rashuna pada prajurit-prajurit di situ.

Salah seorang prajurit lalu mendekatinya dan mengajukan diri untuk mengantarnya ke tenda jenderal pasukan.

...

"Masih jauh kah?" Tanya Cliff, lemas.

"Kau tidak lihat di depan?" Kata Oliver.

Terlihat dari kejauhan tembok yang memanjang sampai pantai.

Cliff langsung bersemangat melihat tembok itu, karena menandakan mereka sudah dekat dengan perbatasan.

Tapi satu permasalahan yang harus mereka selesaikan.

"Terus gimana kita lewatnya? Pasti perbatasan sudah diisi oleh pasukan Ceres. Mau lewat jalur air seperti yang kau katakan juga pantai ini kan isinya tebing doang, kau yakin?" Tanya Cliff.

"Memang kau gak bisa berenang?" Balas Alvaros dengan pertanyaan lagi.

"Kau yakin berenang di antara bebatuan keras itu?" Kata Cliff lagi.

"Yakin dong. Aku saja pernah berenang malam-malam dari tengah laut sampai daratan waktu disuruh kemari. Ya meskipun pada akhirnya aku pingsan juga." Kata Alvaros.

"Aku gak masalah, toh juga dulu kita dilatih di lingkungan ekstrem juga kan?" Tambah Jim.

"Kau keberatan, Cliff?" Tanya Oliver, Cliff nampaknya terintimidasi oleh Oliver.

"U...Urgh... T...Tapi kan risikonya besar juga?" Bantah Cliff lagi.

"Memang. Namanya juga berenang di antara bebatuan." Kata Alvaros enteng.

"Sudahlah, kalau kau takut kau tinggal saja di pantai, kapan-kapan kita jemput deh." Kata Jim mengejeknya.

Mendengar perkataan Jim, Cliff jadi terprovokasi.

"Huh, kau pikir aku takut? Aku hanya khawatir dengan Oliver, dia kan sudah tua."

"Ohh, terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi tidak apa-apa, begini-begini aku masih kuat berenang menyeberangi Selat Stund." Kata Oliver.

Mereka bertiga hanya melongo mendengarnya karena dari mereka bertiga tidak ada yang mampu berenang sejauh itu.

"Kita turun di situ saja." Kata Oliver sambil menunjuk sebuah batu.

Mereka lalu berjalan menuju batu tersebut. Jim mengeluarkan seutas tali yang mereka bawa.

"Ikat yang benar ya, kalau lepas aku mati nih." Kata Oliver sambil bercanda.

"Iya, iya." Kata Jim.

Oliver mulai turun ke air. Di situ merupakan perairan yang cukup terjal. Di sana-sini terdapat tebing yang cukup tinggi. Untunglah ombak di situ tidak terlalu ganas karena termasuk perairan yang sempit.

"Oi! Selanjutnya! Airnya cukup tenang kok!" Teriak Oliver.

Kali ini Alvaros yang turun.

BYUR! Alvaros dihantam oleh ombak, untunglah ia cuma basah, tidak sampai terhempas.

"Ah, sial. Mataku kemasukan air laut." Kata Alvaros sambil memejamkan matanya karena perih.

Selanjutnya Cliff yang turun. Ia agak takut untuk turun ke air.

"Umm... Airnya dalam tidak?" Tanya Cliff.

"Udah, cepetan!" Kata Alvaros tidak sabar, Oliver lalu menarik Cliff sambil tertawa.

Cliff panik, ia lalu tercebur ke air. Untunglah ia segera menguasai dirinya kembali lalu mencoba untuk mengambang.

"Kurang ajar..." Ujar Cliff, jengkel.

Tak lama kemudian, Jim pun turun.

Mereka berempat sudah berada di dalam air.

"Oke, ketika sudah mendekati dinding usahakan untuk menyelam agar tidak dilihat oleh musuh. Lalu, berenanglah di pinggiran saja, jangan terlalu ke tengah." Oliver mengarahkan mereka.

Mereka lalu mulai berenang menyusuri tepian air yang penuh dengan bebatuan.