Ketika aku kembali ke tempatku, api arang sudah menyala dengan baik.
Aku meletakkan bawang bombay, wortel, dan kentang ke dalam dutch oven, setelah itu aku menaruh ayam utuh yang sudah disiapkan di atasnya.
Aku menaburkan permukaannya dengan merica bubuk dan garam merah muda, lalu membasahinya dengan minyak zaitun, dan menutup oven-nya.
Oven-nya digantung dengan rantai di atas perapian tripod.
Kemudian aku menaruh beberapa arang di atas tutup dutch oven.
Melakukan itu akan perlahan memanaskan oven dari atas dan bawah.
Setelah itu, aku hanya perlu memeriksa apinya sesekali.
Ishida lalu mendatangiku. "Apakah sudah selesai?"
"Belum, yang tersisa adalah menunggu sampai ayamnya matang."
Kemudian, gadis yang sebelumnya, datang bersama gadis lain. "Maaf, tapi ada yang ingin kutanyakan lagi."
"Oke, memang mau tanya apa?"
"Dia bilang kalau dia tidak tahu cara memasak daging yang benar."
Kemudian, gadis yang datang bersamanya, membuka mulutnya. "Aku mencoba memanggang sepotong besar daging, tapi, meskipun permukaannya sudah gosong, bagian dalamnya tetap tidak matang…"
"Begitukah? Aku akan pergi memeriksanya. Di mana tempatnya?"
"Di sana."
Saat aku melihatnya, jaraknya ternyata tidak sampai 10 meter dari perapianku.
Ketika aku pergi ke sana, aku melihat bahwa permukaan dagingnya memang menghitam dan hangus, tapi ketika aku memotongnya, aku mendapati kalau bagian dalamnya hampir tidak matang.
Karena ini daging sapi, menurutku tidak masalah jika sedikit mentah, tapi jika dagingnya dingin, rasanya akan jadi tidak enak.
"Apakah kamu punya daging lain?"
Ketika aku menanyakan itu, gadis itu mengeluarkan sebongkah daging dari kotak pendingin.
"Ah, ketika kamu mau memanggang daging, kamu harus mengeluarkannya dari kotak pendingin dan membiarkannya di suhu ruang terlebih dahulu."
Kemudian, aku melihat ke meja barbekyu.
Bara api menyala kuat dari arang yang terkumpul di tengah-tengah meja barbekyu.
"Dan juga, suhunya terlalu tinggi. Kita bahkan tidak bisa menaruh tangan sekitar lima sentimeter di atas jaring panggangan selama lima detik."
Kemudian para gadis itu menunjukkan ekspresi bingung. "Kami tidak tahu harus seberapa panas."
"Aku hanya tinggal menunggu masakanku matang, jadi aku akan melakukannya untuk kalian."
Aku berkata begitu sambil melepas jaring dari meja barbekyu mereka dan menyebarkan arang, yang sudah mengeras di tengah-tengah, agar merata.
Aku mengeluarkan beberapa arang yang masih bagus dan membuat satu area tanpa arang di ujung meja barbekyu.
Aku mengoleskan atas jaring dengan minyak zaitun, memasangnya kembali di atas meja barbekyu, lalu meletakkan potongan daging sebelumnya ke tepi meja barbekyu yang tidak ada arangnya.
"Saat daging sudah hangat sampai batas tertentu, kalian bisa meletakkannya di atas arang dan mulai memasak. Seperti yang aku bilang sebelumnya, kalian dapat mengatur panasnya. Jika panasnya terlalu rendah, kalian bisa menambahkan lebih banyak arang, atau mengumpulkan semua arangnya di tengah-tengah dan memasak daging di atasnya."
Saat aku membicarakan itu, tanpa aku sadari, para gadis telah berkumpul di sekitar kami.
Semuanya mendengarkan metode barbekyu-ku.
"Terima kasih untuk bantuannya!"
"Kau benar-benar pandai dalam hal ini."
"Bisakah kau memeriksa tempat kami juga?"
"Aku ingin mendengar ulang dari awal."
"Kami kan masak rebusan, kalau gitu harus seberapa panas?"
"Kau masak apa, Isshiki-kun? Eh, memanggang ayam utuh dalam dutch oven? Wow, itu benar-benar hebat."
"Kayaknya enak, aku ingin coba masakan Isshiki-kun!"
Oh, entah kenapa, aku tampaknya menarik perhatian para gadis!
Aku bisa merasakan otot-otot di wajahku menjadi rileks.
Tapi, aku tidak boleh ceroboh di sini, kan?
Akhirnya, ketika aku memberi tahu pada gadis, yang berkata ingin mencoba masakanku, bahwa aku akan memanggilnya ketika masakanku sudah siap, banyak gadis lain berkata kalau mereka ingin mencobanya juga.
Kemudian Karen datang, menerobos kerumunan gadis-gadis yang sedang berkumpul di sekitarku.
Dia terus memelukku dari belakang.
"Nee~, masakan Yuu-kun belum selesai, ya? Karen sudah lapar, nih!"
Cewek ini, dia berusaha menunjukkan pada kerumunan gadis-gadis ini kalau dia adalah pacarku.
Padahal, beberapa saat lalu, dia sedang asyik mengobrol dengan laki-laki lain yang sedang memasak.
Astaga, cewek ini benar-benar sesuatu.
Saat ayam panggangnya sudah matang, aku menurunkan dutch oven dari perapian.
Aku tidak menurunkan arang yang ada di atas tutupnya.
Dengan cara ini, sisa panas akan dengan lembut mengsirkulasi sari ayam di dalamnya.
Sementara itu, aku memasukkan air dan saus minestrone ke dalam panci baru, lalu menambahkan kubis dan bacon yang sudah dipotong-potong ke dalamnya.
Lalu tunggu sampai mendidih dan sup sudah siap dihidangkan.
Terakhir, aku memotong roti baguette menjadi irisan setebal 2 cm.
"Oke, ayam panggang utuh dan sup minestrone-nya sudah selesai!"
Tampaknya, aku bisa memasak cukup cepat untuk hidangan yang cukup ribet.
Sekarang, banyak gadis berkumpul karena pengumuman yang aku buat sebelumnya.
Di setiap piring kertas diisi dengan potongan ayam panggang, sayuran panggang, dan saus yang terbuat dari sisa sari yang dicampur dengan jahe, kecap, dan madu.
Dan sup minestrone-nya dihidangkan ke dalam mangkuk kertas.
"Silakan ambil rotinya." Aku berkata begitu.
Gadis berkerumun mengelilingiku.
"Lezatnya!"
"Ya, ini lebih enak daripada masakan restoran!"
"Daging dan sayurannya dibumbui dengan baik."
"Apakah di dalamnya ada kastanye? Rasanya menyegarkan dan enak!"
"Hari ini dingin, jadi sup minestrone ini sangat pas dan cocok untuk menghangatkan tubuh!"
Yeeey! Penilaian mereka sangat tinggi!
Kemudian Hitomi-san, Mina-san, mahasiswi tahun kedua Fakultas Ekonomi, Ayaka-san, mahasiswi tahun pertama Fakultas Ekonomi, Manami-san, mahasiswi tahun kedua Fakultas Sastra, dan Yuri-san, mahasiswi tahun pertama Fakultas Bisnis, para gadis yang pernah kutemui di toko kue sebelumnya, datang mendekatiku.
Di belakang mereka, ada juga Touko-senpai.
"Kami mau cicip masakanmu juga, Isshiki-kun."
"Tentu saja. Aku sudah menyisihkan beberapa untuk Hitomi-san dan yang lainnya juga."
Setelah mengatakan itu, aku menyerahkan makanannya pada mereka satu per satu.
Saat aku menyerahkannya ke Touko-senpai, dia tersenyum dan mengangguk padaku.
Kurasa itu artinya 'Kerja bagus!'
Hitomi-san mencoba makanannya segigit dan mengerang. "Enak, ini sangat enak. Aku tidak menyangka aku bisa memakan makanan seenak ini di tempat seperti ini."
Mina-san terus menimpali. "Ini benar-benar enak, lho. Isshiki-kun, apakah kau sudah biasa memasak?"
"Tidak juga, cuma sesekali kok. Karena kedua orang tuaku bekerja, jadi mau tidak mau aku harus belajar memasak."
"Tapi, jika kau bisa memasak sampai begini, itu hebat lho. Kau akan menjadi pasangan sempurna untuk diajak nikah."
Lalu, Hitomi-san berkata dengan keras. "Itu benar. Isshiki-kun, bagaimana kalau kau jadi istriku saja?"
"Itu kebalik, tau."
Semua orang di sekitarku tertawa.
Mungkin pernyataan Hitomi-san tadi sudah direncanakan sejak awal.
Tapi, meskipun begitu, aku masih tetap senang.
Touko-senpai tidak mengatakan apa-apa, tapi dia memasang ekspresi puas.
Di samping itu, Karen sedang memelototiku dan Hitomi-san, tampak tidak setuju.
Itu jelas terasa sangat tidak menyenangkan.
Lalu, ponselku tiba-tiba bergetar.
Ketika aku memeriksanya, ternyata itu adalah pesan dari Touko-senpai.