"Tapi aku tidak akan menikah dengan pria yang hanya akan mengambil keuntungan dariku!" satu kalimat panjang Cenora berhasil menghentikan langkah Ken dan membuat Ichigo terkesiap.
"Kau tidak mungkin tidak tahu jika nyawamu itu menjadi incaran semua siluman di bumi ini. Kau beruntung karena berada di dekat Hybrid. Tapi sepertinya kau menolaknya, dan itulah yang kukatakan pada Tuan Hybrid tadi. Kesombongan dan kebodohannya hanya berselisih tipis," Ken berucap, "Jika aku menjadi dia, tidak seharipun akan kulepaskan dirimu, Cenora. Aku tidak akan membuatmu terancam dengan memamerkan pengantinku pada semua siluman yang mengincarmu!" sambungnya lagi seakan sedang mengejek Ichigo.
"Tutup mulutmu dan berhenti memprovokasi Cenora!" ujar Ichigo menghentikan Ken yang mulai memprovokasi lagi.
Sementara Cenora malah menjadi diam dan terliat berpikir.
"Kenapa tidak? Dia memang berharga dan tidak sepentasnya disia-siakan seperti ini! Maaf, jika aku sangat tidak sopan pada Hybrid sepertimu. Tapi aku bukan pemimpin klan yang munafik yang selalu menyembunyikan kebencianku pada siluman sepertimu!" Ken terus berucap sembari berjalan menuju Ichigo lagi, "Sejak kemarin aku sudah ingin sekali mengatakan hal ini padamu kalau kau itu Hybrid terpayah yang pernah kutahu sepanjang ratusan tahun hidupku!" sambungnya menghina Ichigo.
"Terima kasih untuk makian yang kau berikan. Tapi aku tidak peduli karena aku tahu kau hanya iri dengan tidak memiliki keberuntungan sepertiku!" jawab Ichigo dengan senyuman mengejek, "Aku tidak akan menjadi Hybrid yang sudah kau tahu selama ini. Aku akan menjadi diriku sendiri untuk apa yang ingin aku lakukan. Termasuk memiliki Cenora dengan cara yang dia kuhendaki sendiri!" sambungnya.
"Oh, begitu? Jadi bagaimana jika aku menantangmu?" Ken tersinggung dengan ucapan lawannya itu, "Apa kau berani melawanku tanpa kekuatan Hybrid-mu? Kita akan mengadu kekuatan kita sebagai sesama pemimpin klan, bagaimana?" sambung Ken.
"Hentikan!" Cenora berujar sembari menengahi keduanya, "Bagaimana aku bisa membuat kalian berhenti berdebat?! Aku tidak akan menikah dengan siluman! Aku akan menikahi pria yang mencintaiku, kalian tahu?!" Cenora setengah membentak pada Ichigo dan Ken sebelum mendorong keduanya untuk menjauh satu sama lain, "Dasar dua siluman konyol!" rutuknya saat berjalan pergi meninggalkan keduanya.
"Kau dengar sendiri, bukan, apa yang dikatakan reinkarnasi Peri Bulan itu? Dia tidak akan menikahi siluman seperti kita!" ucap Ken pada Ichigo, "Bukankah sudah jelas kalau aku masih memiliki kesempatan merebutnya saat kau sendiri malah membiarkannya berjalan bebas di bumi!" sambungnya berucap.
"Tapi apa kau tidak mendengar kalau Cenora hanya bersedia menikah dengan pria yang mencintainya? Telingamu itu tuli, ya?" Ichigo membalikkan pertanyaan tanpa menghilangkan makiannya pada Ken.
"Apa kau bodoh? Kau ingin menjadi pria yang diinginkannya? Kau sudah gila!" jawab Ken yang juga tanpa menghilangkan ejekannya pada Ichigo.
"Aku tidak perlu menjawab apapun padamu! Apa yang ingin kulakukan pada Cenora, itu semua bukan urusanmu!" Ichigo kembali berucap mengingatkan, "Masuklah ke kelasmu atau pergi saja dari sini. Aku tidak ingin membuat keadaan di tempat ini menjadi aneh untuk Cenora!" sambung Ichigo sebelum berbalik badan.
"Ya ya ya, aku akan pergi daripada berbaur dengan manusia seperti yang kau lakukan sekarang. Lagipula tujuanku bukan untuk belajar, tapi untuk gadis reinkarnasi Peri Bulan. Kau nikmati saja peranmu sebagai guru yang baik, dan aku akan menunggu pengantinmu itu menjatuhkan pilihannya padaku!" jawab Ken seakan tak acuh lagi dengan siluman yang kastanya lebih tinggi darinya.
'Kau kira untuk apa aku mati-matian berjuang mencapai kasta setinggi ini?' batin Ichigo saat memperhatikan kepergian Ken, 'Siluman rubah ini sungguh merepotkan. Sepertinya aku memang harus menjauhkan Cenora darinya,' sambungnya mengeluh tentang Ken.
***
Ichigo kembali memasuki perannya sebagai guru pembimbing di kelas Cenora. Para siswa perempuan begitu antusias saat Pak Guru Kris menerangkan pelajaran di depan kelas.
Hanya Cenora saja yang terlihat tak acuh dan melamun. Sangat jelas jika ia tidak mempedulikan arahan yang diberikan gurunya di depan kelas.
"Perhatian!" ucap Pak Guru Kris di depan kelas.
Wajah tampannya itu sungguh menarik perhatian, bahkan saat dia membuka kacamata dari wajahnya saja merupakan satu moment bagus yang sayang untuk dilewatkan para muridnya, terkhusus murid perempuan.
"Dengarkan aku. Mulai lusa sampai dua minggu ke depan, kalian akan belajar di rumah masing-masing karena sekolah akan diliburkan untuk mengganti liburan Natal kalian seminggu ini."
"Kalian semua juga berhak menikmati liburan, meski nyatanya ujian kelulusan kalian memang sudah dekat."
"Aku hanya akan mengingatkan pada kalian agar tidak lupa mengulang pelajaran, karena setelah sekolah kembali dibuka, kalian akan langsung mengikuti ujian akhir untuk menentukan kelulusan kalian ke jenjang seterusnya!"
Semua murid bersorak-sorai membayangkan liburan yang cukup panjang bagi mereka. Tapi hanya ada satu murid yang tetap tenang. Tepatnya, sama sekali tidak peduli untuk mendengarkan ucapan gurunya dari depan kelas.
Ya, Cenora masih belum menyadari situasi dan hanya sibuk dengan lamunannya sendiri.
"Jam pelajaranku sudah habis. Silahkan kalian simpan buku dan barang kalian yang lain dan segera berganti seragam olahraga. Guru olahraga sudah berpesan untuk menyampaikan ini padaku tadi. Dan semua murid silahkan keluar kecuali Cenora!"
Ucapan Ichigo kali ini membuat suara gaduh dan berisik para murid langsung senyap seketika.
"Cenora, Pak Guru Kris memanggilmu. Apa kau tidak mendengarnya bicara?" tanya teman satu meja Cenora yang mencoba menyadarkan Cenora dari lamunannya yang dalam.
"Apa? Apa yang kau katakan?" tanya Cenora bingung karena panggilan temannya.
"Kecuali Cenora, semua murid dipersilahkan keluar dari ruang kelas. Itulah yang gurumu ini katakan tadi, Cenora!" Ichigo mengulangi kalimatnya sembari berjalan mendekati meja Cenora, "Katakan padaku apa yang kau dengar sejak pelajaranku dimulai, hmm!" sambungnya bertanya.
Cenora bersikap kikuk karena tidak tahu apa yang akan dijawabnya pada pria yang sejak awal menjadi objek lamunannya itu.
Teman sekelasnya yang masih ada di dalam kelas mengarahkan pandangan mereka ke arah Cenora yang sedang diinterogasi oleh guru mereka yang tam tampan.
Tidak satu dua bisikan dari teman sekelasnya yang dapat terdengar oleh Cenora, yang iri karena ia sedang menjadi tujuan tatapan mata sang guru tampan.
"A-aku… Aku-"
"Kau melamun sepanjang pelajaranku dan kupastikan padamu tidak ada satupun ucapanku yang kau dengar. Apa aku benar?" Pak Guru Kris memperjelas kebingungan Cenora, "Untuk itu, sepulang sekolah kau harus datang ke ruanganku untuk menerima materi pelajaran yang kau lewatkan tadi. Ingatlah nilai yang harus kau jaga untuk beasiswamu!" sambungnya tegas sebelum keluar dari kelas Cenora.
'Dasar pemaksa! Memangnya siapa yang ada di dalam lamunanku sejak tadi, hah?! Aku memikirkan dia! Membuatku kesal saja!' gerutu kesal Cenora dalam hatinya.