Aku kemudian bertanya setelah selesai makan.
"Ini akan disajikan sebagai hidangan untuk Hari X, kan?"
Ekspresi Touko-senpai tiba-tiba menjadi serius. "Benar. Tapi sebelum itu, ada satu hal yang harus aku lakukan terlebih dahulu."
"Melakukan apa?"
"Aku harus berbicara dengan ketua, Nakazaki-san, terlebih dahulu."
"Nakazaki-san?"
Aku tidak yakin.
Ketua perkumpulan, Junpei Nakazaki, juga seorang alumni SMA Kaihin Makuhari, dan merupakan mahasiswa tahun ketiga jurusan teknik elektro.
Dia adalah orang yang tegas dan dapat diandalkan, tapi dia dan Kamokura Tetsuya telah berteman sejak SMA dan berada di tim sepak bola yang sama.
Dengan kata lain, bisa dibilang kalau dia adalah 'orang yang ada di pihak Kamokura'.
"Apakah kamu perlu memberitahukan itu pada Nakazaki-san? Dia satu klub sepak bola dengan Kamokura sejak SMA, lho? Sebaliknya, bukankah melakukan itu malah akan memungkinkan rencanamu bocor ke Kamokura-senpai?"
Touko-senpai juga memasang ekspresi bimbang.
"Itu benar, tapi… jika sesuatu terjadi, satu-satunya orang yang bisa menahan Tetsuya adalah Nakazaki-san, kan? Dan dia adalah orang yang lurus dan membenci ketidakadilan. Dia adalah orang yang tahu harus berbuat apa. Jadi, jika aku berbicara padanya dengan benar, aku yakin dia akan mengerti."
Aku memikirkannya sejenak. "Baiklah. Tapi aku akan pergi bersamamu untuk melakukan itu. Malahan, biarkan aku yang berbicara duluan dengan Nakazaki-san. Aku ingin Touko-senpai datang setelah aku memanggilmu."
Akan sulit bagi seorang wanita seperti Touko-senpai untuk menceritakan soal masalah seperti itu.
"Baiklah."
Kemudian, keheningan terjadi.
Aku bertanya-tanya siapa orang yang akan menghabiskan Hari X dengan Touko-senpai.
Tapi, bukankah sekarang sudah waktunya untuk mendapat jawaban itu?
"Touko-senpai…" Aku mengatakan itu dengan ragu-ragu.
"Apa?"
"Ini soal malam di Hari X…"
Touko-senpai menatapku.
Terlihat gelisah.
"Soal orang terakhir yang akan menghabiskan malam bersamamu itu…"
"Tunggu! Jangan katakan apapun soal itu sekarang!"
Touko-senpai berkata dengan suara tenang namun tegas.
"Aku akan mengurusnya. Jadi tolong, jangan katakan apa-apa, tunggu saja aku."
Touko-senpai menatapku tajam.
Ketika aku melihat matanya, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
***
Tiga hari setelah pesta mencicipi masakan buatan Touko-senpai.
Hari X, Malam Natal, kurang dari seminggu lagi.
Aku memanggil Nakazaki-san, ketua perkumpulan, ke restoran keluarga yang tidak jauh dari kampus.
Setelah lewat lima belas menit dari waktu janjian, Nakazaki-san muncul.
"Maaf, aku terlambat."
"Tidak apa-apa. Yang lebih penting, kau tidak memberi tahu siapa pun kalau kau akan datang ke sini, kan?"
"Ya, karena kau sudah mengirim pesan kalau kau ingin berbicara denganku soal masalah pribadi dan tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya." Setelah mengatakan itu, Nakazaki-san duduk di kursi di depanku dan memesan kopi panas.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Nakazaki-san mengatakan itu padaku.
"Kau tahu kalau aku pacaran dengan Karen Mitsumoto, kan?"
"Ya, Karen adalah cewek yang menonjol."
"Kalau begitu, apakah kau tahu dengan siapa Kamokura-senpai pacaran?"
Nakazaki-san tampak terkejut.
"Kenapa nama Kamokura muncul di sini?"
"Maaf. Aku akan menjelaskan semuanya nanti, jadi bisakah kau menjawab pertanyaanku dulu?"
"Touko Sakurajima-san, kan? 'Ratu Universitas Bayangan', dewi di perkumpulan kita."
Aku mengangguk dalam diam.
"Lalu, apakah kau tahu kalau Kamokura-senpai dan Karen terkadang ketemuan berdua?"
Nakazaki-san menatapku dengan ekspresi terkejut. "Hei, apa maksudmu, 'ketemuan berdua'?"
"Artinya persis seperti yang kukatakan. Maksudku hubungan antara pria dan wanita yang melebihi teman."
"Isshiki. Apa yang sebenarnya kau…"
Lalu, kopi diantarkan ke atas meja.
Nakazaki-san menatap pelayan dengan ekspresi tidak nyaman sejenak.
Setelah pelayan pergi, Nakazaki-san melanjutkan perkataannya lagi. "Meskipun itu Kamokura, tidak mungkin dia bisa main-main dengan pacar orang yang satu anggota perkumpulan dengannya dan juga seorang adik kelasnya di SMA…"
"Apakah kau tidak percaya?"
"Apa kau punya bukti?"
Aku mengeluarkan ponselku dan menampilkan gambar pertama yang aku ambil dari chatting-an media sosial antara Karen dan Kamokura.
Aku memperlihatkan itu kepada Nakazaki-san.
Nakazaki-san melihat ke arah ponselku dan membelalakkan matanya.
Kemudian, aku perlahan menggulirkan gambar-gambar itu ke bawah untuk memperlihatkannya satu per satu.
"Bukan itu saja. Aku juga memotret mereka masuk ke apartemen Kamokura-senpai berdua. Dan aku juga punya saksi."
Nakazaki-san melihat ponselku dalam diam selama beberapa saat, hingga akhirnya bergumam. "Si Kamokura ini… meskipun dia sudah punya Touko-san… kenapa dia melakukan ini…?"
"Apakah kau sekarang percaya padaku?"
Nakazaki-san mengembalikan ponselku.
"Jadi, apa yang ingin kau lakukan? Apakah kau ingin aku memberitahu Kamokura untuk berhenti berselingkuh dengan Karen?"
"Bukan itu."
"Lalu apa?"
"Saat Malam Natal nanti, aku akan mengungkapkan fakta ini di depan semua orang."
Nakazaki-san menjadi panik saat mendengar itu. "Tunggu dulu, Isshiki. Coba pikirkan lagi. Itu akan membuat keributan besar, lho."
"Aku yakin pasti begitu."
"Selain itu, bagaimana soal perasaan Touko-san jika kau mengumumkannya ke publik? Apakah kau tidak memikirkan perasaannya?"
"Jika yang kau maksud Touko-senpai, dia juga merasakan hal yang sama denganku." Setelah mengatakan itu, aku merentangkan tanganku ke arah wanita yang duduk di belakang ruangan.
Ada seorang wanita sedang duduk di sana dengan memakai kacamata hitam.
Saat wanita itu bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah kami dan duduk di sebelahku.
Dia lalu melepaskan kacamata hitamnya.
Dia adalah Touko-senpai.
"Nakazaki-san. Aku memiliki pemikiran yang sama dengan Isshiki-kun. Aku tidak berniat memaafkannya. Oleh karena itu, pada malam Natal, aku akan mengumumkan masalah ini di depan semua orang dan meninggalkan Tetsuya."
"Aku juga. Aku tidak akan memaafkan Karen karena telah mengkhianatiku selama ini. Aku akan mengekspos hubungan mereka di depan semua orang dan memutuskan hubunganku dengan Karen."
"Bahkan Touko-san juga…" Nakazaki-san melihat ka wajahku dan Touko-senpai secara bergantian, seolah-olah dia terkejut.
Akhirnya, dia menghela nafas panjang, "Haaa~"
"Tampaknya kalian berdua sudah teguh dengan keputusan kalian. Kurasa ini bukan tempatku untuk mengatakan sesuatu."
Aku dan Touko-senpai mengangguk bersamaan.
"Jadi, kenapa kalian berdua menceritakan semua ini padaku? Kalian ingin aku melakukan sesuatu, kan?"
Touko-senpai mengangguk lagi.
"Ya, aku ingin Nakazaki-san menahan Tetsuya jika dia membuat keributan. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Tetsuya jika aku mengumumkan perselingkuhan mereka di depan semua orang dan menyatakan kalau aku akan meninggalkannya."
Nakazaki-san menganggukkan kepalanya seolah pasrah. "Baiklah. Dan apakah ada orang lain yang tahu tentang hal ini."
"Ya, sahabatku, Hitomi Kanou, dan sahabat Isshiki-kun, Ishida Youta-kun. Mereka berdua sedang bersama kami saat kami menangkap adegan perselingkuhan Tetsuya dan Karen-san, jadi mereka juga bisa menjadi saksi."
Lalu, aku menambahkan. "Nakazaki-san, tolong jangan beritahukan masalah ini pada siapa pun. Kalau tidak, itu akan memberikan mereka berdua kesempatan untuk melarikan diri."
Tapi, Nakazaki-san memasang ekspresi bimbang dan tetap diam.
Melihat ini, Touko-senpai mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Kumohon. Kami mempercayai Nakazaki-san makanya kami memberitahumu hal ini. Karena kami akan mengumumkannya di sebuah acara perkumpulan, kupikir setidaknya kami harus menjelaskannya kepada Nakazaki-san, yang merupakan ketua perkumpulan."
Setelah itu, Touko-senpai menambahkan lagi.
"Sejujurnya, Isshiki-kun juga menentang ide untuk memberitahu Nakazaki-san. Tapi aku membujuknya dengan mengatakan kalau Nakazaki-san adalah orang yang lurus dan dapat dipercaya."
Kurasa Nakazaki-san sudah tidak bisa lagi menolak jika Touko-senpai sampai bilang begitu.
Akhirnya, dia membuka mulutnya, terlihat enggan. "Baiklah. Aku tidak akan memberitahu orang lain. Dan jika Kamokura membuat masalah besar, aku berjanji akan menghentikannya. Tapi aku akan memberitahu kalian satu hal. Aku tidak ingin ada kekerasan. Bahkan, jika Komakura mencoba melakukan sesuatu pada kalian, jangan membalasnya. Itu saja."
""Oke.""
Aku dan Touko-senpai menjawab serempak.
Tapi, aku tidak berniat untuk menepati janji itu.
Aku tidak keberatan jika aku dipukuli, tapi jika dia mencoba menyentuh Touko-senpai, aku akan menghentikannya meskipun aku harus menggunakan tubuhku!