24 Desember, Malam Natal yang menentukan.
Aku dan Karen sedang dalam perjalanan ke sebuah restoran internasional kecil yang terletak di antara Hamamatsucho dan Takeshiba.
Pesta Natal perkumpulan kami akan diadakan di restoran itu hari ini.
Restoran itu sudah dipesan, dan di dekatnya ada Hotel Inter Continental Tokyo Bay yang hanya berjarak singkat dengan berjalan kaki.
"Karen dengar kalau hadiah untuk pesta Natal kali ini cukup besar!" Karen berkata begitu dengan nada riang.
"Begitukah?"
Aku menjawab begitu, tapi mungkin tanpa ada emosi dalam kata-kataku.
Karena aku sudah tahu apa hadiah di akhir pesta nanti.
"Karen tidak sabar~ Karen pasti akan mendapatkannya!"
"Ya, aku ingin mendapatkannya juga."
Saat mulutku mengucapkan itu, aku sedang memikirkan hal lain sepanjang waktu.
…Di pesta nanti, aku dan Touko-senpai akan mengekspos 'Perselingkuhan Kamokura dan Karen'. Lalu kami akan putus dengan mereka di tempat…
Itulah rencana pastinya.
Masalahnya adalah yang selanjutnya.
"Siapa yang akan menghabiskan malam bersama Touko-senpai?"
Sekitar seminggu yang lalu, hari di mana aku mencicipi masakan di rumah Touko-senpai.
Dia bilang padaku untuk tidak mengatakan apa-apa dan menunggunya.
Kemudian aku tidak menanyakan apa-apa lagi, seperti yang dia suruh.
Tapi hari ini, bahkan pada tahap ini pun, aku tidak mendapat kontak apa pun dari Touko-senpai.
…Aku penasaran apa yang sebenarnya dipikirkan Touko-senpai…
Aku mengkhawatirkan soal itu.
Apakah itu artinya dia tidak tertarik untuk menghabiskan malam bersamaku?
Apakah itu artinya dia akan memilih pasangan lain?
Ataukah… dia masih berencana untuk balikan sama Kamokura?
Dia pernah bilang padaku, "Jika Karen menyesal, bukankah sebaiknya kau melanjutkan hubunganmu dengannya?"
Meskipun dia menyangkalnya, tapi apakah saat itu dia sebenarnya sedang membicarakan perasaannya sendiri?
"Yuu-kun, Yuu-kun!" Karen menarik lenganku.
"Eh, apa?"
"Yuu-kun kenapa sih? Dari tadi cuma melamun~"
"Apakah aku begitu?"
"Iya loh. Karen terus mencoba untuk berbicara dengan Yuu-kun, tapi Yuu-kun terus menjawab dengan linglung."
"Benarkah? Maaf. Jadi, apa yang sedang kita bicarakan?"
"Soal pesta Natal hari ini. Sampai tahun lalu, katanya pesta untuk mereka yang berpacaran dan lajang dipisahkan. Tapi tahun ini, mereka memutuskan untuk mengadakan pesta bersama!"
Benar, sepertinya tahun lalu dan tahun lalunya lagi, pesta Natal perkumpulan diadakan secara terpisah untuk yang 'berpasangan' dan 'lajang'.
Tapi tahun ini, karena persoalan 'pengungkapan perselingkuhan', untuk menarik temanku dan sekutu Touko-senpai, kami berpendapat, "Bukankah lebih baik mengungkapkannya ke seluruh anggota perkumpulan?".
"Soal itu ya. Karena ini adalah acara perkumpulan, bukankah lebih baik jika kita semua berkumpul?"
"Tapi, alasan kenapa acara sebelumnya dibuat terpisah kan karena tiga tahun yang lalu ada insiden di mana suatu pasangan mulai bermesraan di depan umum, lalu gadis yang naksir pada cowok di pasangan itu mulai menangis. Karen bertanya-tanya kenapa mereka malah membuat acaranya digabung lagi tahun ini."
"Apakah Karen lebih suka kalau dipisahkan?"
"Karen tidak terlalu peduli sih. Karen tidak peduli entah itu hanya ada pasangan, atau ada yang lajang juga di sana."
Tapi, Karen terlihat sedikit tidak senang.
Dari apa yang dikatakan para perempuan, tampaknya Karen tidak terlalu disukai oleh perempuan lain karena dia melekat pada kelompok laki-laki dan mencoba untuk merendahkan para perempuan yang tidak punya pacar dengan mengatakan kalau dia punya pacar.
Tiba-tiba, Karen menghadang di depanku.
Aku mendadak berhenti berjalan.
"Ada apa?"
"Yuu-kun, apakah Yuu-kun jadi terbawa suasana dengan semua perempuan yang berbicara sama Yuu-kun akhir-akhir ini?" Dia memelototiku.
"Aku tidak begitu, kok."
"Bahkan di kemah perpisahan terakhir pun, Yuu-kun meninggalkan Karen sendirian dan asyik mengobrol dengan para perempuan lain."
"Kami hanya mengobrol biasa."
"Tidak, Yuu-kun mengobrol kayak kesenangan banget! Selain itu, juga ada rayu-rayuan! Dan Yuu-kun mengabaikan Karen saat Karen bicara."
…Cewek ini, kau memintaku, "Ambilkan makanan Karen dulu", "Ambilkan minuman Karen!" "Karen capek, ambilkan kursi!" Apakah tidak langsung menanggapi semua permintaan itu disebut 'mengabaikan'?
Aku berkata, sambil menekan rasa muakku. "Itu tidak benar, kok. Tapi, aku minta maaf jika Karen merasa seperti itu."
"Akhir-akhir ini, sepertinya Yuu-kun diam-diam membantu tugas pemrograman perempuan lain di belakang Karen."
"Aku tidak diam-diam kok. Aku kan sudah kasih tahu sebelumnya."
Karen semakin menyipitkan matanya dan menatapku tajam. "Dan juga, apakah ada sesuatu antara Yuu-kun dan Touko-senpai?"
Aku refleks terkejut.
Aku jarang berbicara dengan Touko-senpai di kampus, dan aku bahkan tidak pernah menyebutkan namanya di depan Karen.
…Cewek ini, apakah dia merasakan sesuatu?
"Kamu ngomong apa, sih? Touko-senpai, hah? Kami tidak ada apa-apa kok." jawabku, berusaha tetap tenang.
"Benarkah? Tapi, begini, Touko-senpai akhir-akhir ini sering melihat ke arah Yuu-kun. Itu tidak pernah terjadi sebelumnya."
…Touko-senpai menatapku?
Tapi, aku tidak sadar sama sekali, lho.
Sejak awal, memangnya ada ya yang sadar pada hal samar seperti 'tatapan orang lain'?
"Gak ada apa-apa kok. Kamu terlalu khawatiran, Karen. Yang kita bicarakan itu Touko-senpai lho. Mana mungkin dia tertarik padaku."
Kemudian, Karen berbalik dan mulai berjalan lagi.
"Kalau memang begitu, ya sudah. Tapi, Karen akan beritahu Yuu-kun satu hal. Karen benci Touko-senpai. Yuu-kun, jangan banyak bicara dengan Touko-senpai!"